Special Chapter : First and Last

3.3K 406 45
                                    

Mungkin hampir semua orang suka dengan musim gugur. Musim dimana hampir semua pohon merontokkan daun-daunnya, menyelimuti jalanan dan trotoar kota dengan daun keringnya berwarna coklat dan orange. Merasakan udara sejuk setelah hampir tiga bulan diserang oleh panasnya matahari musim panas.

Seorang perempuan berlarian kecil menuju taman bermain yang sepi, mengabaikan deru napasnya tak beraturan dan rambutnya bergerak bebas.

"Hhh... maaf aku terlambat" Katanya begitu sampai di salah satu bangku taman, memegang lututnya sembari mengatur napasnya.

Hyomin, perempuan itu masih menunduk tanpa melihat reaksi orang didepannya. Setelah beberapa detik, dia mengernyit heran karna tak kunjung mendengar suara apapun selain napasnya.

Belum sempat dia bersuara, tangannya ditarik lembut oleh orang itu, mengajaknya untuk mengisi kekosongan ruang di bangku taman.

Dan Hyomin terpaku begitu surainya disisir pelan dengan jari orang tersebut, memperbaiki rambutnya yang sempat kusut. "Tak apa"

"Berapa lama kau disini?"

Pria disampingnya tidak langsung menjawab, dia tampak berpikir sejenak dengan tangannya masih bergerak di pucuk kepala Hyomin. "Satu jam, mungkin?"

"Harusnya kau pulang jika menungguku selama itu"

Hyomin mendapati pria itu terkekeh. "Jika aku pergi, aku tidak bisa bertemu denganmu"

"'Kan masih ada lain hari"

Pria itu kini memalingkan wajahnya menghadap ke arah Hyomin, dengan senyum tipis tercetak diwajahnya. "Kau sepertinya yakin kita akan bertemu lagi"

Kerutan di kening Hyomin semakin dalam, tidak mengerti apa maksud ucapan pria didepannya. "Tentu. Kenapa tidak?"

Sekali lagi, lawan bicaranya terkekeh, lebih keras dari sebelumnya. "Oh ya, bagaimana dengan Jaehyun? Sudah membaik?"

Dengan semangat, Hyomin mengangguk. "Ya, dia sudah pulih. Buktinya dia sudah ke kantor dua minggu setelah siuman"

"Lalu, bagaimana Nana dan Jeje?"

"Mereka baik-baik saja"

"Syukurlah" Helaan napas terdengar jelas sesaat setelah pria itu berucap.

"Kapan kalian menikah?"

Dalam sekejap mata, pipi Hyomin bersemu merah, tidak menyangka dia akan diserang dengan pertanyaan yang bersifat sensitif baginya.

"Aku? Menikah? Dengan siapa coba?"

Pria tersebut berdecak kesal. "Dengan Jaehyun lah, masa denganku"

"Dilamar saja belum, bagaimana bisa kami menikah"

"Bilang padanya, jika sampai minggu depan dia tidak melamarmu, siap-siap dia akan patah hati untuk seumur hidupnya"

Refleks, Hyomin tertawa pelan, berusaha menutupi kegugupan sekaligus perasaan tidak nyaman di dadanya. Hyomin tahu, tidak ada nada bercanda saat pria itu berbicara, seolah dia tidak main-main dengan perkatannya.

"Annchi"

"Hm?"

"Aku rindu New Zealand"

Oke, sudah tak terhitung berapa kali Hendery—lawan bicaranya membuat Hyomin terkesiap dalam satu waktu.

Sejak tadi, Hyomin juga berusaha berpikir keras kemana arah pembicaraannya. Dia tahu, Hendery bukanlah tipe orang yang suka berbicara secara random.

"Kenapa? Kenapa kau rindu New Zealand?"

"Entah"

"Tiba-tiba saja aku rindu New Zealand" Sambungnya cepat. "Banyak hal yang aku dapatkan saat aku tinggal disana"

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang