Season 2 11. Up to You

343 45 29
                                    

ALVIDO

Dulu, saat melihat wanita ini jantungku selalu bergetar, hasrat di dalam tubuh ini selalu inginkan dirinya, memeluknya, mencumbunya bahkan membawanya ke ranjang. Menghabiskan malam malam panas yang tak kenal lelah.

Tetapi sekarang, hanya mendengar suaranya saja darahku mendidih dan ingin dia pergi dari pandanganku selamanya.

Demi untuk membantunya, aku tega membuat Mira terluka tetapi dia malah menipuku dan berselingkuh dengan kekasihnya yang sekarang menjadi suaminya, yang dulu diabaikan atas kehamilannya.

Lalu sekarang dia ingin menggantungkan nasib pada anakku. Tidak akan, cukup aku kau tipu daya iblis betina.

"What do you see?"

Dia terjengkit kaget saat aku berkata tepat di belakangnya yang kulihat dia sedang memantau Afi dan Inka yang berada di taman.

"Just remember fragments of the past, they are same, like us, " ucapnya dan tersenyum riang padaku.

Punya nyali berapa dia berani berucap seperti ini. Cih, mengingatkan tentang masa lalu kami  yang disebutnya 'kita'.

"Your daughter looks innocent but you are a seductive and cheap woman ... how can you equate them with us. "

Dia berbalik menatapku, dengan tatapan nyalang menahan amarah dan aku sambut dengan seringai mematikan ... mendekatkan wajahku padanya.

Hingga kedua mata kami saling menusuk tajam berlawanan ... hebat ... dia berani menantangku.

"What do you want from my son ... a treasure?"

"How dare you talk to me like that. Don't you see there is love in your child's eyes."

"Then why? Is that mean, you are easy to influence his brain in practical thinking. Don't use your daughter to influence my son like you used to me."

"You are bastard!"

"You are a bastard woman!" balasku dan menghalau tangannya yang hendak menamparku lalu aku cekik lehernya dan aku dorong ke dinding.

"In the past, for the help you, I lost my love, for the sake of wanting you to live a better life but I am the one who is suffering now, then you come again ... you want to infiltrate my son's  ... I will never let it be!"

"Vi--Vi-- do," dia tercekat dan wajahnya merah padam tetapi aku tidak gentar, kemarahan ini sudah lama aku pendam dan dia datang menganggap semua telah usai.

Semakin dia meregang sakit, aku semakin tidak peduli, semakin tangan ini mengerat mencekik lehernya, hingga tanganku ditarik paksa oleh Daisy dan Jasmine.

"Enough son ... enough ... you can kill her .. remember to Allah ... please, " ucapan Daisy sedikit mempengaruhiku dan melepaskan cengkramanku dilehernya.

Lalu dia menarik napas sebanyak banyaknya .. .menangis dan berlari pergi dari hadapanku.

"Are you crazy ... do you want to be a criminal ... don't be like that Vido!"

Daisy marah besar padaku, padahal aku sudah menceritakan semua keluh kesahku padanya.

Dia lah penampung curhatku selama ini karena mama kandungku tidak mau lagi mendengar ucapanku dan aunty-ku hanya menceramahiku tanpa tahu alasanku.

Entah iblis mana yang merasuk dalam diriku. Melihat wajahnya yang seakan tak berdosa menatapku membuatku naik pitam, ingin membunuhnya.

**

Afi melirik ke arahku sedikit takut, apa wajahku sedikit menyeramkan ... karena mood-ku masih belum baik sejak pagi tadi ribut dengan Sandra.

Sebagai pelayan, wanita itu tetap menjalankan tugasnya memasak di dapur bahkan masih bisa tersenyum lebar pada kedua remaja di depanku ini.

Lehernya memerah bekas cekraman kuat tanganku tadi. Namun dia terlihat santai benar benar santai, sungguh luar biasa.

Aku pikir dia akan pergi karena tersinggung atau takut padaku tetapi sepertinya tidak.

"Afi, besok kamu sekolah pergi sama ayah. "

"Loh, bukannya ayah gak biasa pergi awal. "

"Banyak kerjaan, " alasanku karena aku tidak ingin lama - lama berada di rumah melihat wanita itu atau nafsu membunuhku terbit lagi.

Ting ..  tong..

Bunyi bel mengalihkan perhatianku, karena tidak mungkin ada tamu yang berkunjung pada malam hari.

"Jasmine, check who is there?"

"Yes, Sir. "

Aku menyuruh Jasmine untuk melihat di layar monitor yang berada di dinding samping pintu untuk mengecek siapa yang datang.

Wanita berusia 30 tahun ini segera berlari menuju arah pintu lalu berteriak

"A woman sir."

Aku mengernyit, ada seorang wanita yang datang menemuiku. Lalu Afi memandangku curiga.

Aku tidak pernah bermain wanita lagi, anakku. Betapa curiganya dia padaku.

"Bring a suitcase. "

Aku dan Afi saling pandang

"A moslem, " tanyaku karena wanita berhijab identik dengan keterangan agama apalagi yang syar'i

"Yes Sir, a moslem"

"Bunda, " ucap Afi dan langsung berdiri, berlari menuju pintu yang lumayan jauh untuk digapai.

Bukannya kemarin Afi bilang 2 hari lagi dan harusnya besok kenapa hari ini.

Apa benar itu dia, jantungku rasanya tidak karuan karena masih ada Sandra disini. Dan saat pintu dibuka,

"Bundaaaa .... "

Astagfirullah, aku harus bagaimana?

Aku berdiri dan dia masuk ditarik Afi dengan senangnya.

Dia berjalan dan melihat sekelilingnya sampai ke atas lalu melihat tepat padaku.

Bibir itu menyunggingkan senyum yang tipis tetapi itu pun tak lama ketika Sandra keluar dari dapur menyajikan makanan diatas meja,raut wajahnya berubah seketika.

Bibir indah itu terlihat mengatup tegas ... matanya tajam menatap ke arah Sandra.

Gawat!

Emosiku belum stabil Mir ... mood juga belum kembali normal. Aku harap kamu tidak memancing keributan denganku kalau dengan Sandra, aku persilahkan. Up to You.

🌠🌟🌠
NEXT
🔜

























Double V SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang