59. Unknown

2.6K 504 143
                                    

Bahunya yang lebar nan tegap adalah hal pertama yang kulihat begitu memasuki apartemenku. Tidak kaget sih, kami saling menukar password apartemen masing-masing, takut jika terjadi sesuatu.

"Darimana saja kau?" Suara baritonenya menyambutku saat aku berjalan mendekatinya yang tengah berada di ruang tamuku, memakan seloyang pizza dengan santainya tanpa menoleh sedikitpun kearahku. "Dari bank"

"Blokir rekening lagi?" Aku hanya mengangguk sebagai jawabannya lalu mendesah lelah. Ini sudah kesekian kalinya aku bolak-balik ke bank hanya untuk memblokir rekening dan membuka akun baru. Mungkin pegawai disana sudah hapal dengan wajahku saking seringnya kesana.

"Lalu kau pergi ke Lovely Onrphanage?" Sekali lagi aku mengangguk lemas dan memilih duduk disebelahnya. Bukannya bagaimana, pergi kedua tempat yang jaraknya jauh itu cukup melelahkan, meski aku naik bus dan hanya duduk saja. Tapi setidaknya rasa lelahku terbayarkan melihat senyum bahagia anak-anak panti tadi.

Hendery memberiku segelas air minum dan langsung kuraih, meneguknya sampai isinya tandas. "Sudah tahu oknum yang selalu mentransfer ke rekeningmu?"

"Tidak. Mereka masih merahasiakan orangnya. Sepertinya aku harus ganti bank deh"

Ia meneguk soda kaleng kesukaannya sebelum benar-benar menatap kearahku. "Tidak apa kau menyumbangkan semua uang itu ke panti asuhan? Selama ini kau tidak pernah menyentuh uang itu sedikitpun dan langsung menyumbangkannya"

"Jumlahnya tidak sedikit loh, 500 ribu dollar setiap transaksi. Toh juga itu sudah menjadi hakmu, apa tidak sayang? Ditambah keperluanmu banyak"

Segera aku membantahnya dengan menggerakkan kepalaku, menggeleng penuh yakin. "Aku tidak mau memakai uang yang tidak jelas asal usulnya. Seperti yang kau katakan, jika uang itu sudah jadi hak milikku, otomatis aku juga berhak untuk apakan uang itu, yah salah satu cara dengan sumbangkan ke panti asuhan, mereka lebih membutuhkannya ketimbang aku"

"Dan aku masih mampu menghidupi diriku dan buah hatiku tanpa embel-embel uang itu"

Tanpa aba-aba darinya, ia mengangkat kedua kakiku satu-persatu dengan hati-hati, memijatnya dengan lembut. Aku terlalu malas untuk membantahnya, ia tidak terlihat ragu untuk memijat kakiku tanpa kupinta.

"Kau bersikap baik padaku karna suruhan dari kakakmu, 'kan?" Sedetik kemudian tangannya berhenti bergerak tetapi masih diposisi yang sama. Kemudian menatapku tajam, hanya sebentar, sebelum akhirnya memilih melanjutkan aktifitasnya yang sempat tertunda.

"Tidak juga" Kedua kakiku semakin rileks di tiap pijatannya. "Tanpa Jiějiě mintapun, aku akan tetap bersikap baik padamu, tapi tidak secara gamblang" Oke, seharusnya aku tidak bertanya soal ini, karna aku tidak mengerti apa maksudnya. Aku sendiri juga tidak tahu kenapa bertanya tadi.

Mendesah lega, aku banyak berterimakasih padanya sudah mau mentreatmentku dengan baik.

"Kau sudah tahu senin depan hari pertamamu kuliah?"

"Ne"

Selanjutnya kami terdiam, cukup lama sampai terdengar suara ketukan di pintu apartemenku. "Halo? Hyomin?"

"Eh, eonni? Ada apa?" Buru-buru aku berdiri dan berjalan begitu mendengar suara Seola eonni. Dia lebih tua 5 tahun dariku, fyi.

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang