Part 2

7.7K 754 4
                                    

Happy Reading, Ya !

Kiyoon sudah tertidur pulas. Aku pun bangkit setelah melihat Yoongi selesai mandi. "Kau mau makan dulu ?" Ku coba memberi tawaran padanya.

"Aku sudah makan"

"Lalu ? Kau mau bermain dengan Kiyoon ? Kiyoon sudah tidur. Jangan ganggu dia"

"Aku tidak bilang begitu"

"Kau mau kemana ?" Tanyaku sedikit berteriak ketika dia hampir membuka pintu kamar.

Yoongi tidak menjawab.

.

Sembari membawa secangkir kopi hangat ku hampiri dia. Ku letakkan kopi itu di mejanya. Kucoba melirik laptop kerja di depannya. "Apa pekerjaanmu begitu banyak ?" Sindirku.

"Kau tidak percaya ?"

"Kapan kau bisa menyisakan waktu untuk kami ?"

"Akan ku pikirkan" jawabnya singkat. Seperti itulah dia dan selalu seperti itu.

"Kiyoon, dia sangat membutuhkanmu. Sangat merindukanmu"

"Tidurlah ! Aku akan segera selesai"

"Tidak. Aku akan menunggumu selesai"

Yoongi melirikku. Tatapannya tajam. Jika sudah seperti ini. Siapa yang harus mengalah ? Tentu, sudah pasti aku. Entah kenapa aku selalu takut dengan mata tajamnya itu.

"I-iya aku tahu" kesalku.

Sebenarnya dia hanya sangat lelah dan tidak ingin di ganggu. Jadi, dari tadi dia hanya diam saja.

Yoongi, kini dia memang sibuk bekerja di kantor ayahnya. Dia benar-benar sibuk dan tidak ada waktu. Sabtu-minggu bahkan dia mengajar di universitas kami dulu, yang masih menjadi universitasku sekarang.

Lalu aku ? Aku harus menunda kuliahku.

Kenapa ?

Sejak usia kehamilanku memasuki bulan ke empat, aku jadi mudah lelah dan mudah sakit. Yoongi memintaku cuti saja sampai anak kami lahir. Setelah anak kami lahir, aku ingin segera melanjutkan kuliah. Lagi, Yoongi memintaku menambah cuti sampai usia Kiyoon dua tahun. Agar dia mendapat perhatian penuh dari ibunya dan tumbuh dengan baik. Begitu kata Yoongi.

Sementara Kiyoon baru bulan depan berusia dua tahun. Jadi, paling tidak dua bulan lagi aku bisa melanjutkan kuliahku.
.
.
.
Sarapan telah tersedia di meja. Aku dan Yoongi siap menyantap semua menu di meja. Beda dengan Kiyoon yang sudah menikmati makanannya dari tadi.

Ku usap rambut Kiyoon yang halus, sehalus rambut ayahnya. Kiyoon melihatku sebentar lalu melanjutkan makannya.

"Ibu, aku kenyang" ucapnya seraya turun dari kursi, lalu berlari meninggalkan ruang makan.

"Habiskan dulu makannya, sayang" seruku.

Yoongi, apa yang terjadi padanya. Bukan membujuk anaknya dia justru diam menikmati makanan yang baru saja ku taruh di piringnya.

Ku hela nafasku perlahan. "Bulan depan Kiyoon ulang tahun" ujarku padanya.

"Lalu ?" Jawabnya datar.

"Itu artinya aku akan segera melanjutkan kuliahku"

"Hmm"

"Lalu bagaimana dengan Kiyoon ? Apa aku harus mengajaknya ?"

"Titipkan saja pada ibu"

"Apa itu tidak merepotkan ?"

"Kau bisa membujuk ibu. Itu kemampuanmu, kan ?" Jawabnya dingin. Aku yang merasa tersindir hanya bisa menghela nafas.

Hari memang sudah terik. Sudah saatnya pria berpredikat batu kutub bagiku ini berangkat. Aku dan Kiyoon mengantarnya sampai depan pintu.

"Ikut ayah" rengek Kiyoon.

"Lain kali ya. Ayah mau bekerja. Kiyoon di rumah dengan ibu" bujukku.

"Kiyoon mau ikut" Kiyoon sudah hampir menangis dan itu berhasil membuatku sedih. "Ayah,,, Kiyoon ikut hiks. Kiyoon ikut ayah huaaa"

Kiyoon menangis histeris. Sejenak ku tatap sayu Yoongi yang hanya diam mematung.
.
.
.

TBC

Udah agak panjang kan ya ? Maapkeun belum ada konflik baru gitu doang. Maklum kan masih part awal.

Vomment gaeess ! Biar tambah semangat.

.

Yg vomment pertama gue kasih deh.. emmm apa yaa ??

.

Gue kasiiiiih....

Cium

.

tar tak mintain bang syuga.. eaaa..

Lavyuu semuaaaahhhh

Love Me, Kiss Me Chapters 3 (Little Family)/ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang