77. Threat

2.7K 439 157
                                    

"Ma?"

"Hm?"

"Papa masih lama ya pergi ke Perancis?"

Pertanyaan dari Jena membuat aktivitasku terhenti sejenak. Menatap buah hatiku sebentar, aku kembali menyusun bekal makan siang untuk mereka. "Mama juga tidak tahu"

Selanjutnya, aku bisa mendengar desahan kecewa disertai rengekan tidak terima dari mereka. Aku hanya bisa tersenyum simpul sembari mengelus kepala Jena. "Yang sabar, Papa pasti pulang kok"

"Tapi lama, Ma" Sela Jaemin kesal. "Minggu depan itu lama sekali"

Sekali lagi, aku hanya bisa menenangkan mereka. "Kalian rindu Papa ya?"

"Banget!" Seru mereka kompak.

Tersenyum samar, aku memasukkan kedua kotak bekal anakku ditas mereka masing-masing. Setelah selesai, aku memposisikan diriku duduk dihadapan mereka. "Nanti kalian telpon Papa. Tapi kalian harus habiskan sarapan dulu, ya? Sebentar lagi paman Jihoon antar kalian ke sekolah"

"Loh? Mama kerja ya?"

"Iya lah" Jedaku sejenak. "Kalau Mama gak kerja, kita dapat uang darimana?"

"Loh, kata Papa Mama gak usah kerja" Sahut Jaemin setelah menelan makanannya.

Aku tidak membalas ucapan anakku, aku lebih memilih menutup bibir dan fokus ke arah kedua pipi buah hatiku yang tengah mengembung saat makan.

Dulu, saat kami memutuskan menjadi orang tua untuk si kembar, bersama merawat anak kami meski tidak terlibat dalam hubungan apapun selain pekerjaan, Jaehyun selalu memintaku untuk resign dari pekerjaanku, menjadi sekretarisnya.

Alasannya cukup simple, agar aku punya waktu yang cukup mengurus Jaemin dan Jena tanpa harus memikirkan uang untuk kebutuhan kami sehari-hari. Karna sejak awal, Jaehyun memberiku uang diluar uang gajiku.

Tapi, aku tidak serta merta mengikuti ucapannya. Aku selalu berkata pada diriku sendiri bahwa aku masih mampu mencari uang untuk anakku, tidak mau bergantung banyak hal dengannya. Meski, gajiku masih berasal darinya, setidaknya itu lebih baik ketimbang duduk manis menunggu uang darinya.

'Ting... Tong...'

Mataku spontan melihat jam dinding yang berada tepat diatas TV yang tengah menampilkan kartun kesukaan kedua anakku, Spongebob Squarepants.

Tepat pukul 7 pagi.

Sial.

Segera, aku beranjak dari kursiku dan mengambil kantong plastik hitam berukuran besar.

'Dia' belum mau berhenti rupanya.

Ketika aku membuka pintu apartemenku, mataku langsung tertuju pada sebuah box berukuran sedang yang ada di hadapanku. Tanpa pikir panjang, aku berjongkok dan berusaha memasukan kotak itu tanpa membukanya.

Mau sampai kapan 'dia' melakukan hal sinting ini?

"Noona?"

Panggilan dari lelaki disampingku terpaksa menghentikan aktivitasku. Tidak merubah posisiku, aku mulai memfokuskan diri pada salah satu adik kesayanganku. "Ngapain?"

"Mau buang kotak ini"

"Kenapa dibuang? Sudah liat isinya?"

Menghela napas panjang, aku berdiri dengan kantong plastik menggantung ditanganku. "Belum"

"Kalau kau mau, buka aja"

Tanpa kuperintah dua kali, Jihoon berjongkok dan mulai membuka isi dari kotak tanpa identitas itu.

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang