20. Kamu Tahu Siapa Saya?

1.9K 166 9
                                    

DELMIRA

Pemecatan Bobby itu sangat diluar dugaan tapi syukurnya bukan dipecat dari twins tapi dipecat jadi produser dan diberi tugas menjadi penyiar berita.

Entahlah itu anugerah atau tidak karena yang dulunya dibalik layar sekarang malah wajah tampannya menghiasi layar twins tv dan makin banyak penggemarnya.

Aku heran apa motif si Gila Vido itu membuat si Bobby jadi digilain para wanita diluar sana. By the way nikmati aja lah Bob, yang penting masih kerja berarti aku gak merasa bersalah.

Ngeri juga sih kalau bos selalu bertingkah seenak udelnya. Emang ini perusahaan punya dia tapi urusan pribadi jangan dibawa-bawa.

Hari ini adalah hari pertunangan antara Vido dan Hilda. Ternyata bulan depan itu gak lama karena waktu di mall itu saja sudah diujung bulan.

Aku masuk kerja seperti biasanya tapi tidak ada Vido disana karena dia harus mempersiapkan acaranya untuk nanti malam.

Perasanku seperti diperas, setiap kali teman-teman membincangkan si Bos yang akan segera menikah.

"Mir, loe datang kan nanti malam di acara pertunangan Pak Vido. "

"Iya gue datang karena diundang."

"Pasti meriah yah? "

Aku mengangguk, mengiyakan dan undangan aku dapatkan dari Vidi. Dia memang sudah datang tapi aku yakin bahwa yang aku temui malam itu Vido bukan Vidi.

Aku berusaha sekuat mungkin tegar untuk datang ke acara itu. Ke acara pacar sendiri bertunangan dengan wanita lain, kedengaran bodoh tapi apa boleh buat semuanya harus berakhir.

Perasaanku padanya belum begitu pasti, tapi sering dikirim kata-kata mutiara tiap malam sebelum tidur kan jadinya baper.

Tamu undangan sudah datang dan acara pun segera dimulai. Kata sambutan dari kedua pihak juga sudah dilakukan dan saatnya saling memasangkan cincin ke jari pasangannya dan saat moment itu akan terlaksana

"Vidi."

Aku datang ke arahnya dan Vidi itu pun menoleh, "Kiss me now!"

"What??" Dia melotot

"Kiss me just once"

" Tapi ... "

"Ehmpph ---"

Aku pun menciumnya sama seperti gaya yang diajarkan Vido dan alhasil karena banyaknya media masa disana kami jadi pusat perhatian dan yang menjadi sorotan utama teralihkan akibat perbuatanku.

Bahkan dia merasa tidak peduli, pacar macam apa dia. Katanya sayang, katanya gak ingin putus tapi malah dengan senang hati bertunangan, dasar brengsek!

"Ayo ikut aku!" ucap Vidi dan langsung menarik tanganku berjalan menuju lift sambil menutupi wajahku yang selalu terkena potret wartawan.

Vidi pasti marah, tapi aku gak peduli, aku bisa minta maaf dan Vidi pasti memaafkan.

Kami berdua saling diam dalam lift, mungkin Vidi shock karena ciumanku. Mungkin rasanya gak enak karena aku belum profesional.

Lift melesat cepat ke lantai 10 dan kami keluar beriringan tepatnya aku masih dalam gandengan tangannya lalu ditariknya masuk ke dalam kamar.

"Loe nangis, kenapa?"

Aku menghapus jejak air mataku yang tadi tumpah di lift karena tak bisa ditahan lagi.

"Dia -- dia permainkan gue, dia bilang cinta ke gue tap dia malah tunangan dan flirting dengan berbagai macam wanita dihadapan gue!" ucapku sambil terisak, entah kenapa hati ini sedih banget, terlalu melo atau aku terlalu manja dengan Vidi.

"Apa loe cinta sama dia?"

Aku menggeleng, "Gak!!!!" ketusku.

"Kalau gak kenapa loe nangis dan merasa sakit hati? "

"Dia, pengecut gak berani mengakui kalau gue pacarnya. Apa karena gue orang miskin jadi dia malu?" alasanku karena tangisan dan kepedihan ini membuatku malu untuk menatapnya.

"Loe hanya mau diakui sebagai pacarnya? Sedangkan loe tahu dia punya cewek banyak, loe gak malu nama loe ada dalam daftarnya? "

Aku menangis sesegukkan mendengar ceramah Vidi, malu ... pastinya. Kenapa aku mau meneteskan air mata untuk lelaki brengsek seperti Vido.

"Bagaimana pun dia pacar gue, dia yang memberikan pelukkan hangatnya saat gue terpuruk waktu itu, dia yang mengungkapkan hatinya ke gue, gue juga gak tahu kalau efek ciuman itu sangat besar ke gue, hingga gue gak sanggup menolak rasa yang telah hadir untuk dia tapi --" aku terus saja menangis merasa terpuruk dan bodoh bersamaan.

"Tatap mata gue, Mir --- lihat gue sekarang, " ucapnya.

Aku enggan menatap matanya karena malu, aku gak berani pasti dia ngejek aku, sampai akhirnya jari Vidi mengangkat daguku perlahan keatas untuk menatapnya dari dekat.

"Gue cinta sama loe, " ucapnya dan sukses buat aku membelalakkan mata lalu diulanginya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue cinta sama loe, " ucapnya dan sukses buat aku membelalakkan mata lalu diulanginya lagi.

"Gue cinta sama loe." Aku manatap manik mata dan ekspresi yang sama terasa dejavu. Moment malam itu Vido juga mengatakan hal yang sama dan hati berdebum kencang.

"Loe berdua terlalu mirip, hingga jantung gue pun berdetak sama saat malam kemarin dia berkata demikian. "

Vidi mendekat dan merapatkan tubuhnya padaku, tumben -- Vidi berani seperti ini --- Vidi bisa sedekat ini?

"Apa Vidi sanggup melakukan ini? "

Dia mencium puncak kepalaku. Aku masih melongo memandangnya tanpa bicara apa pun.

"Atau apa Vidi berani seperti ini, " Dia mulai mencium bibirku dan melumatnya sedikit lalu berpindah menuju leher dan berhenti ditelingaku sambil berbisik,

"Atau apa Vidi berani seperti ini, " Dia  mulai mencium bibirku dan melumatnya sedikit lalu berpindah menuju leher  dan berhenti ditelingaku sambil berbisik,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu tau siapa saya?" ucapnya

Dan aku bersumpah untuk hari ini, aku manusia paling bodoh yang tak bisa memahami kedua pria yang sama berada di dekatku.

OMG!

Rasa ini, membuat tubuhku lemah dan remuk tak bertulang. Apa begini rasanya cinta?

Ya Allah -- kenapa -- kenapa aku tidak diingatkan dan diberi kesadaran penuh bahwa ini adalah Vido.

Double V SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang