27. Revealed

6.2K 1K 273
                                    

Bertingkah baik-baik saja, seperti tidak memiliki masalah, itu melelahkan. Aku tidak profesional dalam hal ini.

Seperti sekarang, aku harus bersikap baik kepada Daepyonim, meski aku selalu mengutuknya dalam hati.

Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Aku lelah. Sudah tiga hari aku harus menahan emosiku. Aku terlalu enggan berurusan dengannya.

Hadir di kantor lebih lambat, tidak izin saat akan makan siang, pulang lebih awal, itu baru hal kecil yang aku lalukan selama tiga hari. Berusaha berinteraksi seminimal mungkin dengannya.

Aku selalu menyibukkan diri, mengerjakan semua pekerjaan, yang bahkan bisa dikerjakan untuk minggu depan, lebih memilih mengantarkan dokumen ketimbang memanggil orang tiap departemen ke ruanganku.

"Hah!" Aku terkesiap ketika Interkomku berbunyi. Sial, aku terlalu banyak melamun.

"Ada yang bisa saya bantu, Daepyonim?" Aku berusaha menjaga sikap dan intonasiku. Ingat Hyomin, profesional.

"Hn. Keruanganku. Sekarang"

Tut.

Aish. Selalu seperti ini. Seenak jidatnya memutus panggilan tanpa membiarkanku membalasnya.

Aku memperbaiki pakaian dan riasanku. Aku harus berpenampilan baik seperti biasanya.

Aku masuk dengan MacBook didekapanku. Aku tidak tahu tujuan aku dipanggil kesini. Seingatku, semua jadwalnya sudah kuserahkan kemarin. Seharusnya aku tidak perlu berada disini.

"Ada yang bisa saya bantu, Daepyonim?" Kali ini, Daepyonim menatapku ketika aku berbicara dengannya. Biasanya dia akan sok fokus dengan pekerjaanya. Aneh.

"Duduk"

Aku tidak langsung mengikuti perintahnya. Aku tidak tahu harus duduk dimana.

"Kenapa diam saja? Duduk di sofa sekarang" Aku mengangguk pelan, dan berjalan menuju sofa panjang di ruangan ini.

Bersyukur aku membawa MacBook, kalau tidak aku akan mati kutu disini. Tidak ada yang bisa aku kerjakan disini. Bahkan ini sudah 17 menit telah berlalu, dia tidak bicara apapun padaku.

Aku mendengus kesal. Tujuan dia menyuruhku kemari apa? Dia membuang waktu berhargaku-yang bisa kugunakan untuk melamun atau mendengarkan lagu.

"Maaf Daepyonim, jika tidak ada yang bisa saya kerjakan. Saya akan pa-"

"Tunggu 2 menit lagi"

"Untuk ap-"

"Ya, tunggu saja"

Lagi-lagi dia memotong pembicaraanku. Aku menatapnya sebal sebentar, lalu kembali fokus ke MacBook. Oke, 2 menit. Dan jika lebih dari itu, aku akan misuh-misuh dihadapannya.

Aku mendengar hentakan langkah kaki dari luar ruangan Daepyonim. Aku bisa menebak, pemilik langkah kaki ini adalah seorang perempuan.

Brak.

"Kemana Sekretaris tidak bergunamu, Jaehyunie? Bisa-bisanya dia meninggalkan ruangannya saat jam kerja"

'Kan? Tebakkanku tepat sekali. Saking tepatnya, sampai aku mengumpat dalam hati.

Tujuan Daepyonim mempertemukan aku dengan wanita si 'pencari muka' ini apa? Kalau dia hanya ingin menunjukkan aksi 'membela' sahabatnya seperti tempo hari, aku akan keluar.

"Loh?! Kenapa ada wanita iblis ada disini?" Iblis? Haha. Sepertinya aku harus memberikan dia cermin. Agar dia tahu apa arti iblis sesungguhnya.

"Duduk Sora"

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang