9. Responsibility

7.2K 1.1K 87
                                    

Tanpa aku membuka mata sekalipun, aku tahu dimana aku berada sekarang.

Rumah Sakit.

Sebenarnya aku menyukai bau obat-obatan yang ada menjadi ciri khas rumah sakit maupun klinik. Tapi lain halnya, kalau kondisiku kurang sehat seperti sekarang. Rumah sakit menjadi tempat yang enggan aku datangi.

Silau. Itu yang kurasakan ketika membuka mata terlalu cepat. Aku mengendarkan pandanganku keseluruh sudut ruangan. Aku kira aku sekarang berada di ICU. Nyatanya tidak

Aku merasakan beban yang menimpa tangan kananku, yang tidak terpasang jarum Infus. Sebenarnya tidak berat, sampai membuat tanganku sakit. Aku hanya penasaran, benda apa yang menimpa tanganku.

Rambut? Kepala seseorang? Kepala siapa ini?

Eh, tunggu dulu. Dari warna surainya, aku tau ini siapa.

"Uhm, kau sudah sadar?"

Jung Jaehyun.

Dia menyentuh keningku dengan lembut, bisa dibilang hati-hati.

Kemudian, ia memberiku sebotol air dengan sedotan didalamnya. Aku meminumnya secara perlahan, tenggorokanku masih terasa perih, bahkan hanya meminum air.

Tanpa bicara, ia menekan sebuah tombol yang ada di nakas. Selang beberapa menit kemudian, seorang dokter muda datang ke kamarku.

"Selamat sore, Nyonya Hyomin. Bagaimana kondisi anda saat ini? Masih terasa perih?" Tanya dokter tampan yang tengah menampilkan senyum ramahnya.

Cha Eunwoo. Nama yang tertera di Name Tag jas dokternya.

Aku mengangguk lemah. Memang, rasa perih kali ini tidak separah yang kurasakan tadi. "Baik, kalau begitu. Mari, saya periksa dulu" Ucapnya sembari mengangkat sedikit kemejaku keatas. Hanya sebatas perutku.

Mata Daepyonim melotot ketika Dokter Cha menekan perutku yang tak terhalangi apapun.

Aku meringis ketika tekanannya semakin keras. Aish, rasanya aku mau mual lagi.

"Seperti yang saya duga. Anda menderita Tukak Lambung. Beruntung suami Anda dengan sigap membawa Anda kemari" T-tunggu dulu, Suami? Suami dia bilang?! Siapa suamiku?!

"S-suami?" Tanyaku perlahan. Aku rasa tadi aku salah dengar. "Iya, bahkan Jaehyun-ssi sangat panik saat membawa Anda kemari. Wajar, namanya juga Istri sedang sakit. Pasti khawatir" Kali ini aku yang melotot mendengar penjelasannya.

"Jangan sering bergadang ya, jangan sering stres, dijaga pola makannya. Jangan sampai telat makan lagi. Untuk tiga hari kedepan, makanannya harus bertekstur lembut ya" Aku mengangguk lemah mendengar penjelasannya. Kenapa aku semakin pusing?

Aku tertawa kencang dalam hatiku. Andai dokter tampan ini tahu, bahwa yang membuat pola hidupku berantakan adalah orang yang mengaku sebagai 'Suami'ku ini.

"Baik, Nyonya bisa pulang ketika Infusnya habis. Untuk obatnya bisa ditebus di apotik lantai 1" Dokter Cha menyerahkan resep obat pada Daepyonim.

Setelah dokter Cha berpamitan, Daepyonim juga keluar tanpa sepatah katapun. Aku tidak peduli. Kondisi tubuhku lemah saat ini, dan aku terlalu malas untuk memperdulikannya.

Aku memejamkan mataku. Aku berusaha untuk bisa tidur tenang kali ini.

Cukup lama aku tertidur. Mungkin sekitar 30 menit. Selama itu juga, Daepyonim belum kembali. Selama itukah menebus obat?

Kriet...

Aku melihat Penjamah Makanan cantik tengah menaruh nampan diatas nakas yang berada disebelahku. Kurasa nampan makanan itu untukku.

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang