ALVIDO
Untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di rumah ini. Rumah saudara kembarku Vidi.
Sudah hampir setahun aku hidup berdua bersama anakku karena dia memilih tinggal denganku daripada dengan bundanya.
Setidaknya aku bersyukur, salah satu milikku kembali padaku, meski milikku yang tersayang telah dimiliki orang lain dan dia adalah saudaraku sendiri.
Mama dan papa pindah kemari, rumah mereka ditempati oleh aku dan anakku.
Sebenarnya aku gak mau, karena rumah itu terlalu besar hanya untuk kami berdua tanpa adanya seorang wanita yang mengurus kami.
Tapi mama memaksa katanya rumah itu adalah hadiah untuk cucu pertama yakni anakku tercinta, penerusku.
Harum teh ini mengingatkanku pada seseorang yang sangat menyukai green tea.
Hingga aku merasa berhalusinasi dirinya datang dan memelukku lalu berkata,
"I Love You. "
Nyata, seperti nyata dan diriku menegang tiba tiba tetapi ini bukan harum tubuhnya, aroma yang berbeda.
Mungkin ini adalah fatamorgana. Hidupku yang tandus tanpa cinta tiba - tiba dilempar kata cinta dengan ciuman di pipi yang begitu dalam namun ternyata,
"Bundaaaaa."
Aku tersentak,
Oh My God, this is real? Aku tarik segera tangan yang aku pikir khayalan itu untuk bertahan dan aku beranikan diri untuk menoleh padanya.
"I love you too. "
Seketika itu tangannya ditarik paksa dari genggamanku dan wajahnya dipalingkan membelakangiku langsung memeluk putra kami.
Dan tak lama kemudian kembaranku datang langsung memeluknya, mesra.
Inilah alasanku enggan untuk bertemu dengannya. Aku masih belum rela melihatnya bermesraan di depan mataku.
Setahun sudah kami tak bertemu, biasanya Afi yang datang mengunjunginya selama ini dan jika dia datang ke rumah aku selalu mengurung diri dalam ruang kerja dan sekarang jangan tanya betapa rindunya hati ini.
Alhamdulilah rejeki aku dipeluk dan diciumnya hari ini. Allah maha tahu, aku sangat mencintainya dan merindukannya.
Kami makan siang bersama dan waktunya aku untuk memberitahukan rencanaku untuk membawa Afi ke Ausiee agar mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
Bukan berarti di Indonesia tidak baik, aku juga ingin mengasah kemampuannya mendalami pasar uang dan di Aussie ada broker terbaik untuknya memperdalam keahlian.
Baru saja aku mengatakan niatku, Mira langsung keberatan, raut wajahnya tidak rela dan aku tahu ini akan jadi perdebatan panjang antara aku dan dia.
"Aku mau yang terbaik buat Afi, disana dia akan menguasai kemampuannya sebagai trader ini juga untuk masa depannya. "
"Gak mesti disana mas Vido, buktinya di Singapore juga gak ada broker besar tapi dia mampu bersaing dan ikut kompetisi dari broker asal Rusia dan lainnya. "
Suasana di meja makan mulai tegang terutama anak anak yang raut wajahnya terlihat takut mendengar perdebatan ini.
Mama dan papa menjelingku dan memberi kode untuk membicarakannya tempat lain demikian juga Vidi yang langsung akan mengambil sikap.
"Eum, kita bicara--"
Aku langsung potong ucapan Vidi, " Bisa kita berdua bicara sebagai ayah dan bundanya Afi, " ucapku tepat ke arah Mira yang sudah mengatupkan sendok makannya.
Lalu dia berdiri dan aku juga ikut berdiri, Vidi duduk kembali karena tak enak hati atas ucapanku tadi.
Kurasa gak ada yang salah karena orang tua Afi masih hidup keduanya dan tidak perlu tanggapan orang ketiga.
Aku berjalan dibelakangnya dan dia mengarah ke area taman lalu aku cegah.
"Bisa gak di tempat tertutup karena ini privasi, di rumah ini banyak asisten rumah tangga. "
Akhirnya dia putar arah melewati lorong panjang dan masuk dalam ruangan penuh kaca dan di dalamnya terdapat berbagai macam alat fitness dan ruangan ini terhubung dengan kolam berenang besar dan luas.
Mungkin dia sangat bahagia tinggal disini karena ini impiannya dulu saat ingin bangun rumah denganku.
"Kamu mau bawa Afi ke Australia, aku gak setuju!"
"Apa alasannya kamu gak setuju?"
"Disana bebas dan aku gak mau Afi seperti kamu!"
Aku mencoba memahami kata katanya, "Seperti aku, maksudnya?"
"Gak usah pura pura bego' mas!"
Oke, emosinya sudah naik tetapi aku heran dia gak berani menatap aku. Dari tadi saat di taman dengan mulut ketus juga gak berani menatap aku lama meski aku kedipkan sebelah mata.
Emangnya wajahku kenapa terlalu ganteng atau udah ketuaan jadi dia malas lihat.
"Kalau kamu gak percaya silahkan cek setiap bulan kamu datangi dan jenguk dia, jika dia berubah maka silahkan ambil dari saya!"
"Enak saja kamu bilang, seakan Afi adalah barang dan jika berubah bentuk bisa diperbaiki kembali seperti semula, sifat yang sudah terbentuk gak bagus, sampai tua juga gak bagus!"
Aku tersinggung, benar benar tersinggung lalu aku berusaha untuk bicara saling berhadapan dengannya tapi dia malah mencoba menghindar.
"Bisa gak kalau bicara saling hadap - hadapan atau ayo duduk, saling kemukakan apa yang membuat kamu keberatan, kamu seperti anak ABG yang merajuk wajahnya gak mau dilihat. "
"Peduli apa, ngomong ya ngomong aja. Kenapa harus lihat - lihatan, yang intinya kesep --"
Aku langung membalikkan tubuhnya paksa ke hadapanku, lalu dengan cepat dia berpaling. Sekilas tatapan itu, aneh.
Mira setahun yang lalu aku temui dengan ekspresi tenang dan tatapan benci yang luar biasa tapi sekarang kenapa tatapan itu melemah meski mulutnya terus ketus menentangku.
"Mau kamu apa sih mas, kamu yang minta bicara, ayo bicara dan bla bla bla ...."
Aku gak dengar dengan apa yang dia ucapkan, aku hanya fokus melihat mata itu yang melirik kesana kemari tanpa ingin menatap fokus kepadaku.
Tatapan itu lemah, kecewa, putus asa dan aku gak sabaran untuk menerka lagi lalu kusudutkan dia ke dinding, aku kurung dengan kedua tanganku di sisi kiri dan kanan bahunya.
"Mas!" bentaknya dan untuk sekejap mata itu menatapku nyalang tapi bukan benci yang ada disana.
"Kamu masih cinta sama aku? "
"Nonsense!"
"Yes you do, don't lie!" desakku tetapi dia mendorongku kuat demi melepaskan diri dariku.
"Oke, terserah! Kamu bawa Afi tetapi jangan ubah dia jadi seperti kamu!" bentaknya.
Habis itu dia keluar ruangan, berlari sekuat mungkin dan aku seperti orang bodoh yang hanya bisa terpaku di tempat. Saat aku keluar ruangan aku lihat Vidi mengejarnya.
Mata aku gak akan salah melihatkan dan otak ini gak mungkin salah menganalisakan. Biang cinta itulah aku jadi aku gak mungkin salah tafsir. Dia cinta tapi benci.
🆙
⤵️⤵️
![](https://img.wattpad.com/cover/181090190-288-k497134.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Double V Sucks
Romance18+ bijak dalam membaca Delmira seorang gadis lugu, cuek dan apa adanya tidak menyadari bahwa telah diselingkuhi pacarnya yang telah menjalani hubungan dengannya sekitar 6 tahun. Alih-alih menerima pertolongan dari seorang temannya yang bernama Vidi...