7. Unfriendly

7K 1K 8
                                    

Disinilah aku, berada dilantai 20, lantai tertinggi yang dimiliki gedung Blanc & Eclare. Pada jam 6 pagi, dengan keadaan kantor yang masih sepi.

Bagaimana tidak sepi? Seharusnya jam masuk kantor itu jam 8 pagi.

Untungnya aku masih punya waktu menyiapkan bekal untuk buah hatiku.

Alasan kenapa aku berada di kantor jam sepagi ini, karna aku akan mendapatkan pelatihan dari pak Jungkook dan Jihyo sunbae.

Disini, aku menggantikan peran Jihyo sunbae, sebagai Sekretaris Daepyonim dalam waktu 3 bulan. Jihyo sunbae mengambil cuti hamil, mengingat kandungannya sudah mendekati 9 bulan.

Melihat Jihyo sunbae, mengingatkanku pada kehamilan si kembar. Apalagi pada saat itu perutku sedikit lebih besar dari ibu hamil pada umumnya.

Ternyata pekerjaan Sekretaris bisa aku lakukan, meski aku masih memerlukan penyesuaian. Tapi setidaknya, aku bisa mengerjakan.

Dimulai cara mengarsip dokumen, cara membaca dan menganalisis laporan keuangan dan perpajakan, cara berbicara dengan klien yang baik, menjaga sikapku selama pertemuan, dan masih banyak lagi.

Pelatihanku selesai tepat pada pukul setengah 9. Jam dimana Daepyonim biasanya masuk kantor.

Sebenarnya ruangan Sekretaris dan Daepyonim menjadi satu. Hanya disekat dengan sebuah pintu. Jadi, orang-orang yang ingin bertemu dengan Daepyonim harus melewati ruangan Sekretaris dulu.

Sekarang aku berada di ruangan HRD. Semua orang di ruangan HRD tahu, bahwa aku akan menjadi Sekretaris Daepyonim. Bahkan Irene-nim pun setuju dengan pengangkatanku.

"Dunia ini gak adil!" Ini adalah salah satu dari banyaknya kalimat protes yang dilayangkan padaku sejak tadi. Siapa lagi kalau bukan dari duo Kim.

"Iya! Padahal kami fansnya Daepyonim. Tapi kenapa malah eonni yang menjadi Sekretarisnya dia?! Aku tidak terima!" Ingin rasanya aku menyumpal mulut mereka. Aku butuh istirahat, sebelum nanti berhadapan dengan Daepyonim.

"Sama. Aku juga gak terima! Kita harus protes ini!" Andaikan situasiku tidak kepepet, aku dengan senang hati memberikan jabatan itu pada mereka berdua.

"Kalian berdua! Bisa diam tidak?" Sepertinya aku harus banyak-banyak berterimakasih pada Jisung sunbae. Akhirnya mereka bisa diam juga.

Pintu ruanganku terbuka, menampilkan sosok pak Jungkook yang menunjukkan senyum ramahnya. Beliau berjalan ke ruangan Irene-nim, sebelum akhirnya ke mejaku.

"Ayo, Hyomin. Daepyonim sudah menunggumu" Aku menghela napas mendengarnya. Sebenarnya, aku belum siap. Tidak akan pernah siap.

Aku bangun, dan membawa barang-barangku. Tentu, pak Jungkook membantuku membawanya.

Meski suka kesal dengan mereka, sepertinya aku akan merindukan mereka, Yeri dan Sejeong.

Aku pamit kepada Irene-nim dan teman-temanku, sebelum berjalan menuju lantai 20.

"Pak Jungkook" Panggilku yang langsung direspon olehnya. "Kenapa Anda menemui saya? Kenapa Anda tidak menelpon saya saja?" Aku sebenarnya penasaran sejak tadi. Kenapa seorang General Manager repot-repot mencariku? Padahal ada teknologi bernama telepon.

Pak Jungkook terkekeh mendengar pertanyaanku. "Aku hanya ingin jalan-jalan saja. Sekalian membantumu. Aku tahu, barang-barangmu itu banyak" Aku mengangguk singkat.

"Well, sebenarnya aku tahu alasan kau menolak tawaranku kemarin. Alasannya bukan seperti yang kau jabarkan kemarin" Aku mengkerutkan keningku. Maksudnya?

"Aku tahu, kau memiliki masalah dengan Jaehyun hyung" Aku tersentak mendengarnya. Bagaiamana dia bisa tahu?

"Baru kali ini aku melihat hyung menatap seseorang seperti itu. Tatapan sedih, lega, bahagia, rindu. Baru kali ini aku melihatnya" Serius? Aku bahkan tidak sadar dengan tatapannya. Yang kurasakan saat itu hanya risih.

"Aku tidak tahu permasalahan kalian itu apa, dan aku tidak mau tahu. Itu privasi kalian. Tapi satu hal yang aku tekankan. Profesional. Terlepas apa yang terjadi diantara kalian berdua, selama kalian masih berada dikantor, masih berurusan dengan bisnis, kalian harus menjaga sikap kalian" Ucapnya tegas. Aku setuju dengan perkataannya. Akan selalu kuingat perkataannya.

Kami sampai di ruangan Daepyonim, aku meletakkan dan menyusun barang-barangku.

"Sudah siap?" Tanya pak Jungkook yang hendak membuka pintu ruangan Daepyonim. Aku mengangguk mantap.

Selamat datang, di kandang Singa, Na Hyomin.

.

.

.

Jam menunjukkan waktu makan siang. Aku merapikan mejaku dan membawa barang-barang yang penting saja.

Aku berjalan menuju pintu Daepyonim, aku berniat meminta izin untuk makan siang. Aku masuk ketika diberi izin olehnya.

"Permisi Daepyonim, saya minta izin untuk makan siang" Ucapku begitu aku sampai didalam ruangannya.

Kalau boleh jujur, aku tidak suka dengan ruangan ini. Dingin dan kaku. Sama seperti pemiliknya. Bahkan sedari tadi Daepyonim tidak melihatku sama sekali.

Cukup lama aku menunggu responnya. Apa aku perkataanku tadi kurang jelas, ya?

"Daepyonim?" Panggilku sekali lagi. Akhirnya ia melihatku. Tapi aku benci dengan sorot matanya. Tajam sekali.

"Kembali keruanganmu" Ucapnya telak. Aku bingung, untuk apa aku kembali keruanganku?

"Masih kurang jelas? Kembali keruanganmu" Jelas kok pak, jelas. Tapi tujuannya apa?

"Tapi ini sudah jam makan siang-"

"Siapa yang memberikanmu izin untuk makan siang?" Aku tersentak mendengarnya. A-apa?

"Kau tidak boleh makan siang sebelum aku izinkan. Sekarang, kembali keruanganmu" Ucapnya mutlak.

Aku diam ditempat sesaat "Baik, Daepyonim. Permisi" Sebelum akhirnya aku keluar dari ruangannya.

Dasar, Bos gila.

Perutku sakit sekali. Ini sudah pukul 7 malam, dan Daepyonim belum mengizinkanku pulang.

Mau tidak mau, aku kembali menyusun laporan. Daripada aku diam saja, dan membuatku semakin lapar.

Ceklek.

Pintu ruangan Daepyonim terbuka. Menampilkan sosok Daepyonim dengan pakaian yang masih rapi. Tapi tidak dengan wajahnya.

"Kau boleh pulang sekarang" Akhirnya. Dengan cepat aku membereskan mejaku dan mematikan komputer.

Aku kira beliau sudah pergi. Ternyata dia masih berdiri, memperhatikanku sedari tadi.

Aku berdiri dengan tas kerjaku ditangan kiriku. "Jam setengah 8 kau harus sudah dikantor. Semua berkas-berkas harus kau serahkan padaku jam 9. Jangan sampai telat" Ternyata dia menungguku hanya untuk mengatakan ini saja? Dia bahkan sudah memberitahuku sejam yang lalu.

"Baik, Daepyonim" Dia hanya mengangguk, dan berjalan meninggalkanku. Aku menghela napas panjang ketika dia sudah menghilang dari pandanganku.

Ini baru hari pertama, tetapi pekerjaanku berat sekali. Sebenarnya bukan dari job desc, tetapi dari segi prilaku Daepyonim yang membuatku lelah.





Apa aku harus membatalkan kontraknya saja ya?

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang