Aku menatap bingung kearah duo Kim, yang tengah menatapku jahil dan memamerkan senyum miringnya. Ada apa ini?
"Gimana? Ganteng 'kan Daepyonim?" Aku semakin mengkerutkan keningku mendengar pertanyaan dari Yeri.
"Eonni kira kami gak tau kalau eonni ketemu Daepyonim di ruangan pak Jungkook?" Tanya Sejeong sembari melipat kedua tangan didadanya.
Aku kira mereka tidak tahu. Karna, selepas dari ruangan pak Jungkook, aku langsung membereskan meja kerjaku, dalam keadaan ruangan HRD yang sudah sepi.
Aku mengabaikan pertanyaan mereka. Ini masih pagi, dan mereka dengan seenak jidatnya merusak awal hariku dengan sebuah pertanyaan konyol.
"Ih, eonni. Jawab dong pertanyaan kami" Haah, mereka harus bersyukur karna mereka bisa ribut dengan aman. Karna Irene-nim telat hari ini.
"Iya, iya. Daepyonim ganteng" Jawabku malas, yang dibalas pekikan girang dari mereka.
"Karna Daepyonim itu pria" Aku langsung menerima pukulan di kedua bahuku. Aku menyesal pernah meminta meja kerjaku berada diantara mereka.
"Ah, eonni gak seru. Aku ngambek nih sama eonni"
"Sama. Aku juga"
Masa bodoh mereka akan ngambek denganku. Mereka tidak akan bisa merajuk denganku terlalu lama. Aku kembali fokus dengan pekerjaanku, yang harus kuselesaikan semua sebelum weekend.
Aku harus berterima kasih pada Jinyoung, salah satu karyawan magang, yang merekomendasikan Lavender Tea untuk menghilangkan stres. Ini ampuh.
Pintu ruanganku diketuk dan terbuka, menampilkan sosok Felix yang tengah mencari seseorang. Lalu dia berjalan menuju mejaku.
"Noona disuruh keruangan pak Jungkook, sekarang" Ucapnya. Aku mengangkat sebelah alisku "Ada apa ya, Lix?"
"Gak tahu. Aku hanya ikutin perintah dia" Aku mengangguk dan mengucapkan 'Terimakasih' padanya.
Sebelumnya aku memeriksa riasan dan pakaianku. Lalu aku keluar dan berjalan menuju ruangan pak Jungkook.
Aku mengetuk pintu ruangannya, dan masuk ketika diberi izin oleh pemilik ruangan ini.
"Oh Hyomin, silahkan duduk" Aku duduk dihadapannya, dengan senyaman mungkin. Aku rasa pembicaraan kali ini lebih serius.
"Langsung saja, tanpa basa-basi lagi. Aku menawarkanmu kenaikan jabatan" Aku mengernyit mendengarnya. Aku baru bekerja 10 hari disini, dan aku di promosikan?
"Aku menawarkanmu sebagai Sekretaris Daepyonim" Aku beruntung memiliki refleks yang bagus, untuk tidak menampilkan ekspresi yang terlalu berlebihan.
Siapa sih yang tidak kaget mendengarnya?
"Kalau kau menerima tawaranku, kau akan mendapatkan gaji dan tunjangan yang lebih besar. Mendapatkan fasilitas kendaraan. Ah, jangan lupakan bonus liburan keluar negeri"
Tawarannya cukup menggiurkan "Saya tidak bisa, pak" Tapi, aku tidak bisa menerimanya.
Terlihat pak Jungkook tidak suka dengan keputusanku. "Berikan alasannya" Ucapnya mutlak.
"Pertama, saya tidak memiliki pengalaman di bidang Sekretaris, saya hanya lulusan Human Resource Management. Kedua, saya rasa Daepyonim tidak terlalu menyukai saya" Jelasku penuh hati-hati. Aku tidak mau pak Jungkook semakin murka denganku.
Selanjutnya, beliau tertawa, seolah penjelasanku tadi terdengar lucu bagi telinganya.
"Iya, kau memang hanya lulusan Human Resource Management. Dari University of Waikato, salah satu universitas terbaik di New Zealand. Meraih gelar Magister dengan cumlaude. Meraih nilai sempurna pada TOEFL, dan mampu menguasai 4 bahasa diluar bahasa Inggris dan Korea" Ucapnya sembari menyilang kedua tangannya.
"Apa yang kurang darimu? Kau memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi Sekretaris. Untuk masalah job desc, kau bisa belajar denganku nanti" Lanjutnya dengan posisi yang sama.
"Fyi, Daepyonim sendiri yang memintaku menjadikanmu sebagai Sekretarisnya" Aku membulatkan mataku. Yang benar saja?
"Tapi tetap saja, saya tidak bisa menerimanya. Menjadi Sekretaris itu tanggungjawabnya besar" Bantahku. Andaikan Daepyonimku bukan dia, tanpa diminta dua kalipun aku akan menerimanya.
"Kau terlalu cepat mengambil keputusan, Hyomin" Ujarnya dengan menopang dagu lancipnya dengan kedua tangannya.
"Aku tidak menerima jawabanmu kali ini. Kutunggu jawabannya 1 x 24 jam" Ucapnya final. Aku mengangguk dan izin untuk undur diri.
Sepertinya, aku membutuhkan Lavender Tea lagi.
.
.
.
"Kenapa noona belum tidur?" Wajar Woojin bertanya padaku. Karna waktu hampir mendekati tengah malam, dan aku masih terjaga.
Seharusnya aku sudah tidur, mengingat seberapa lama aku bekerja di depan komputer.
"Gak tahu. Kalau mau tidur, duluan aja. Kalian tidur dimana?" Tanyaku masih berfokus pada Televisi, yang tengah menayangkan kartun tengah malam.
"Di kamar sebelah noona" Aku mengangguk singkat, dan membiarkan dia mengecup pipiku sebagai salam 'selamat tidur'. Selanjutnya, aku bisa mendengar suara pintu apartemenku tertutup.
Aku menghela napas panjang. Pikiranku kacau sekali hari ini. Dimulai dari penawaran dari pak Jungkook, sampai tunggakkan tagihan yang ku terima secara bersamaan.
Biaya listrik dan air, biaya sewa apartemen, biaya asuransi, dan biaya sekolah si kembar. Dan jika ditotal, itu melebihi gajiku bulan ini.
Aku harus bagaimana? Aku tidak mungkin melakukan pinjaman ke bank. Karna, aku tidak mempunyai barang yang bisa dijadikan jaminan.
Aku kembali melirik jam yang tertera di ponselku. Jam 10 malam.
Aku tahu, tidak etis rasanya menghubungi seseorang dijam segini. Tapi, mau bagaimana lagi? Mau tidak mau, aku harus menelponnya sekarang.
Aku harap-harap cemas menunggu panggilanku diangkat. Aku baru akan mematikan panggilanku pada dering kedelepan, tapi kuurungkan niatku.
Aku menahan napasku ketika orang yang disebrang berkata 'hallo' padaku. Aku sebisa mungkin untuk tidak gugup berhadapan dengannya, walau hanya melalui sambungan telepon.
"Apa tawaran Anda tadi, masih berlaku, pak Jungkook?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Preserve | Jung Jaehyun [Complete]
أدب الهواةMenjadi orang tua tunggal itu, sebenarnya menyenangkan. Tapi, semua terasa berat Ketika, Jung Jaehyun mulai mengusik kembali hidupku, dan berusaha mengambil "paksa" buah hatiku ©️SiriusPeach - Start : 27/04/19 End : 13/04/20