0. Prolog

18.8K 1.4K 17
                                    

Aku sedang berkutat dengan peralatan dapur. Hari ini, aku mendapatkan banyak pesanan kue. Sebenarnya melelahkan, tapi aku menyukainya. Ini salah satu hobiku yang bisa menghasilkan uang untukku dan-

"Mama, Nana lapar Ma"

-Buah hatiku.

"Aaa, kamu sudah bangun?" Tanyaku sembari mensejajarkan tinggiku dengannya.

"Hum. Mama sedang apa?" Pandangannya tertuju pada peralatan dapur yang belum kubereskan. "Mama bikin kue ya?"

"Iya. Kamu lapar hum?" Dia mengangguk dengan cepat.

"Kalau begitu, Mama akan memasak makan malam untuk kita" Aku mengelus pucuk kepalanya dengan lembut. "Tolong bangunkan Jeje ya? Setelah itu kalian harus mandi. Ini sudah sore"

"Ay ay, Madam" Aku tertawa kecil melihatnya berlari menuju kamarnya dan saudarinya.

.

.

.

"Mama" Panggil Jena yang tengah menyantap makanan kesukaannya. "Ya? Telan dulu, baru bicara nak. Nanti keselek loh" Dia mengangguk dengan berusaha menelan makanannya.

"Ma, minggu depan di sekolah ada pertunjukan musik. Dan kami akan tampil loh"

"Wah, benarkah?" Aku memandang kagum pada kedua anakku. "Iya ma. Mama bisa datangkan?" Kali ini Jaemin ikut bersuara.

"Tentu saja Mama akan hadir. Mama akan selalu hadir demi kalian" Aku tersenyum lembut pada mereka.

"Tapi Ma" Mendadak ekspresi Jaemin berubah, dia terlihat sedih. Padahal baru saja dia terlihat ceria. Ada apa ini?

"Tapi kenapa, nak?" Ternyata, Jena juga menampilkan ekspresi yang sama dengan saudaranya. "Sebenarnya, acara ini mewajibkan kami membawa orang tua, Ma"

Aku menatap bingung kearah mereka "Loh? Mama kan orang tua kalian. Kenapa kalian terlihat sedih?"

"Maksud kami, Mama dan Papa" Aku tersentak mendengarnya. 'Papa' ya?

"Kalau Mama aja yang datang, apakah ada masalah?" Tanyaku berusaha setenang mungkin.

"Tidak ada sih, Ma" Mereka semakin menundukkan kepalanya. Aku sedih melihat buah hatiku murung seperti ini.

"Kami sedih, Ma" Jaemin menegakkan kepalanya. "Setiap ada acara di sekolah, hanya Mama yang datang"

"Kami bukannya tidak suka" Begitupun dengan Jena, dia juga mengangkat kepalanya.

"Kami sedih, karna semua teman kami membawa Mama dan Papa mereka. Sedangkan kami tidak pernah"

"Papa kapan pulang, Ma? Kapan Papa akan ingat kita, Ma?" Terlihat sekali mereka menahan air matanya. Mendadak nafsu makanku lenyap.

"Mama tidak tahu, nak. Maafkan Mama" Selalu. Selalu aku akan memberikan jawaban yang sama, tiap kali mereka menanyakan tentang 'Papa'nya.

Yang kukatakan memang benar. Aku tidak tahu keberadaan 'Papa' dari buah hatiku, dan aku tidak mau tahu.

"Sudah ya? Jangan nangis lagi. Sekarang kalian tidur ya. Jangan lupa cuci kaki dan sikat gigi" Aku beranjak dari meja makan dan mengambil piring kotor.

Saat aku hendak mencuci piring, kakiku dipeluk oleh seseorang. Dua orang lebih tepatnya.

Ketika aku membalikan badanku, aku sudah melihat air mata yang mengalir dari kedua mata mereka.

Aku tidak tega melihatnya, dengan cepat memeluk mereka. Dan tangisan mereka semakin kencang. Sebisa mungkin aku tidak ikut mengeluarkan air mata yang sudah aku tahan sedari tadi.



Maafkan Mama, sayang. Maafkan Mama membuat kalian bersedih. Maafkan Mama membohongi kalian, lagi

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang