69. Days Without You

2.7K 511 20
                                    

Meski saat ini sedang musim panas, bukan berarti setiap hari akan selalu ada matahari yang bersinar dengan teriknya. Ada kalanya matahari memilih untuk beristirahat, digantikan oleh awan mendung yang siap menjatuhkan titik airnya kapan saja. Cuaca di Korea memang kadang selucu itu.

Tapi takdirku jauh lebih lucu dari cuaca tidak jelas ini.

Aroma perpaduan rerumput basah akibat rintik hujan atau yang Hyomin pernah bilang disebut Petrichor mulai mengelitik hidungku. Tidak masalah, aku menyukainya. Setidaknya ini membantuku untuk merasa sedikit tenang.

Langkah kakiku terasa berat begitu aku memasuki area pemakaman umum. Tidak hanya kaki, tapi hatiku rasanya berat tiap kali aku berada disini.

Tubuhku berhenti tepat didepan dua makam yang penuh dengan rumput dengan potongan rapi. Berjongkok, aku meletakan bucket bunga mawar putih diatas makam bertuliskan 'Son Na Eun', sedangkan bucket bunga lily putih diatas makam dengan nama 'Na Taemin'.

Hyomin pernah bilang, Eommanya suka sekali dengan mawar putih. Dia juga pernah cerita, semasa hidup, Appanya selalu memberinya bunga lily putih. Itulah sebabnya, gadis itu selalu membawa dua jenis bunga itu untuk orang tuanya. Dan yah, aku melakukan apa yang gadis itu lakukan.

Aku duduk bersimpuh dan menangkup kedua tanganku, memberi doa sekaligus salam pada kedua orang tua Hyomin. Setelah selesai, aku menatap kedua batu nisan dihadapanku dengan sendu.

"Kalian pasti muak melihat kedatanganku setiap minggu" Aku tersenyum tipis, sangat tipis. "Kalian juga pasti tidak sudi melihatku ada disini"

"Tentu saja" Aku menggosok tanganku pelan akibat udara dingin yang menerpaku. "Orang tua mana yang tidak benci melihat orang yang telah menghancurkan hidup putrinya setiap minggunya"

Aku tidak tahu kenapa rasanya jantungku diremas begitu kuat oleh sebuah tangan besar tak kasat mata setiap aku berada disini. Yang berakibat, aku sedikit kesulitan bernapas, padahal udara disini cukup segar. "Aku juga tahu, kalian pasti bosan mendengar permintaan maafku. Aku tahu itu"

"Tapi, itu satu-satunya cara untuk menyampaikan rasa bersalahku pada kalian"

Mengabaikan udara dingin yang berhembus semakin kencang, aku berusaha menengakkan posisi dudukku. "Aku tahu aku tidak pantas mendapatkan maaf dari kalian, bahkan sampai kapanpun"

Diam termenung, satu tetes air mata kubiarkan lolos begitu saja. "Maaf" Kataku lirih. "Maafkan aku" Aku menurunkan pandangan, menatap rumput hijau dengan tatapan kosong. "Maafkan aku telah menyakiti putri kalian"

"Maafkan aku tidak bisa berada disisinya"

"Seharusnya aku lebih berusaha untuk memperjuangankannya" Kekehku nanar seraya mengusap pipi yang mulai basah. "Tapi aku terlalu takut dia semakin terluka karnaku"

"Pengecut sekali, bukan?"

"Aku terlalu pengecut untuk menghadapi risiko yang bahkan aku tidak tahu akan terjadi atau tidak. Aku terlalu takut menyakiti putri kalian lebih jauh lagi"

Keadaan pemakaman yang sepi dari peziarah membuatku sedikit bersyukur, setidaknya tidak ada orang yang berkomentar bahwa aku gila karna berbicara dengan diri sendiri.

"Setelah semua yang terjadi, aku merasa tidak pantas bersanding dengannya"

"Aku pikir, dengan melepaskannya dengan seseorang yang pantas bersamanya adalah solusi yang tepat saat ini" Sudah tidak terhitung berapa kali aku terkekeh pedih selama 30 menit terakhir. "Namun, sampai detik ini, aku benar-benar tidak rela melepasnya, untuk pergi dariku"

"Rasanya janggal" Jedaku sejenak. "Ada perasaan dimana aku ingin pergi, menyusulnya yang entah dimana sekarang"

Menarik napas panjang, netraku kembali menatap kedua batu nisan dihadapanku. "Tapi, ketika tekadku sudah bulat, aku kembali tersadar, aku tidak akan bisa membuat senyum tulus terlukis diwajahnya lagi"

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang