44. Aku yang tersakiti part 3

2.2K 162 29
                                    

DELMIRA

Seluruh tubuhku rasanya remuk terlebih lagi bagian intimku serasa baru melepas keperawanan lagi, gila ini gila tak pernah aku bayangkan jika dalam sehari aku melakukan itu dengan 2 orang pria yang berbeda jam seperti seorang wanita bayaran.

Nikmat, sakit, bingung semua campur aduk dalam diriku ini. Apa yang belum aku ketahui. Apa begitu berat hingga Vidi terlalu menjaganya agar aku tidak mengetahuinya.

Seberat apa pun itu aku harus tahu, apa benar Vido menceraikanku, tapi kenapa? Apa salahku? Kugerakkan sedikit tubuhku dan aku terbangun dengan sisa tenaga yang ada.

Meskipun hanya setengah jam tapi perbuatan Vidi telah membuat tubuhku porak poranda. Inginku berteriak tetapi gak mungkin, gak berteriak saja Hilda udah gedor-gedor dan Afi, ya Allah kenapa ya anak itu. Aku berharap Hilda gak main kasar dengan anakku yang dianggapnya anak sendiri.

Butuh waktu 1 jam dari mulai aku tertatih ke kamar mandi, mandi dan shalat habis itu aku menuju ke arah kamar anakku melihat keadannya dan melewati kamar Vidi ternyata mereka masih bertengkar.

Hilda menangis terus menyalahkan Vidi karena telah melanggar janji. Janji apa? apakah ada perjanjian antara mereka saat Vidi menikahiku dan kudengar lagi kata cerai berulang kali yang diucapkan oleh Hilda.

Aku yakin Vidi gak mungkin menceraikan Hilda ataupun aku karena perceraian dibenci Allah. Salah satu yang bisa aku lakukan adalah kembali pada Vido.

Aku harus mendatangi Vido, aku butuh penjelasannya. Apakah ada kemungkinan untuk rujuk dengannya. Aku mengemasi surat-surat penting baik itu buku nikah antara aku dan Vidi lalu surat, aku terkejut melihat surat cerai yang sudah sah di tumpukkan berkas akta kelahiran Afi.

Pikiranku semakin runyam dan aku harus tahu apa alasan dari semua ini. Aku tidak membawa baju hanya tas jinjing surat menyurat, uang dan perhiasan juga buku tabungan.

Aku mendatangi kamar Afi yang disana sudah ada pengasuhnya, "Tolong saya, kalau Bapak tanya saya kemana, bilang saya ke rumah omanya Afi."

"Ohh, iya Bu."

Aku pun segera pergi dan keluar rumah setelah memberi pesan pada pengasuh Afi dan untungnya anakku setengah terlelap tadinya.

Hujan turun sangat deras, aku sudah menghubungi taxi online karena beban dipikiranku membuat tidak fokus untuk menyetir. Sampai didepan pagar aku dicegat oleh petugas keamanan rumah ini.

"Bu, mau kemana?"

"Ada urusan penting Pak."

"Gak pakai mobil Bu? "

"Gak, saya buru-buru ... cepat bukakan pagar. "

"Oh, iya Bu -- iya. "

Akibat pertanyaan si satpam kami sedikit terkena air hujan, basah tetapi tidak terlalu. Afi yang tadinya tertidur pulas karena lelah menangis dari tadi yang ternyata dicubit Hilda hingga biru ditangannya, sekarang terbangun.

"Bund, mau mana?"

"Mau tempat ayah, Afi mau ketemu ayah kan?"

"Malam, malam bund?"

"Iya sayang, bobok lagi ya nanti kalau sudah sampai bunda bangunin. "

Dia pun menutup matanya kembali dan memelukku erat, sampailah aku di apartemen yang diberitahu Vido tadi siang.

Dengan wajah sedikit was-was dan perasaan tidak enak menghampiriku, tetapi aku terus melangkah saat lift telah terbuka dan berjalan menuju ke tempatnya yang sudah terlihat dari depan lift.

Double V SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang