72. Don't Need To Know

3.1K 506 99
                                    

Seharusnya, hal yang pertama yang kulihat ketika membuka mata adalah sinar lampu yang langsung menyorotiku dengan dinding kamar berwarna abu-abu. Aku tekankan lagi, seharusnya.

Tapi kali ini, tidak.

Yang aku lihat justru sinar lampu tidak terlalu terang dengan dinding ruangan berwarna putih gading, serta aroma obat-obatan mulai menyengat hidung.

Mataku terus mengitari seisi ruangan itu, sampai mataku berhenti, mulai fokus dengan sesuatu yang sedang terjadi. Dan detik itu juga aku sadar, aku sekarang berada dimana.

Ruang bersalin.

Yang sedang bersalin saat ini ialah seorang perempuan dengan peluh membahasi wajah cantiknya, seorang perempuan yang kucintai sampai sekarang, detik ini.

Na Hyomin.

Meski mataku terus memicing, tetap saja hanya Hyomin seorang yang bisa kulihat wajahnya. Padahal ada banyak orang disini.

"Ayo, mengejanlah yang kuat!"

Suara feminim yang kutebak berasal dari dokter yang menangani proses persalinan Hyomin terdengar jelas ditelingaku, walau jarakku cukup jauh darinya.

Dan ketika aku mendengar suara rintihannya ketika ia mengenjan, demi apapun, detik itu juga aku berusaha sekuat tenaga untuk bergerak, berlari menghampiri ranjangnya. Lalu membisikkan kata penyemangat serta menggenggam tangannya, seakan memberinya kekuatan untuk melahirkan anak kami.

Namun sayang, kakiku tidak bisa bergerak sama sekali, seolah kakiku terpaku dengan kuat dilantai.

Tidak sekali dua kali tanganku mencubit bagian tubuhku, membuktikan apa yang kulihat ini hanya mimpi atau bukan. Dan yang kudapati rasa sakit di tubuhku, berarti ini bukan mimpi.

Kini, yang bisa kulakukan ialah berdoa dalam hati, berharap Hyomin dan anak kami selamat, sembari mengusap mataku yang terus-menerus mengeluarkan air mata.

Sial.

Aku tidak tega melihat Hyomin kesakitan seperti ini. Tidak. Sampai kapanpun aku tidak pernah suka melihatnya terluka.

Sialan.

Dan fakta bodoh yang baru kusadari adalah akulah orang yang telah membuat hidupnya hancur, akulah sumber penderitaan yang ia alami sekarang.

Benar-benar brengsek kau, Jung.

Kedua tanganku terkepal begitu terdengar rintihan kesakitan darinya, saat dokter menyayat perut bawahnya. Aku berusaha mengatur deru napasku yang tidak beraturan.

"Anakku... yang mana lahir duluan?" Suara lirihnya mengangetkanku. Berusaha mencerna maksud ucapannya.

Anak? Lahir duluan? Jadi maksudnya anak kami ada lebih dari satu?

Teriakan kencang dari Hyomin bersamaan dengan tangisan bayi menggema di ruangan ini, membuatku lega sekaligus bahagia. "Bayimu seorang putra yang tampan" Senyumku mengembang mendengar bahwa aku memiliki seorang putra.

Aku sudah menjadi seorang Papa.

Tapi kelegaanku sirna begitu Hyomin kembali mengejan. "Kau masih punya bayi putri yang belum kau lahirkan. Mulailah mengejan" Titah dokter terdengar jelas ditelingaku. Semakin membuat bingung dengan situasi ini.

Jadi, aku akan memiliki sepasang bayi kembar laki-laki dan perempuan? Benarkah?

Ada yang aneh, bayi perempuan kami tidak terlihat meski Hyomin terus mengejan. Tidak bergerak sedikitpun. Mataku terus menyipit melihat kondisi mereka.

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang