81. Lose!

2.6K 473 70
                                    

/Author POV/

Hyomin bukanlah sosok yang suka menyimpan dendam pada siapapun, sekecil apapun. Sejak kecil, Taemin—appanya selalu mendidiknya menjadi sosok sabar dan selalu mengalah, mengajarkannya bahwa terkadang perdebatan tidak akan menyelesaikan masalah, memberitahunya tidak ada salahnya menjadi pemaaf. Taemin telah berusaha menanamkan sifat baik pada putri semata wayangnya.

Itulah sebabnya sampai sekarang Hyomin bisa bertahan bersahabat dengan Lucas dan Mark. Sekesal apapun dia terhadap kedua sahabatnya, tidak pernah sedikitpun ia memiliki dendam kepada mereka. Dia tahu, mereka selalu ingin menghibur Hyomin yang mudah menangis itu, meskipun terkadang candaan mereka selalu mematikkan amarahnya.

Toh juga, untuk apa dia menyimpan dendam pada orang yang telah membantu hidupnya?

Seperti sekarang, Hyomin tengah berkutat dengan peralatan dapur; memasak sarapan untuk kedua anaknya dan pemilik rumah yang ia tumpangi.

"Ck. Jangan memelukku Magu!"

"Biasanya dulu suka kupeluk. Malah, kau yang terus memintanya"

"Tapi itu 'kan dulu" Hyomin memukul tangan Mark yang masih menempel diperutnya. "Lepaskan, atau puding semangkamu batal kubuat"

Pria itu mendecak kesal seraya melepaskan dekapannya setelah mendengar ancaman dari sahabatnya.

"Nana dan Jeje sudah bangun?" Tanya Hyomin tanpa mengalihkan perhatian dari masakannya. Dari ekor matanya, dia bisa melihat Mark tengah mengambil air minum dari lemari pendinginnya.

"Sudah" Jawabnya setelah menandaskan gelasnya. "Mereka lagi mandi"

Respon Hyomin hanya menganggukkan kepalanya berulang kali. Setelah ia memindahkan masakannya keatas meja makan, kini tugas akhirnya membuat susu untuk kedua anaknya.

"Mark, ingatkan hari ini antar aku ke kantor imigrasi?"

Mark bergeming, dia sama sekali tidak bereaksi. Hal itu mengundang atensi Hyomin yang awalnya sibuk menyiapkan bekal untuk si kembar berbalik kearahnya. Mata mereka saling bertemu, Hyomin kebingungan melihat tatapan Mark terkesan tajam. "Mark?"

Cukup lama pria itu terdiam, sampai akhirnya satu helaan napas panjang terdengar jelas darinya. "Omin"

"Kau yakin akan ikut pergi denganku?"

Suara dentingan antara sendok dan gelas kaca terhenti, bukan karna gula dalam susu sudah larut, tapi karna ibu dua anak itu terdiam mendengar pertanyaan dari sahabatnya. Refleks, keningnya mengkerut dalam. "Kenapa? Kau berubah pikiran?"

"Atau, kau keberatan mengajakku ikut bersamamu?"

Mark berjalan mendekati Hyomin, berhenti ketika ujung sandalnya bertemu dengan ujung sandal milik Hyomin, masih dengan ekspresi wajahnya serius. "Tidak, aku sama sekali tidak keberatan"

"Hanya saja" Tiba-tiba Mark menatap sesuatu dibelakang Hyomin, berusaha untuk tidak menatap matanya. "Aku rasa kau tidak bisa pergi dalam kondisi seperti ini"

"Apa maksudmu?"

Kedua bahu Hyomin berada di cengkraman tangan pria dihadapannya, semakin membuatnya kebingungan dengan semua tingkah anehnya. "Selesaikan masalahmu, sebelum kau pergi dari sini"

Lima detik kemudian, Hyomin mulai mengerti apa yang Mark maksud, paham kemana arah pembicaraan mereka. Hyomin kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda, menghiraukan sahabatnya yang masih menunggu jawabannya.

"Hyomin" Tidak ada sahutan dari si pemilik nama.

"Omin" Dia tetap bergeming meski pekerjaannya sudah selesai.

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang