Season 2 22. Cinta Mati

387 52 21
                                    

Delmira

Apa aku harus bersyukur atas kejadian ini agar aku tidak bisa pulang dulu dan Vidi gak bisa lihat noda - noda dari bibir terkutuk itu. Bisa bisanya dia minta aku poliandri.

"Loe belum pernah ngerasa ditabok sama rendang padang sebesar sendal kan  'Do biar bibir loe jontor se jontor jontornya ... itu bini gue nyong ... loe kalau mau bini cari yang muda, jangan yang udah tua kayak Mira. Berapa tahun lagi bakal manapouse ... jadi gak bisa layani nafsu loe yang terdalam."

"Woiii ... cuy ... Ussss ... gue dengar loh ya ... awas loe minta jatah pas gue balik ... loe tidur ngadap tembok!"

Kesel ... enak aja dia ngatain aku udah tua. Gini - gini juga aku masih mampu layani dia semalaman suntuk ... awas aja dia kalau minta.

Beginilah hubunganku dengan Vidi ... jika aku ngamuk maka cara bicaraku kepadanya layaknya seorang teman dan dia juga gak komplen.

Lebih enak seperti itu tidak ada kecanggungan diantara kami seperti air yang mengalir maka dari itu tidak pernah cekcok besar.

"Rasain loe tidur ngadap tembok ... karena sekarang gue bisa tidur ngadap bini loe. "

Kurang ajar mulut Vido ... buat si ustad getar getir ... kalau dia datang gue yang repot.

"Bini gue kecelakaan apa? Mir, kamu diapain sama si ifrit ...." teriak Vidi dari jauh dan saat aku mau jujur Vido buka suara.

"Jatuh, keseleo pinggangnya gara gara main ski jadi pas gue mau pijitin, eh dia gak mau ... katanya dosa harus pria yang halal  boleh nyentuh dia, makanya gue minta ijin loe, anggap aja kita berbag.."

Makin jadi aja mulut Vido ya, kalau marah nyeremin tetapi kalau usil kelewatan ... pakai bohong segala lagi. Apa dia gak mau Vidi tahu tentang wanita itu. Aku gregetan banget kalau ingat hari itu.

"Berbagi lubang maksud loe hah!!?"

Tu kan, Vido -- bakal nih diulas.

Vido terkekeh geli sambil duduk di atas ranjangku sembari mengelus ngelus kakiku yang dibalut selimut tebal.

Pengen nabok tetapi gak mampu, pengen nendang wajahnya yang sok tampan itu tetapi kaki ini lemah  jika digerakkan apalagi untuk menganiaya dia.

Entahlah, gak tega padahal dia tega sama aku, meskipun begitu ... Aku masih bisa merasakan sayangnya yang tulus lewat pelukkan.

Andai, semua bisa diulang ... aku gak izinkan dia pergi, meski aku harus guling guling di lantai  dengan perut yang besar.

Nyebelin, bikin kesal, semakin kesal semakin sayang,  semakin benci  semakin cinta ... aneh!

Apa benar aku yang berada dalam kalimat ini ... 'Cinta Itu Buta' .

"Lah ... otak loe nge-jagaian banget lubang milik loe yang bekas gue. "

Adakah piring terbang yang bisa nabok bibir Vido yang tak bermartabat ini. Plototan mata rasanya gak mempan untuk buat dia berhenti berucap.

"Jangan loe sentuh ya 'Do gue rajam loe baru tau!"

Mampus!

Vido kurang ajar minta tonjok ... awas aja dia dekat nanti.

"Emang kenapa sih 'Di, sesekali aja boleh gak?"

"Wah, wah -- loe ngelunjak ya ... kalau udah sembuh cepat pulang Mir ... aku gak bisa jemput soalnya si kembar 3 sakit, resiko punya anak kembar 1 sakit .. eh 2 yang lainnya ikut sakit dan manja lagi semuanya kayak emaknya dulu."

"Ya udah, jadi gak masalah dong ya bini loe 1 bulan di sini. "

Aku melotot lagi, 1 bulan -- wah gawat ... aku ... aduhhhhh, kalau ... wah, aku gak bawa pil KB lagi. Takut takut kalau ... ya Robbi.

"Eh, bini gue cuma keseleo 'kan bisa dipijit sendiri bukan patah tulang yang susah gerak ... jadi jangan ngarep loe ya."

"Disini gak ada tukang pijit kayak disana Vidiiiiii kembaranku, jadi gimana aku mau pijitan kalau ...."

"Gue kirim si iyem kesana, awas aja kalau gak sembuh, udah dulu, gue mau bawa makanan ke rumah sakit untuk si kembar. Bunda sayang, jangan lupa ayat kursi tiup ke ubun ubunnya."

"Monyong! Loe pikir gue set ...."

Tuuut

Aku jadi kangen anak kembarku, kalau ribut sama persis seperti ini. Ya Allah mudah mudahan 2 hari lagi bisa pulang.

"Jadi, kamu check out di hotel ya hari ini dan balik ke rumahku. "

"Hmm, 2 hari bisa pulang gak? "

"Sendiri gak mungkin, luka kamu masih basah. Kalau ada orang iseng yang nabrak atau ceroboh bisa bahaya atau kamu mau pakai private jet? "

Aku menggeleng karena trauma dengan kejadian Vido waktu itu. Bukan takut mati tetapi anak anakku masih butuh aku.

"Kamu lapar ggak?

Aku mengangguk dan dia turun dari ranjang, mengambil makanan yang tersedia lalu menyuapi aku perlahan, mengelap bibirku jika belepotan dan fokus.

Seorang Vido bisa aku jinakkin ... berarti aku memang luar biasa tetapi apakah Vido memang baik kalau sudah cinta pada seseorang, makanya wanita itu klepek - klepek percaya diri merasa dicintai.

"Gak usah ngelihatin gitu, aku masih ganteng kan ... belum ada uban, gak kayak Vidi ... jambang aja ubanan. "

"Hmmm, kamu dengan semua wanita yang pernah kamu cinta apa sebaik ini atau karena kasihan saja? "

Entah kenapa mulut ini kepo banget, gak seharusnya aku mau tahu karena untuk apa. Dia mengangguk dan aku gak paham, yang mana maksudnya jadi dia harus menjawab pertanyaanku itu.

"Hanya untuk wanita yang aku cinta. "

Sesak banget rasanya mendengar itu, aku merasa egois ingin jadi satu satunya wanita yang dia cinta.

Vido berhenti menyuapi lalu menatapku intens ... apa dia bisa merasakan apa yang aku rasa, kesedihan ini dan ketidak relaan ini.

"Kamu adalah satu satunya yang aku cinta dan kisah laluku, aku menyesal telah mencintainya ... jika aku menolongnya pun itu karena kasihan. "

Semudah itu dia membaca pikiranku, ngeri ... benar  benar ngeri.

"Kenapa ...  gak percaya?"

"Susah dipercaya."

Dia meletakkan piring dan langsung menarik tanganku ... menggenggamnya kuat.

"Jika saja bukan Vidi ... jika suamimu sekarang bukan Vidi ... aku rela membunuhnya hanya untuk memiliki kamu lagi ... selamanya ... kamu adalah cinta matiku selamanya. "

Kata katanya selalu menggetarkan hati ini. Tatapannya menghipnotis tubuhku yang selalu luluh di hadapannya.

Aku merasa seperti jatuh cinta lagi padanya untuk kedua kali karena perhatian, karena semua ini.

Alvido, kenapa kamu ... kenapa harus kamu yang benar benar aku cintai.

**

🌠🌟🌠
NEXT
🔜









Double V SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang