4. Cake

7.1K 1.1K 6
                                    

Meski aku baru seminggu bekerja disini, aku mudah beradaptasi, baik dari lingkungan maupun job desc yang aku terima.

Human Resource Departemen.

Departemen yang pasti ada di semua perusahaan besar, menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan karyawan. Departemen yang aku idam-idamkan selama ini.

"Hyomin, kenapa makanmu sedikit sekali?" Tanya Irene-nim, atasanku saat aku duduk dihadapannya. Aku mengernyit bingung, dan memperhatikan nampanku. Nampanku sudah penuh, bahkan isinya hampir tumpah, dan dia bilang itu sedikit?

"Sedikit apanya? Ini bahkan banyak sekali. Anda sendiri makannya sedikit ketimbang saya" Jawabku setelah mencicipi kaldu sup ayam. Makanan disini lezat sekali, bahkan menunya diganti setiap hari.

Ini salah satu hal kecil yang membuatku bersyukur bekerja disini, selain lingkunganku menerimaku dengan baik dan gajinya terbilang besar untuk ukuran pegawai sepertiku.

"Kamu baru dateng sih. Tuh liat nampan disamping dia, dia bahkan habisin supnya dalam waktu 2 menit" Timpal Seulgi sunbae dengan menunjuk nampan bersih disebelah Irene-nim.

Aku terkikik mendengarnya dan kembali melanjutkan makan siangku. "Kenapa kau terlihat cemberut gitu, Sejeong?" Sedari tadi dia hanya mengaduk minumannya yang tinggal es batu itu.

"Tuh, Jaehwan sunbae berbohong" Balasnya dengan mengehentak kakinya. Aish, tingkahnya seperti Nana dan Jeje kalau sedang merajuk. Ahh, jadi kangen mereka.

"Lah? Kok aku?" Jaehwan sunbae terlihat tidak terima dengan tuduhan dari Sejeong. "Kata sunbae, Daepyonim bakal ada hari ini? Mana?" Hee? Ternyata dia masih tertarik dengan Daepyonim, kukira dia sudah lupa.

"Kau percaya dengan Jaehwan? Aduh, dia itu sesat tahu" Gelak tawa kami pecah mendengar pernyataan dari Jisung sunbae. "Lusa baru beliau ada" berita dari Wonwoo sunbae membuat Sejeong dan Yeri memekik senang.

"Akhirnyaaa Sejeong! Pokoknya kita harus belanja beli baju baru, pokoknya kita harus dandan yang cantik" Pekik Yeri menepuk bahu Sejeong keras.

"Sakit bodoh!" Balas Sejeong memukul balik Yeri tak kalah keras. Aku bahkan bisa mendengar suara pukulannya.

"Kau sendiri, kenapa terlihat biasa saja? Apa kau tidak penasaran dengan Daepyonim?" Tanya Dino padaku. Memangnya aku harus bersikap apa?

"Ah, aku penasaran sih. Tapi aku tidak se-excited seperti mereka"

"Eonni pokoknya harus ikut kami belanja. Gak boleh nolak" Aku hanya mengangguk dan menghabisi minumanku. Mereka akan memaksaku. Itu mutlak.

Tapi, kenapa perasaanku semakin tidak enak?

.

.

.

"Mama pulang!" Seruku seraya meletakan sepatu di rak. Aku berjalan menuju dapur dan menaruh kantong belanjaanku di table top.

"Yey! Mama sudah pulang!" Aku memeluk buah hatiku dengan lembut. Lelahku menguap begitu saja hanya dengan melihat mereka. Se-ajaib itu mereka.

"Paman Jihoon dan paman Woojin mana?" Tanyaku sembari menata bahan makanan.

"Mereka di ruang tamu. Lagi main PS" Kebiasaan mereka gak pernah berubah. Padahal sebentar lagi mereka akan Ujian Akhir Semester.

"Kalian sudah mandi?" Mereka menggeleng sebagai jawabannya.

"Yaudah kalian mandi dulu ya? Mama masak makan malam. Kalian mau makan apa?"

"Samgyetang dan Nasi Goreng dong" Seru mereka kompak. Tidak biasanya mereka meminta Samgyetang dan Nasi Goreng bersamaan.

"Yasudah kalau gitu. Mama juga akan membuat kue. Kue di rumah habis kan?" Tanyaku yang tengah mengambil mixer dan beberapa loyang.

"Gak usah bikin kue, Ma" Aku menatap mereka bingung "Kami sudah beli kue" Dan aku kaget mendengar jawaban dari mereka. Jaemin membuka kulkas, dan memperlihatkan dua kue yang berukuran besar padaku.

"Kalian dapat uang darimana?" Tanyaku. Tidak mungkin mereka bisa membeli kue dari uang pemberian dariku yang pas-pasan itu. Apalagi ukuran sebesar itu. Dua lagi.

"Ada apa ini? Kok ribut-ribut?" Tanya Woojin tengah mengambil air minum, bersama kembarannya yang tengah memakan cookies buatanku.

"Kalian yang belikan si kembar kue?" Tanyaku bersandar pada pintu kulkas.

"Bukan! Tadi paman ganteng yang beliin kami kue, Ma" Jawaban Jena membuatku melotot.

"Benar begitu? Kalian kenal dengan orang itu?"

"Gak noona" Astaga, bagaiaman bisa?

"Tadi kami datang ke toko kue, tapi kami kekurangan uang. Lalu, ada paman yang nawarin kami kue. Paman itu juga beliin kami kue untuk dibawa pulang" Penjelasan Jaemin membuatku semakin pusing.

"Lalu, kalian kemana?" Aku menatap tajam pada kembar Park itu.

"Tadi kami terpisah saat kami di taman" Astaga! Aku tidak habis pikir dengan mereka "Kami malah menemukan mereka makan bersama hyung, hyung siapa namanya, mbul?"

"Siapa ya? Pokoknya namanya tuh Jae-Jae gitu" Aku tentu tidak puas dengan jawaban mereka.

Aku mensejajarkan tinggiku pada buah hatiku "Mama kan sudah bilang, jangan mau diberikan makanan oleh orang asing" Ucapku setenang mungkin. Aku tidak mau menunjukkan amarahku di depan mereka.

"Tapi paman itu baik, Ma. Bahkan paman Jihoon dan paman Woojin dibelikan makanan juga"

"Tetap saja, kalian harus berhati-hati dengan orang asing. Nanti orang asing itu menyakiti kalian, dan membuat Mama sedih. Kalian mau?" Mereka kompak menggelengkan kepala dan menatapku sedih.

"Bagus. Kalau gitu Mama akan memasak makan malam untuk kita semua. Kalian semua mandi ya?" Aku bangun dan mengambil pisau dan sayuran.

Aktivitasku terhenti, ketika Jaemin menanyakan pertanyaan yang membuatku membeku.





"Tapi Ma, kenapa paman itu, wajahnya mirip sekali dengan kami?"

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang