26. Not His Priority

6.5K 1K 283
                                    

Aku memandang bingung sebuah gaun yang dihadapanku. Aku tahu ini gaun mahal, edisi terbaru, tapi untuk apa?

"Temani aku hari ini"

Aku mengangkat kepalaku, menatap pelaku yang meletakkan gaun itu diatas meja kerjaku.

"Kemana Daepyonim?"

"Kita akan datang ke pesta pertunangan Johnny"

"Kau masih ingat Johnny Seo, bukan?"

Aku mengangguk ragu dan menatap lagi gaun hitam cantik dihadapanku.

"Kenapa harus saya? Kenapa tidak dengan Sora-nim?"

Dia mengkerutkan keningnya. Apa ada yang salah?

"Kau bilang apa? Sora-nim?" Aku terdiam, tidak mengerti maksud pertanyaannya. Aku hanya mengangguk polos sebagai responnya.

"Untuk apa kau memanggilnya dengan suffix nim?" Sekarang berbalik aku yang mengkerutkan keningku.

"Dia yang meminta saya untuk memanggilnya seperti itu"

"Kau tidak perlu memanggilnya seperti itu. Dia bukan atasanmu ataupun orang penting diperusahaan ini"

"Dia memang penting di hidupku, tapi tidak perlu sampai menuruti semua keinginannya"

"Kau harus bisa memilah yang mana saja bisa kau turuti"

Aku memutar bola mataku malas. Intinya sama. Aku harus menuruti keinginan sahabatnya itu.

Aku menatapnya datar. Dia belum menjawab pertanyaanku. "Dia akan pergi dengan calon kekasihnya"

"Kalau dia tidak pergi dengan orang lain, Anda akan pergi bersamanya, bukan?" Aku sebenarnya kesal. Disini, aku hanya 'cadangan' baginya.

Dia terkekeh dan mengacak suraiku. "Kau sangat lucu jika sedang cemburu"

Tolong jelaskan, dimana letak kecemburuanku? Aku bahkan tidak menunjukkan kekesalanku padanya. Aku tidak menaikkan intonasi ataupun merubah nada bicaraku sejak tadi.

"Saya tidak cemburu"

Dia tertawa pelan. "Tidak masalah kau mengelak hari ini. Tapi, aku akan membuatmu mengakuinya lain kali"

Mempunyai seorang Daepyonim dengan tingkat percaya diri berlebihan, itu membuatku harus menahan umpatan yang ada diujung lidahku tiap kali melihat tingkahnya.

"Lagipula, untuk apa aku mengajaknya, jika aku sudah punya calon istri"

Aku masih menatapnya datar. Kalau sudah punya calon istri, mengapa mengajak aku-

"Jangan menatapku seperti itu. Untuk apa cemburu dengan dirimu sendiri?"

-pergi kesana?

What?

"Hah?"

"Ck. Kenapa kau lamban disaat yang tidak tepat, hah?"

"Intinya, kau harus pergi denganku. Aku tidak terima penolakan" Ucapnya mutlak.

Aku hanya bisa mengangguk pasrah. Tidak ada gunanya membantah orang sepertinya. Membuang percuma energiku.

"Kita pulang lebih awal. Aku akan membawamu ke butik dan salon langganan Mommy"

Dia tersenyum kecil dan mencubit kedua pipiku.

Tolong, tahan aku saat dia berbicara seenak jidatnya. Tahan aku agar tidak mengumpat kearahnya. Ingatkan aku, jika dia adalah bos ku sendiri.


Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang