Day-2, ramadhan day...
Hwaiting, shay.
Miankeun, kalo nanti feelnya berantakan. Dadakan ini.
Aku terisak kala mengetahui fakta mengejutkan hadir di depan mata. Sebuah kenyataan di mana sedikitpun tak pernah terbesit di otakku. Kenyataan yang ku pikir hanya ada dalam sebuah drama atau cerita.
Min Yoongi-ku,
Pria hebat itu terjerat kasus hukum penyalahgunaan anggaran pembangunan. Demi apa itu terjadi?
Apa kau pikir ini sebuah drama?
Yoongi-ku yang sempurna, mampu melakukan hal itu?
Tidak. Tidak mungkin. Satu detik pun tidak ada niatan untuk mempercayai.
"Ibu? Jangan menangis lagi. Kiyoon tidak suka ibu menangis" putra sulungku tengah menenangkanku. Dia ada di dekapanku bersama putra bungsuku.
"Kapan ayah pulang? Kalau ada ayah, pasti ibu tidak menangis"
"Sebentar lagi ayah pulang, sayang" ucapku di sela isakan yang tanpa henti.
Andai kau tahu, nak. Kau masih terlalu kecil untuk mengetahui hal bodoh ini.
"Kita tidur dulu, ya?"
Apalagi yang bisa kulakukan selain menidurkan dua buah hati ini.
"Tenanglah! Aku baru di tetapkan sebagai saksi. Bukan tersangka. Jangan khawatir. Aku pasti pulang. Jika aku tidak pulang, kalian mau makan apa?" Tuturnya dalam telepon dua jam lalu.
Bagaimana mungkin aku tenang. Demi apapun! Istri mana yang bisa tenang jika mengetahui fakta sang suami melakukan kejahatan dan berpotensi mendekam di penjara.
Tik
Tik
Tik
Tengah malam berlalu. Bunyi jarum jam yang berputar itu menemani lengkapnya gelisah hatiku.
Suamiku,
Bagaimana kabarmu?
Ku putuskan bangun dari pembaringanku. Menginjakkan kaki di ruang tamu.
Satu jam, dua jam, Yoongi belum juga membuka pintu.
Sayang, sebenarnya apa yang terjadi padamu?
Berkali ku pandang jarum itu. Tak ku sangka sudah pukul tiga dini hari. Jadi, sudah berapa jam aku menunggu?
Krek!
Suara pintu.
Segera ku putar tubuhku. Yoongi, Dia berdiri di ambang pintu. Aku segera berlari memeluknya. Tangis histeris keluar begitu saja.
"Berhenti menangis! Aku baik-baik saja. Ayo tidur. Aku sangat lelah"
Tak ada sedikitpun keinginan untuk membalasnya. Perasaan kalut lebih mendominasi hatiku.
"Kalian bisa makan. Jangan khawatir!"
"Kau tidak akan tinggal di penjara, kan?" Tanyaku di tengah isakanku.
"Tidak. Aku sudah bilang akan pulang, kan?"
Jawabnya terlewat santai. Kenapa dia bisa setenang ini. Sementara, aku setegang ini.
Kami sudah di kamar. Ku lepas dasi yang mengalung di lehernya. "Berapa banyak pertanyaan yang kau dapatkan?" Tanyaku.
"Banyak. Lebih banyak dari ujian kelulusan"
"Kau bisa menjawab semua, kan?"
Tangannya mengangkat daguku. Mempertemukan mata kami. "Kau meragukan kemampuanku?"
Aku menggeleng. Kini jari telunjuknya berada di keningku. "Aku tidak butuh hal bodoh seperti itu untuk bisa memberimu makan. Hasil yang ku dapatkan sudah lebih dari cukup untuk menghidupimu dan anak-anak kita"
Tanpa sadar air mataku meleleh. "Jadi, siapa yang bersalah? Ini ulah siapa?"
"Kau akan langsung membencinya jika ku katakan. Mungkin juga kau bisa mengutuknya"
"Aku tidak hanya akan mengutuknya. Aku bahkan akan membunuhnya"
"Yang ada, kau yang akan mendekam di penjara" dia berbalik dan meraih handuk yang ada di lemari.
"Tidak masalah. Demi melindungimu"
"Aku mau mandi. Mau ikut?" Ucapnya di ambang pintu kamar mandi.
"Mandi saja sendiri! Dasar!"
Senyumku terkembang. Aku percaya, Yoongi tidak akan melakukan hal keji seperti itu.
Tapi, aku masih penasaran. Siapa pelakunya? Aku harus minta kejelasan padanya.
TT
Sumvah. Ide dadakan. Baru ngetik
Jelasnya part selanjutnya ya...
Lavyu
Ryeozka
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Kiss Me Chapters 3 (Little Family)/END
Fanfiction"Detak waktu kian berlalu. Musim telah berganti musim. Dingin telah menjadi hangat. Malam telah menyambut pagi, pagi merenggut siang, siang berangsur senja, senja berganti malam. Begitulah setiap hari. Hari-hari yang kami lalui." ...