Season 2 5. Urgent

407 51 8
                                    

ALVIDO

Berapa kali  aku melirik jam tanganku, waktu bergerak begitu cepat dan pengumuman untuk naik pesawat sudah menggema tapi batang hidungnya gak juga nampak.

Apa dia lupa?

Ini anaknya loh yang mau pergi jauh darinya. Nginap dimana sih mereka katanya habis dari luar kota tetapi gak pulang ke rumah malah ke hotel, keasikkan berduaan gak puas - puas.

"Udahlah Fi, kita masuk saja. "

"Sebentar lagi Yah, tunggu 2 menit lagi. "

Aku menghela napas lagi yang sudah puluhan kali dan dari arah belakang kami terdengar suara kaki berkejaran lalu aku menoleh dan ternyata dia.

Tanpa melihat padaku dia langsung memeluk Afi disertai isak tangisnya.

"Bunda sayang Afi, sayang banget ... jangan macam macam disana ya, " ucapnya dan aku sedikit terbawa perasaan jika kata sayang itu tertuju padaku karena Afi tercipta dari benihku dengan penuh cinta padanya.

Begitu sayangnya dia dengan Afi  apakah sama sayangnya dengan Ikhsan dan Akhsan benihnya Vidi yang dibuatnya sekedar pelepasan doang.

"Hey, bro ... sorry telat."

"Hmm, tidak dimaafkan" gumamku malas.

Vidi terkekeh pelan lalu berbisik, "Loe kan tahu, Mira kalau kecapekan tidurnya nyenyak. "

Aku jeling aja dia terus dia tersenyum tipis, jadi intinya dia mau pamer karena gitu - gituan sama mantanku.

Terus aku gak mau kalah, "Tau dong, aku juga masih ingat gumaman manjanya, Mas, geli tapi nikmat lagi dong"

Terus aku terkekeh pelan, wajah Vidi langsung merah padam. Aku puas, PU --- AS!

Terus aku tambah lagi berbisik ditelinganya, "Gue yang perdana, jadi gak mungkin gue lupa, catet!"

Wajahnya nahan kesal dan mencoba senyum tak nyaman, "Afi dijaga, jangan diajarin yang negatif . itu anak masih remaja tanggung, salah ajar malah sesat yang ada, " ucapnya ketus.

Aku tersenyum mendengarnya, "Tentu gue jaga, karena itu anak gue  dan pasti gue ajarin yang terbaik buat dia tanpa loe ingatin. "

"Diajarin akhlak yang baik bukan gimana cara mabok yang baik. "

Aku terkekeh, kesempatan untuk menggodanya, "Ide bagus, dia gak boleh mabok tetapi dia harus kuat sama persis dengan ayahnya ini, pokoknya turunan gue ... mau anak sampai cu--"

"Anjrit, astagfirullah! Loe nguji iman gue ya awas aja loe ajarin dia yang gak baik, gue tarik langsung dari sana, loe mah udah sesat di awal jangan nyesatin anak loe, BDBH!"

Afi sampai melirik ke arah kami, cemas saat Vidi ngebentak aku dengan mata melotot.

Aku tepuk - tepuk bahu kembaranku ini biar rilex gara - gara aku uji dan anakku masih dalam pelukkan bundanya terlihat sedikit tenang, mungkin dikiranya aku bakal tonjok tonjokkan sama pamannya.

Iya, paman harusnya. Aku udah bujuk ratusan kali suruh panggil paman atau uncle eh dia malah nyinggung aku yang katanya, papah yang gendong waktu dia lahir bukan aku ayahnya.

Sip lah, aku kalah telak.

"Yaelah, ngomong bedebah aja takut dosa Di' Di'. Jaga aja bini loe, jangan loe gendutin lagi udah cukup loe produksi anak, sekali muncrat langsung 3, 2 ... bakal lebar yang bawah, gak enak lagi nanti. "

"Suka suka gue karena itu ladang gue, kalau lebar gue jahit, mau apa loe? "

Obrolan kami berhenti saat namaku dan nama Afi dipanggil untuk naik pesawat.

Double V SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang