73. Released

2.9K 472 40
                                    

Meski dia telah mengungkapkan kebenarannya, meski dia sudah berkata bahwa ia tidak sejahat yang kuduga selama ini, tetap saja, tidak ada yang berubah darinya. Bahkan setelah hampir 2 tahun aku tidak pernah bertemu dengannya, dia masih sama. Dingin dan menusuk.

Yap, benar sekali. Dia, Tyler Kwon tidak pernah mengunjungiku, sama sekali. Satu janji Mommy yang tidak ditepati, yaitu mengajak Daddy datang mengunjungiku. Aku sudah menduganya.

Lagipula, apa yang bisa kuharapkan darinya?

Jadi, ketika aku menginjakkan kaki dirumah masa kecilku, aku sudah tahu tidak akan ada sambutan ramah darinya.

"Selamat datang kembali, sayang"

Kedua tanganku terulur, mendekap perempuan cantik didepanku dengan hangat. Tentu, pelukanku mendapat balasan, bahkan tangannya yang berada di punggung bergerak, mengelusku dengan lembut.

Setelah puas, Mommy melepas dekapanku, mulai menarik tanganku untuk masuk kedalam, tanpa sempat memberi salam; sepatah kata untuk pria yang masih setia menatapku tajam.

"Duduk dulu, nak. Kau pasti lelah setelah mengikuti acara pelepasan" Tangan halusnya menekan kedua bahuku untuk duduk di sofa panjang yang ada di ruang keluarga. "Mommy mau lanjut masak dulu"

Belum sempat aku menyela, Mommy langsung pergi begitu saja. Meninggalkanku berdua dengan pria yang baru saja duduk disampingku, dengan jarak cukup jauh tentunya.

Suasana canggung benar-benar membuatku mati kutu, aku tidak tahu harus bersikap apa atau membahas topik apa bersamanya. Aku tidak pernah berlama-lama di ruangan yang sama dengannya, kecuali Mommy memaksaku.

Tiba-tiba, pria disebelahku berdeham keras. "Bagaimana dengan kehidupan militer?"

Pertanyaannya yang terkesan tiba-tiba membuatku tersentak sebentar, sebelum akhirnya aku membasahi tenggorokanku yang mendadak terasa kering. "Biasa saja" Jawabku singkat, padat, dan datar.

Aku sangat yakin dia kini mulai memusatkan perhatian padaku, walaupun mataku fokus menatap foto keluarga berukuran besar diatas rak koleksi Vinyl milikku.

"Daddy ingin membahas sesuatu denganmu, nak" Nak? Dia memanggilku nak? Serius? Sepertinya aku salah dengar.

"Apa?"

Tanpa suara, Daddy merogoh benda dibalik saku celananya lalu meletakan diatas meja, yang berada persis dihadapanku. Awalnya aku membalasnya dengan tatapan bingung, tanganku bergerak mengambil kotak beludru putih gading itu dan membukanya.

Sial, bagaiamana bisa benda ini ada di tangannya?

"Aku baru tahu kau sudah mampu membeli barang mahal, tanpa sepengetahuanku"

Tidak terdengar nada mencibir ataupun sindiran darinya, ia masih mempertahankan intonasinya yang datar. "See? Kau bahkan bisa membeli kalung bernilai fantatis untuk Hyomin"

Aku menutup kotak beludru ditanganku. "Darimana Daddy dapat kalung ini?"

Bahunya terangkat acuh kemudian. "Percaya tidak kalau Hyomin yang menjual kalung itu untuk biaya rumah sakit anak kalian?"

"Apa?"

Tubuhnya yang awalnya berdiri tegap kini mulai rileks dan mulai bersandar pada sofa dibelakangnya. "Aku tidak pernah mengerti pikiran menantuku. Aku sudah memberinya uang setiap bulan, tapi dia selalu menyumbangkannya. Padahal, untuk biaya hidupnya dan anak kalian saja masih kurang"

Aku mengangguk paham, Mommy pernah cerita ini sebelumnya. Kalau aku diposisi Hyomin, aku akan melakukan hal yang sama, tidak menggunakan uang itu. Siapa juga yang mau pakai uang yang tidak jelas asal-usulnya? Orang pintar sepertinya pasti akan menolak mentah-mentah.

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang