Season 2 23. Salah makna

362 49 22
                                    

ALVIDO

Kemana mana aku mencarinya ternyata dia berada di sana, berdiri menghadap hamparan taman bunga yang berada di belakang mansion ini.

Dari bahasa yang dia gunakan aku tahu betul jika dia sedang menelpon temannya.

Galau tentang cara menghilangkan kissmark yang aku ciptakan pada percintaan panas kami malam itu.

Bukan maksudku untuk meninggalkan jejak tetapi aku begitu menikmatinya. Hanya dia yang selalu berada dalam khayalku.

Aku berjalan pelan menghampirinya yang masih berdiri menghadap taman dengan tangan yang menggenggam ponsel ke bawah yang artinya obrolan itu sudah selesai.

Inginku memeluknya dari belakang, mencium pipinya lalu mendekapnya erat tetapi ... dia bukan milikku lagi.

"Masih sakit gak ?"

Dia kaget dan berbalik menghadapku, "Sedikit, masih nyut nyut gitu kalau aku rentangkan tangan terus --"

Aku mengeryit, jangan bilang kalau dia mau meluk aku, karena aku pasti langsung menciumnya ... ini hasrat seorang pria terbangkitkan.

"Terus apa?"

"Terus, kalau Vidi langsung meluk erat aku, pasti dia nekan kuat, so masih sakit ...."

Vidi, hanya Vidi yang dipikirkannya, memangnya dia tidak ingin memelukku saat nanti akan berpisah.

"Mir,"

"Hmmm."

"Mumpung masih ada waktu kamu di sini, bisa gak kalau kita hidup seperti layaknya 1 keluarga yang utuh. Kamu, aku dan Afi anak kita ... ngobrol bersama, berjalan bersama. "

Aku tahu dia pasti bingung bagaimana harus bersikap. Memang tidak mudah untuk melakukannya. Selain membuatnya merasa bersalah pada sang suami ... dia juga akan semakin tersiksa akan rasanya padaku.

"Mas Vido, bukannya kita sudah tinggal bersama beberapa hari ini jadi .... "

"Maksudku tidak ada kecanggungan, kita bisa bernyanyi seperti dulu, ingat kan, saat kamu hamil Afi dan ternyata Afi suka main gitar ... kita bisa melakukannya kan ...."

Dia masih terdiam ... penuh kerambangan di matanya, apakah itu sulit ... karena kapan lagi aku merasakan dia ada untukku, hidup ini terasa lengkap jika bersamanya.

"Mas Vido, "

"Ah, maaf Mir ... aku mungkin terlalu banyak maunya ... sudahlah gak usah dipikirkan ... lupakan."

Aku berlalu setelah mengatakan itu, tidak sanggup untuk ditolak sekian kalinya. Aku Alvido yang tidak pernah ditolak semua wanita tetapi hanya dia yang berani menolakku.

Mungkin rasa cinta ini berusaha untuk keluar dari kekangan yang aku gembok, melewati pada batasnya.

***

Hari demi hari aku lalui dengan bekerja ekstra lembur sampai larut malam meski kerjaan tidak banyak.

Aku menghindari kontak dengan Mira, saat aku pergi ke kantor dia belum bangun dan saat aku pulang dia sudah tertidur pulas.

Setiap malam aku selalu menyelinap masuk dalam kamarnya hanya untuk mengecup keningnya dan mengucapkan selamat tidur dan mimpi yang indah.

Setidaknya ritual ini aku lakukan kembali seperti dulu. Mencintainya dengan segenap jiwa meski dulu hanya delapan puluh persen dan sekarang lebih dari seratus persen.

Yang namanya penyesalan memang selalu datang terlambat dan waktu tidak bisa diulang.

Ya, tidak bisa maka kesempatan ini aku gunakan sebaik baiknya. Besok dia sudah pulang dan kembali pada sang suami.

Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa setelah ini, kami tidak akan ada kontak apa pun lagi. Aku tidak akan menghubunginya sama seperti 1 tahun yang lalu.

Aku beranjak berdiri setelah puas mengamati wajah tenang dan damainya saat tertidur.

Cantik, alami sama seperti dulu saat aku pertama kali menciumnya. Rasanya berat untuk melangkah, aku ingin memeluknya, aku ingin mendekapnya erat hingga sang surya terbit perlahan.

Saat kaki ini melangkah jemari tanganku tertarik, aku menoleh dan kedua mata itu terbuka menatapku.

"Kamu, kenapa menghindariku, kamu bilang ingin kita bersama untuk sementara tapi kenapa kamu malah gak punya waktu meski hanya sekedar ngobrol atau makan malam bersama. "

Meski ruangan ini gelap temaram tetapi bisa terlihat jika mata itu menatapku sedih, kenapa yang aku lakukan selalu salah padahal semua ini demi kebaikkan bersama.

"Mir, aku hanya gak mau kalau kita melewati batas kamu tahu kan, kita selalu lupa akan status. "

"Iya kamu benar tetapi aku belum jawab pertanyaan kamu waktu itu dan kamu langsung pergi, kamu jahat! Kamu selalu memutuskan secara sepihak. "

"Mir "

Dia menyibakkan selimutnya dan ternyata dia telah menggunakan baju gamis siap untuk pergi hanya tinggal menggunakan hijab.

"Kamu pikir setiap malam yang kamu lakukan aku gak tahu, aku lelap tertidur dan kamu masuk diam diam seperti seorang pencuri, aku gak tidur, aku nunggu kamu!"

Aku terdiam ... jadi selama ini aku ketahuan.

"Setiap pagi kamu pergi lebih awal dan itu bukan jam biasanya kamu ke kantor kata Jasmine ... kamu pikir aku wabah yang harus kamu hindari! "

"Mir, ini sudah malam, tolong jangan cari ribut. "

"Aku gak cari ribut, tetapi aku ingin peluk kamu sebelum aku pergi, kamu pasti gak mau ngantar aku, kamu pasti beralasan gak sempat, kamu pasti ...."

Aku langsung menariknya dalam pelukku, air matanya menetes kian deras dan isakkan tangisnya membuat hatiku semakin merasa pedih.

"Mira."

"Setelah ini ... pasti gak akan bisa lagi seperti ini kan ... gak akan ada lagi kesempatan buat kita kan ... kamu pasti gak ingin ketemu aku lagi kan ... kalau disana, jadi ...."

"Ssttt, Mir ...."

Aku mengelus puncak kepalanya dan punggungnya secara bergantian, aku bisa merasakan sesak yang dia rasa, sama aku pun demikian tapi bagaimana?

"Maaf sayang, karena kita gak bisa ... jadi bagaimana aku bisa menemui kamu jika aku selalu cemburu melihatmu dengannya."

Tangisnya semakin kencang dan aku seperti pria yang tidak mau bertanggung jawab atas derita yang dia rasa.

Setelah lama dia menangis, dia merenggangkan pelukkannya lalu melepasnya.

"Udah, apa yang ingin aku sampaikan sudah terucap. Aku check in hotel saja malam ini, supir kamu bisa antar aku kan ... dan besok aku pergi sendiri ke bandara. "

Aku menangkup pipinya dan menghapus jejak jejak air mata itu yang membasahi kulit wajahnya.

Menyatukan kening kami, merasakan tarikan dan hembusan napas bersamaan hingga semua terasa normal.

"Aku ingin bersamamu malam ini, menghabiskan malam hanya berdua hingga pagi menjelang. "

Tanpa aku sangka Mira langsung menciumku, menggodaku dengan sentuhannya dan jangan salahkan aku jika dia salah makna. Maksudku menghabiskan malam bersama tidak semestinya dengan melakukan SEX!

Dan tentunya sebagai pria normal, jika aku menolak maka itu adalah sebuah kebodohan.

🌠🌟🌠
NEXT
🔜




Double V SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang