14. Menghindar

2K 165 3
                                    

Mira berlari keluar dari ruangan itu sambil meraba bibirnya sesekali yang terasa bengkak akibat perang saling melumat itu yang terlalu agresif hingga tubuhnya terdorong ke belakang dan Vido mengangkat tubuhnya ke atas meja bahkan Vido juga mengelus punggungnya. Dada mereka menempel kuat seperti tak ingin Vido lepas.

"Mir, kenapa loe, megangin bibir terus habis disengat tawon kok tebal gitu kayaknya. "

Mira yang masih dalam keadaan syok hanya bisa ngomong seadanya.

"Ah, iya ini alergi hehehe."

"Oh, alergi pantesan. Ada berkas lagi nih mau masuk ke dalam. "

"Aduhhh, Pak Vidonya mau keluar pending aja ya. "

Nanti dia minta tanggung jawab adiknya dibangunkan, aku yang salah sih berusaha keluar dari kurungan tangannya sambil maju mundur eh, tersentuh si anu-nya. Batinnya.

Mira langsung melarikan diri dari mejanya saat produser yang ganteng tadi minta tolong dan ditolaknya.

Mira tidak bisa berpikir lagi jika bisa saja nanti dia kena marah Vido. Yang jelas bertemu dengan Vido hari ini malah akan tambah runyam. Menyelamatkan diri lebih penting, setidaknya untuk hari ini.

***

Keesokkan harinya

Mira selalu mencoba menghindari Vido dengan berbagai alasan agar tidak terjadi ciuman itu lagi. Mira tidak ingin punya perasaan mendalam dengan Vido karena takut patah hati. Untuk sekali ciuman itu saja membuatnya tidak bisa tidur semalaman.

Jantung selalu dug-dug an kalau mengingat rasa itu, lumatan nikmat itu yang bisa membuat otak dan tubuhnya seakan terdiam menikmatinya.

Terlebih lagi sentuhan Vido saat mengelus punggungnya. Pikiran negatifnya pun bermunculan ingin dipeluk dan didekap hangat olehnya seperti malam yang dingin berada dalam kehangatan pria lembut sepertinya.

Saat mengantar berkas ke ruangan Vido, dia jadi banyak bertanya pada Bosnya itu seputar untung rugi perusahaan pertelevisian.

Dengan keseringan bertanya membuat otak Vido berpikir bahwa pertanyaan Mira semuanya tidak penting dan berarti hanya mengalihkan perasaan canggung diantara mereka.

ALVIDO

"Itu program memangnya pasti berhasil Pak, kira-kira untungnya berapa?"

"Mira, kamu mau tahu banget atau mau tahu aja sih atau hanya obrolan basi yang kamu tanyakan, " ucapku karena aku tahu dari gelagatnya dia terlihat nervous sekarang, pasti karena ciumanku kemarin.

"Hmmm, hanya tanya Pak. Sudah selesai Pak, " tanya Mira cepat dan langsung berdiri.

"Makan siang bareng yuk, udah waktunya kan?" ajakku.

"Ada janji sama Vidi Pak, maaf. "

Kapan aku massage dia.

"Oh, kapan janjiannya?"

"Tadi ada ketemu di depan kantor. "

"Ya sudah, makan malam bagaimana? "

"What? " Mira mengernyitkan dahinya pura-pura tidak mengerti maksud aku, sepertinya mau mencoba pengalihan.

"Kenapa, kok kamu jadi heran begitu? "

"Hmmm, makan malam itu biasanya untuk ...."

"Sepasang kekasih gitu? Gak mesti juga 'kan karena saya ingin survey tempat, karena kamu sekretaris saya maka kamu harus temani saya. "

"Saya telpon Vidi dulu ya Pak."

"Oh, oke silakan."

Sejak kapan dia punya nomor Vidi?

Double V SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang