Season 2 33. Piala Bergilir

530 65 56
                                    

ALVIDI

1 tahun, 2 tahun, ini tahun yang ketiga ... sikapnya tetap sama, acuh dan menghindar. Seolah aku adalah virus mematikan untuknya.

Mau mengobrol aja susah, apalagi saat melihat senyumannya yang selalu menggetarkan hati ini.

Bersyukur,paling tidak aku bisa melihatnya, masih bisa merasakan masakkannya, masih bisa saling sapa meski hanya bertanya tentang,

"Bund, anak anak sudah makan? "

"Sudah."

Satu patah kata saja dari mulutnya, aku merasa bahagia.

Waktu itu dia sering senyum ke aku, tetapi aku selalu balas dengan tatapan tajam dan sekarang aku selalu senyum ke dia, dibalas dengan cengiran tipis. Ya Allah pelit banget, kejam Mir.

Mau ngajak jalan jalan tamasya bersama dia bilang, "Kamu saja ... aku sibuk. "

Gayanya udah kayak Vido ... selalu mementingkan pekerjaan, tetapi apakah itu untuk menghindari aku.

"Assalamualaikum."

2 suara yang hampir mirip denganku, gak lain gak bukan, ngapain dia ikut datang jika hanya si anak kangen sama bundanya. Jangan bilang dia juga ikut kangen terus mau balikkan.

Aisssshh ... Vidiiiiiiii, bego'!

"Waalaikumsalam."

"Cucu kesayangan oma ... sini sayang. "

"Apa kabar oma?"

"Baik cintaku ... sayangku ... ya Allah gantengnya, pasti kamu sudah punya cewek 'kan. Jangan obrol perkutut kamu sembarangan ya, kamu masih perjaka 'kan."

"Astagfirullah mamah ... cucu datang kok ditanyain seperti itu sih, seolah - olah aku ngajarin anakku yang gak baik! "

Aku dan mamah memicingkan mata bersamaan ke dia, "Kamu itu selalu sibuk kerj, anakmu main diluar pasti kamu biarkan, uang ... uang dan uang kamu sodorkan, bukan begitu caranya mendidik anak. "

"Tenang oma ... Afi masih perjaka ting ting kok ... belum punya pacar karena nanti bikin repot."

"See ... hadeuh, kenapa gak ada yang bisa percaya sih sama aku. "

Mamah menghela napas panjang dan masih membelai sayang rambut Afi, tak lama kemudian, ucapan salam dengan bahasa anak - anak dari luar bersahut sahutan dan itu si kembarku yang lucu.

"Paap -- paaaaaah ...."

Anakku yang cewek bingung menatap kami berdua ... antara aku dan Vido lalu dia menoleh ke belakang, "Bunda, papah ada dua."

Aku lihat Mira terkejut menatap kami bergantian lalu aku lihat si playboy ini mulai caper.

"Hey, baby girl ... sini gendong sama ayah."

Dan herannya ini anak tersipu sipu malu dan mau aja digendong Vido.

"Ayah."

"Oom Vido nak, uncle Vido, " ucapku meluruskan.

"Anakku manggil kamu papah ya, jadi kita harus balance ... iya gak sayang, ayah Vido ...."

"Ayah Vido," ucapnya lancar dan senyum senyum pengen aku cubit aja pipinya karena genit banget sama om-nya dan sebagai papahnya aku gak dipedulikan.

"Pinter, anak bunda sama ayah. "

Eehhh, ngelunjak ni dedemit. Astagfirullah, dia datang selalu nguji iman. Satu belum selesai, yang satunya mau juga.

Double V SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang