Part 16

4K 461 28
                                    

.

.

.

Yoongi Pov

Meninggalkan mereka bukanlah hal mudah. Ini bukan satu hari atau satu minggu, ini satu bulan. 30 hari aku harus meninggalkan mereka.

Teknologi memang memberi kemudahan. Melakukan panggilan vidio adalah hal yang mungkin terjadi. Tapi, apa itu cukup untuk melepas kerinduan ? Apa itu bisa melayangkan sebuah pelukan ?

Tidak. Tentu saja tidak.

Berlebihan jika seorang Min Yoongi memikirkan kerinduan. Ya, ku akui sedikit banyak memang aku agak berubah. Itu karena Kiyoon, anak yang Rae Na sebut pangeran kecil.

Mungkin aku bisa menahan rinduku pada istriku. Tapi, apa aku bisa menahan rindu pada anakku ?

(Ini orang sumvah pengen di gaplok keknya. Trs istri lu, lu anggep apa bang)

Sekarang bahkan Kiyoon sudah mengikutiku. Aku ke kanan dia ke kanan, aku ke kiri dia ke kiri. Dia terus membuntutiku yang sedang bersiap. Bahkan, sekarang dia memperhatikanku yang sedang memakai dasi. Matanya seolah mengisyaratkan aku tidak boleh pergi.

Segera ku rengkuh tubuh kecilnya kegendonganku. "Kiyoon, Kiyoon tidak boleh nakal. Ayah pergi sebentar"

Kiyoon hanya menggeleng dan terus menatapku. Tanda dia tidak mengizinkanku.

"Kau yakin akan pergi ?" Muncul suara ketus Rae Na yang baru masuk dan berdiri di samping pintu.

"Jaga Kiyoon baik-baik. Jika ada waktu senggang aku akan pulang"

"Uangmu bisa habis"

"Aku akan di bayar lebih setelah ini"

"Dan Kiyoon di buat sedih setelah ini" timpal Rae Na cepat.

"Mengertilah. Kau bukan lagi anak-anak. Ini adalah pekerjaan. Sebuah tanggung jawab"

Inilah salah satu alasanku kenapa kurang berminat di dunia bisnis ayahku. Dulu ayahku juga sering pergi hanya untuk bekerja dan sekarang terjadi padaku. Meskipun tidak menutup kemungkinan untuk seorang arsitek sekalipun.

.

Kiyoon masih di gendonganku. Rae Na mengantarku sampai depan pintu.

"Ayaah, hiks"

Mendengar tangis Kiyoon sungguh rasanya tidak ingin pergi.

"Ayaaah !" Kini Kiyoon sungguh menangis. Tapi, apa boleh buat Min Yoongi harus profesional.

"Kiyoon ikut ibu, ya ! Kita ke rumah nenek" bujuk Rae Na pada anak semata wayang kami.

"Kiyoon ikut ayah !" dengan menghentakkan kaki, Kiyoon memekik. "Kiyoon ikut ayah"

"Lain kali ayah pasti mengajak Kiyoon. Sekarang Kiyoon di rumah dengan ibu"

Membujuk Kiyoon itu bukan hal yang mudah. Meski aku sekalipun.

"Pergilah !" Ucap Rae Na seraya mengambil Kiyoon dari gendonganku. "Hati-hati. Aku dan Kiyoon akan baik-baik saja. Jangan khawatirkan kami"

"Baiklah. Aku pergi. Jaga Kiyoon baik-baik. Jangan lupa kau tetap harus ke kampus. Kau harus segera lulus dengan nilai yang baik"

"Aku tahu"

Ku daratkan kecupan lembut di keningnya. Karena aku akan pergi, jadi lebih lama dari biasanya. Tidak lupa pangeran kecil kami.

"Kiyoon tidak boleh nakal. Kiyoon harus jaga ibu. Tidak boleh menangis"

"Sudah, cepatlah pergi"

Dengan berat hati ku tinggalkan mereka berdua. Bukan hanya mereka, tapi juga rumah ini. Hanya satu bulan memang. Tapi, entah kenapa akan terasa sangat lama. Mungkin karena ini pertama kalinya harus meninggalkan mereka.

Andai Rae Na ada kelas pagi. Mungkin aku masih bisa mengantarnya. Tapi, di saat seperti ini justru dia mendapat kelas siang.

.
.
.
.

.

TBC....

Hadeuh ! Part 16.

Part 20 end ya ?

Vomment terus ku butuhkan. Jd jangan sungkan.

Lavyu ol

Sebenernya ini part yg gak terlalu penting. Ya gak. Tp karena judulnya little family jadi ya harus di ceritain.

Em, otak gua ngadat teman. Vomment ya biar bisa cepet nulis part selanjutnya.

Love Me, Kiss Me Chapters 3 (Little Family)/ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang