Season 2 3. Apakah saling berbalas?

429 49 11
                                    

ALVIDI

Gara gara Vido makan siang bareng, yang tadinya ceria jadi sepi dan sedikit mencekam.

Masing masing anak jadi diam membisu dan sayup sayup aku mendengar tarikkan hidung berair dari sisi kiriku yang berarti suara para bidadari kecilku.

"Loh, Sa kenapa nangis? "

"Sasa gak mau mas Afi pindah, Sasa masih mau belajar bareng," rengeknya menjawab pertanyaan si Oma sambil menghapus air mata yang terus jatuh ke pipinya.

Aku melihat ke arah Afi yang terlihat sedih lalu menunduk. Apa dia dipaksa pindah sama Vido karena wajahnya juga terlihat sendu gak ada cerianya.

"Afi kamu memang mau pergi kesana?"

"Iya pah," jawabnya singkat terus gak lama sebelah kanan aku terdengar isak tangis lagi, malah lebih kencang yaitu mamaku.

"Apa salah Oma sampai kamu tinggal,  Oma masih kangen sama kamu Fi, baru 1 tahun kita kumpul bareng,  jangan ikuti semua kemauan ayah kamu. Bilang sama Oma kalau itu paksaan ayahmu!"

Yang nangis jadi berjama'ah, akhirnya 2 pangeranku Ikhsan dan Akhsan yang tadinya berebut ayam goreng ikut juga nangis sambil meluk Afi. Disusul sama 2 putriku yang lain.

Acara makan siang jadi seperti acara perpisahan. YA ALLAH ngenes banget.

"Afi, papah mau bicara sama kamu yuk keluar, " ajakku dan dia berusaha melepaskan diri dari si kembar cowok yang terus bergelanyutan dilengannya sambil menangis.

Aku mengajaknya ngobrol di taman, sedikit berdehem untuk memulai pembicaraan.

"Eghem, Fi  jujur sama papah, sebenarnya kamu dipaksa atau gak sama ayah kamu? "

"Gak pah, ini murni kemauan Afi ditawari sama ayah. Ayah gak maksa apa - apa dan Afi pikir ini yang terbaik. "

Aku cerna dengan baik kata terakhir itu, memangnya ada apa?

"Terbaik, untuk siapa dan apa?"

Afi menatapku sedih, "Pah, selama ini Afi kasian sama ayah, ada suatu hal yang dia simpan dan gak pernah diungkapkan, papah tahu gak?"

Aku diam dan menggeleng, ragu mau berkata tapi sepertinya begitu, "Ayah kangen bunda, ayah cinta sama bunda, tapi ayah gak mau ketemu bunda meski hanya saling sapa, kasian kan pah. Bukannya lebih baik jauh saja dari bunda, biar ayah bisa move on. "

Benar juga sih kata nih bocah, aku juga gak bisa apa apa. Yang namanya cinta segitiga emang rumit.

Dan aku gak nyangka bisa seperti ini, apa aku carikan dia jodoh ya, tetapiiii --- kalau playboy-nya kumat lagi, gimana?

Bisa aku yang repot, anak orang yang sedih merana gara - gara dia dan gak mungkin aku tampung karena rasa bersalah.

Kalau Mira mah, emang aku udah sayang jadi rasa cinta ngalir begitu saja, "Iya, kamu benar nak tapi ingat jangan."

Mulutku berhenti bicara saat mataku terpaku pada satu titik, diujung sana di ruang fitness meski jauh jika melangkah kesana namun jarak pandang mata masih bisa melihat pergerakkan manusia disana.

Vido menyudutkan Mira ke dinding kaca karena ruangan itu memang transparan kaca semua keliling maka aku bisa lihat.

Apa yang mereka ributkan, apa yang buat Vido marah seperti itu.

"Pah," raut wajah Afi cemas memandangku karena dia juga melihat, demikian juga aku,

"Kamu masuk ke dalam lanjut makan, biar papa kesana. "

Bergegas aku berlari menuju ruang fitness. Vido gak boleh seperti itu, meski Mira mantannya tapi dia istriku, milikku bukan kuasanya untuk marah atau pun memaksa.

Saat sampai disana Mira keluar dengan menangis dan langsung aku kejar.

"Hey, bund kenapa?"

"Aku berat melepas Afi, aku masih gak rela, " ucapnya sambil terisak dan aku langsung memeluknya.

"Udah, jangan nangis, kamu masih bisa ketemu Afi kok, kamu bisa kunjungi dia dan kita pantau dari jauh, oke. "

Dia gak jawab apa pun lalu aku menggiringnya masuk ke kamar dan dia menangis lagi lebih kencang sambil peluk guling.

Hari spesial kami jadi penuh air mata yang harusnya bahagia bersama.

Semua bujuk rayu sudah aku lancarkan demi meredakan isak tangisnya tetapi ujung ujungnya.

"Kamu gak pakai baju yang aku pilihkan, sama saja gak menghargai aku jadi aku gak mau pergi, di rumah saja!"

Nasib kalau nge-bujuk pasti ada yang dikorbanin.

"Oke, aku ganti baju dulu ya sayang, emmuah jangan nangis, " ucapku gemes terus aku cium pipi chubby itu lalu mencubitnya.

Makin lama, itu pipi makin montok dan gemesin, jangan sampai Vido jadi gregetan pengen nyimpok, bakal aku sledding otaknya.

Selama 30 menit aku ganti pakaian, sekaligus negosiasi karena celana yang dia pilihkan gak muat ke aku, sebab musebab lemakku nambah gara - gara sering mager berduaan saja sama dia.

Orang pasti iri jika melihat kami, karena gak ada lagi yang diurus, anak sudah besar, udah bisa main sendiri dan hanya diawasi dari jauh. Plus minusnya nikah di pas umur.

Kami keluar kamar  setelah aku selesai berbenah dan rencananya akan jalan jalan dan makan malam bareng.

Sampai di ruang tengah aku melirik ke arah Vido yang lagi ngobrol sama papa dan mama.

Deg!

Perasaanku atau apa ya, atau hanya kebetulan. Penampilan Vido sama persis dengan kemauan Mira yang menyuruhku memakai pakaian yang sesuai keinginannya.

Apakah dia ingin mengubahku seperti Vido?

"Mau jalan Di'. "

"Iya, pergi dulu ya mah, pah,  Do', assalamualaikum. "

"Waalaikumussalam hati - hati" jawab mereka kompak dan aku memperhatikan raut wajah Mira yang masih terlihat sendu.

Jika aku menanyakan hal ini, dia marah gak ya.

"Mir-"

"Hmmm."

"Vido masih keren ya."

Dia terjaga terus mengangkat kedua bahunya pelan seakan tak peduli. Kuperhatikan wajahnya dan tatapannya melihat jauh ke depan seperti orang yang putus asa jika ditinggal kekasih.

"Kamu sedih karena Afi atau Vido? "

Lalu dia menoleh kepadaku dengan wajah kesal, "Kalau ngomong to the point, jangan nyerempet kemana mana, kamu mau ngomong apa!"

"Kamu tadi diapain Vido? "

Sedikit tegang namun cepat dihalaunya, "Hanya berdebat dan aku kalah. "

"Kalian baru bertemu lagi setelah setahun yang lalu, apakah?"

"Ayo jalan, kelamaan dalam mobil kapan sampainya, belum kita mau cari tempat makan yang romantis dan ingat, jangan mengulik masa lalu karena ini hari jadi kita titik!"

Belum aku selesai ngomong, ATTENTION sudah keluar.

Baiklah, turuti saja dari pada ribut dan aku gak suka bertengkar. Selama ini kami adem ayem, semua masalah diselesaikan secara baik baik.

Tapi perasaanku sekarang menjadi tak enak, seperti ada yang dia sembunyikan. Ada yang gak mau dibahasnya dan diungkapkannya.

Apakah perasaan Vido dan dia saling berbalas?

🌠🌬🌠
NEXT
🔜







Double V SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang