Season 2 25. Kado istimewa

347 50 31
                                    

Semua berjalan normal, kembali seperti semula, hanya perasaan di hati Mira yang masih terus ditekan sampai dasar agar tidak menimbulkan ego yang bisa merugikan.

Mira mengangkat tangan Vidi perlahan yang melingkari pinggangnya. Keluar dari balutan selimut yang menutupi tubuh polosnya dan menarik pijama satin yang berada diatas karpet bulu karena dilempar oleh Vidi semalam, tidak ingin Mira tidur dengan sehelai benang pun.

Sang suami masih lelap tertidur setelah pelepasan yang panjang.

Selama 1 bulan ini Vidi terus menekan Mira agar bisa punya anak lagi. Program pembuatan anak pun dilancarkan 2 hari sekali, per hari bukan hanya sekali malah melebihi dosis minum obat.

Mira sampai pusing 7 keliling melihat tingkah sang suami semakin tua semakin menjadi.

Maksud Vidi bukan hanya ingin mempunyai keturunan melainkan agar Mira tidak memiliki lekuk tubuh yang indah lagi.

Vidi tidak suka sang istri yang masih ingin bergaya seperti anak gadis yang memiliki tubuh langsing.

Apalagi jika Mira curi - curi kesempatan untuk menggunakan celana Jeans. Vidi tidak suka dan murka jika ada pria yang melirik sang istri.

Mira duduk di depan meja riasnya menatap kalender menghitung jadwal datang bulannya.

Dirinya tersentak mengingat sudah 2 kali dia tidak kedatangan tamu spesial itu. Bisa jadi dia sudah hamil saat datang ke Australia ... karena sebelum pergi dia sudah tidak meminum pil KB dan sempat melakukan dengan Vidi atau

Bulan lalu itu karena syok makanya tidak mens. Hanya 2 opsi itu yang ada dalam benaknya.

Mira merasa tidak ada yang aneh pada dirinya jika dia sedang hamil, hanya sensitif pada bau yang menyengat saja yang dia tidak suka.

Mira membuka laci dan mengambil alat tes kehamilan lalu beranjak dari kursi menuju kamar mandinya.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, dia masih duduk diatas closet memperhatikan tanda itu bergerak dan ---

Ya 2 garis merah, positif. Mira tersenyum dan sebuah ide terlintas untuk memberikan kado terbaik pada Vidi yang berulang tahun besok.

Dengan senang dia mengelus perutnya, hasil pemaksaan Vidi akhirnya terwujud dan Mira hanya pasrah saja dijadikan Vidi sebagai alat produksi anak.

Paling tidak dia menebus semua kesalahan yang dilakukannya secara diam - diam di belakang Vidi.

Mira bergegas mandi dan menelpon Luna agar bisa menemaninya untuk mengecek kepastian.

****

"Bunda pergi dulu ya pah."

"Mau kemana?"

"Mau belanja ke Mol dengan Luna"

"Ya sudah hati-hati, mata dijaga."

"Iya, papah sayang. "

Mira pergi setelah berpamitan dengan Vidi yang sedang menikmati secangkir kopi hangat membaca surat kabar.

Sampai di tempat praktek dokter, "Eh, ibu Delmira -- bagaimana kabarnya bu?"

"Alhamdulilah sehat Dok, ini mau periksa hamil atau tidak. "

"Masya Allah pak ustadz nambah lagi ya ... mari bu, tiduran di bed, saya periksa. "

Sang asisten Dokter mengoleskan gel di bawah pusar lalu sang Dokter menghampiri dan duduk di samping bed.

Menyalakan monitor dan mulai mendeteksi ... lalu tak lama kemudian.

"Wah, kembar lagi ini ... hebat. p
Pak ustadz emang hebat ya, kembar terus produksinya, saya ingin punya anak kembar gak bisa - bisa. "

"Oh, ya?"

Mira tertawa dan mereka saling berbincang, Luna hanya sebagai pendengar setia.

"Itu, saudaranya pak Ustadz. Pak Vido ya ... apakah beliau sudah nikah lagi?" tanya si Dokter.

"Belum tu Dok, masih setia melajang. "

"Waduh sayang dong, programnya kemarin sia - sia. "

Mira dan Luna saling pandang, "Program apa ya dok?" tanya Mira dengan tatapan serius.

"Program kesuburan agar beliau bisa punya anak lagi. "

Lagi ... Mira dan Luna sama sama bengong.

"Emang bisa Dok, 'kan katanya cidera -- terus sistem reproduksinya bermasalah. "

Sang dokter tersenyum, "Memang, tetapi beliau melakukan terapi selama 6 tahun dan hasilnya kembali seperti semula karena beliau punya tubuh yang sehat, pola makan teratur, tidak berlebihan dan sering berolah raga. Sayang kalau tidak menikah lagi ya kan Bu. "

Mira tersenyun samar dan mengangguk tapi pikirannya mulai tidak tenang, cemas dan gelisah.

"Eum, kandungan saya berapa minggu ya Dok?"

" 7 minggu sehat dan kuat, tetapi resikonya besar ya Bu. Kalau bisa ini kehamilan terakhir, harusnya tadi bawa pak Vidi agar beliau mengerti akibat dari kehamilan di atas umur 38."

"Untuk surprise Dok, jadi sengaja gak diberi tahu. "

Dokter itu tertawa mendengar alasan Mira dan menitip pesan untuk,

"Kalau ibu ada waktu dan bertemu , sampaikan salam saya pada pak Vido, tolong katakan hasil tesnya sudah keluar dan dia bisa punya anak lagi bahkan hasilnya lebih baik dari pria normal pada umumnya. "

Mira mengangguk, "Oke Dok, nanti saya sampaikan ... permisi Dok. "

Mira segera meninggalkan ruang periksa ... pikirannya bercabang ... berapa kali dia menggelengkan kepalanya sampai masuk ke dalam mobil.

Kado yang ingin diberikannya mendadak sirna karena kerambangan. Mira membenturkan kepalanya ke belakang kursi.

Berat, ini berat dan gak semudah yang dia pikirkan. Kenapa harus serumit ini, kenapa harus memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak punya efek apa pun.

"Anak siapa Mir?"

Pertanyaan Luna sangat mengusik batinnya. Mira masih menghitung kemungkinan kemungkinan yang bisa saja salah deteksi.

Semua perkiraan Dokter bisa saja salah, alat juga bisa rusak dan salah merekam jejak.

"Anak Vidi lah, loe pikir anak siapa?"

Mira mencoba menutupi aibnya karena gak semua masalah harus diungkapkan pada orang lain meski ini temannya sendiri.

"Loe kemarin tanya soal menghilangkan kissmark dan,"

"Make out doang, " dustanya. Mira gak punya nyali untuk bicara tentang itu.

Skandal itu hanya dia dan Vido yang tahu tidak boleh ada yang tahu, tidak boleh ada yang menerka nerka.

"Terus sekarang, kenapa loe bingung? "

Mampus!

Mira tak bisa menutupi gundah ini dan temannya selalu bisa menerka tentang apa yang dia pikirkan.

***

Mira pulang ke rumah dengan wajah yang masih tegang tak ceria seperti biasanya. Sampai di dalam dia sedikit bengong karena ada seseorang yang memohon mohon pada suaminya untuk.

"Saya mohon pak Vidi, tolong jadikan anak saya istri Bapak, bimbing dia Pak ke jalan yang lurus ... kalau tidak diselamatkan dia akan menikah dengan pria yang beda agama ... tolong Pak ustadz."

Mira melongo dan Vidi memijit keningnya berulang ulang, sudah sering kali dia didatangi orang tua yang memohon padanya untuk menikahi anak gadis mereka dengan berbagai alasan dan baru ini kelihatan oleh Mira.

Apakah kali ini Vidi akan menerima atau Mira berkesempatan melepas Vidi.

🌠🌟🌠
NEXT
🔜










Double V SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang