80. Liar

2.6K 509 301
                                    

Tiga bulan. Perlu waktu tiga bulan untuk menyakinkan diriku—memikirkan keputusan terbaik untukku maupun kedua anakku. Ya, aku mengikuti saran Taeil oppa untuk mengikutsertakan anakku saat menentukan keputusan.

Selama itu pula, tidak ada satupun orang yang mendesakku, terutama Jaehyun. Dia seakan memberiku ruang untuk berpikir lebih jernih, tidak pernah menyinggung soal lamaran tiga bulan lalu, bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Dia sangat sabar.

Langkah kakiku semakin mantap di sepanjang lorong perusahaan Blanc & Eclare—peruhasaan tempatku bekerja, bersamaan dengan semakin bulat keputusanku.

Entah, sepanjang jalan aku melihat beberapa pegawai menekukkan wajahnya; sebagian dari mereka bahkan menggerutu tidak jelas. Berusaha mengabaikan, aku tetap berjalan seperti biasanya.

Begitu pintu lift terbuka, aku tersentak kaget melihat sosok pria yang mulai jarang aku temui berdiri tepat didepan pintu. "Dino?"

"Hyomin?" Dino langsung menarik tanganku saat pintu lift nyaris tutup. "Tumben telat"

"Iya, tadi ada urusan di sekolah anak-anakku" Manikku tidak sengaja menangkap beberapa map di tangannya. "Kau habis dari ruangan Daepyonim? Ngapain? Dan apa itu?"

Biasanya Dino akan menatap sinis orang yang bertanya terlalu banyak dalam satu waktu, tapi kali ini tidak, dia justru bersikap biasa saja. "Oh ini" Dia mengangkat mapnya ke udara. "Aku baru meminta tanda tangannya untuk surat resignku, senin depan kontrakku sudah selesai"

"Hah?"

Ia terkekeh pelan. "Kenapa kau kaget?"

"Jelaslah" Sahutku jengkel. "Kau tidak ada membahas topik ini sebelumnya denganku. Jahat sekali kau"

"Yah, sedih rasanya tidak punya teman sebaya dikantor"

"'Kan ada Yeri" Balasnya cepat. "Aku resign karna aku mau kuliah lagi"

"Lagipula" Ada jeda beberapa detik disana. "Sebentar lagi kau akan berhenti kerja, menjadi nyonya di perusahaan ini setelah menikah dengan Daepyonim"

"Jadi, untuk apa aku masih bekerja disini lagi?" Tidak, aku tidak salah lihat. Kali ini, aku tidak tahu kenapa ada raut sedih di wajahnya, belum lagi sorot matanya tidak kutahui maknanya.

"Maksudnya?"

"Ah lupakan" Tangannya mengibas mapnya asal diudara. Aku ingin sekali bertanya lebih dalam maksud ucapannya, tapi dia seakan tidak mau membahasnya lagi. "Kau harus keruanganmu sekarang, nanti calon suamimu marah"

"Bye, Hyomin"

Aku hanya bisa menatap pintu lift yang telah tertutup sempurna dengan tatapan kosong. Rasanya ada satu hal yang ingin rahasiakan dariku.

Mengabaikan perasaan tidak tenang yang mulai mengangguku, aku kembali jalan ke ruanganku.

Saat aku sampai diruanganku, pintu milik atasanku sedikit terbuka. Dari luar celah pintu, aku bisa mendengar seorang perempuan tengah membentak Daepyonim begitu keras, dengan nada arogan khas milik seseorang yang seharusnya tidak berada di sini sekarang.

"Kau pria bodoh, Jung Jaehyun!"

Ya, dia adalah Kang Sora, 'sahabat' Daepyonim.

Bukankah seharusnya perempuan itu masih di London sampai bulan depan? Kenapa dia bisa ada disini?

Aku tahu, tindakanku memang bisa dibilang tidak sopan; karna tengah mengintip mereka dan menguping percakapan mereka. Tapi aku tidak bisa untuk berdiam diri. Apalagi jika menyangkut Sora, aku tidak akan bisa tenang.

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang