18+ bijak dalam membaca
Delmira seorang gadis lugu, cuek dan apa adanya tidak menyadari bahwa telah diselingkuhi pacarnya yang telah menjalani hubungan dengannya sekitar 6 tahun.
Alih-alih menerima pertolongan dari seorang temannya yang bernama Vidi...
Dulu sewaktu sama Vido aku sudah biasa bawa mobil sendiri sebelum perutku buncit dan kulihat mobilku yang dibelikan Vido ada diparkiran rumah ini.
Sudah mandi, rapi dan wangi gue pengin bawa Afi jalan sekalian ketemu dengan teman-teman gue, saat turun dari tangga terdengar dentingan sendok dan piring.
"Ayo sarapan bareng, eh anak papah udah ganteng mau kemana?" Vidi mengajak kami sarapan.
"Mau ke rumah oma. "
"Kok gak bilang dulu sama papah, " ucapnya memandangku.
"Iya ini baru aja mau bilang, aku dan Afi mau jalan-jalan dulu sekalian jenguk oma dan opanya. "
"Gak bisa nunggu liburan bareng aku dan Hilda. "
Haaaa, apaan sih ... gak perlu banget kali'
"Gak mesti kan pergi bertiga, aku juga mau berduaan aja dengan anakku. "
"Hanya ke rumah omanya kan .. siang sudah di rumah. "
Apa apaan sih .. emang dia siapa lalu bersikap seperti ini.
"Rencananya mau makan siang bareng teman diluar. "
"Teman yang mana? "
Ini kenapa ya, aku merasa kok dia jadi sok posesif gini. Seolah aku ini istri dia.
"Teman kuliah dulu. "
"Siapa?"
"Kamu kenapa sih, dikasi tahu juga kamu gak kenal. "
Resek, buat badmood aja deh ... banyak tanya banget.
"Sudahlah mas, yang pentingkan mbak Mira pulangkan hari ini walaupun sampai malam mungkin? "
"Tu, dengar ... bini loe aja ngerti, " dia langsung melotot dan melihat ke Afi yang memandangi wajah gue.
"Eh maaf si mamah aja yang ngerti papah masa' gak ngerti, " ucapku mengoreksi habis keburu kesal soalnya dia kepo banget. Kenapa mau mengatur segala masalah aku ketemuan dengan siapa, terus temanku siapa saja, itu hak aku yang gak boleh dia tahu.
"Aku pergi dulu ya, salim papah dan mamah dulu, " ucapku mengajarkan hal baik untuk anakku sejak dini tapi ternyata sang anak lebih tau dari aku.
"Bunda gak salim papah?"
"Haaa ...." Aku terkejut seketika kulihat Vidi menatapku lurus dan Hilda pura-pura gak dengar.
"Biasanya mamah cium tangan papah kalau mau pergi."
"Oh, iya bunda lupa, " ucapku dan mendatangi Vidi untuk pertama kalinya dan mengambil tangannya dan mencium tangan itu.
"Hati-hati di jalan, " ucapnya lembut dan darahku langsung berdesir mendengarnya, karena dulu aku dan Vidi tidak pernah se-formal ini. Mendengar nada lembut dari mulutnya seolah itu adalah Vido ... ya suara, wajah semua sama tapi hanya tata cara berbicaranya saja yang beda.
Tapi jujur aku gak enak dalam situasi seperti ini. Aku benar-benar perlu refresing.
**
MALL
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.