23. One of Their Wishes

7.1K 1.1K 194
                                    

"Bisakah, kita mengulang semua dari awal? Bersama?"

Sial. Sialan. Sudah berapa kali aku mengumpat setiap kali mengingat kalimat laknat itu.

Berterimakasih lah pada Jung Jaehyun, berkatnya aku tidak bisa tidur nyenyak sejak kemarin.

Setiap kali aku tertidur, aku akan selalu bermimpi kejadian kemarin, kejadian dimana ia meminta 'kesempatan' lagi.

Aku sejujurnya kesal dengannya. Dia melunjak ketika aku memberikannya kesempatan untuk merawat buah hatiku, dan malah meminta lebih.

Meminta hubungan lebih dari sekedar Sekretaris dan Daepyonim.

Aku tertawa sinis dalam hati. Sejak kapan kami punya hubungan khusus? Seingatku, kami tidak pernah terlibat dalam sebuah 'hubungan'.

Aku merubah posisi tidurku berulang kali. Tidak ada yang salah dengan sofa, bantal, ataupun suhu ruangan disini. Semuanya pas. Nyaman dan membuatku mengantuk. Tapi tidak dengan pikiranku.

Semakin aku berusaha melupakan kejadian itu, semakin jelas aku mengingat kejadian itu. Bahkan suara Jaehyun masih terngiang-ngiang di kepalaku.

Luar biasa.

Aku bangkit dan duduk bersila, mengacak rambutku perlahan. Aku membuka ponselku yang tengah memutarkan salah lagu kesukaanku. Wildest Dreams.

Sial. Ini sudah jam setengah 2 pagi, dan aku belum tidur sama sekali. Padahal hari ini aku tidak mengkonsumsi kafein dalam bentuk apapun.

Aku menutup mata dan mengatur deru napasku. Berusaha mencari ketenangan dengan meditasi.

Aku terkesiap ketika sensasi dingin yang menyentuh wajahku. Aku mendelik tajam menatap oknum sinting yang menempelkan sekaleng susu.

"Kenapa belum tidur?" Aku terdiam dan meminum susu pemberian darinya, memperhatikan dia duduk disampingku dari sudut mataku.

Aku melihat map merah dipangkuannya. "Apa itu?"

"Oh ini? Berkas-berkas si kecil dan bukti pembayaran perawatan mereka"

Aku tercengang mendengarnya. "Tidak bisahkah kau membayarnya lebih pagi lagi, hah?" Tanyaku sinis.

"Yah, mau gimana lagi. Aku kemarin pergi ke Busan dan belum sempat mentransfer uang kerekeningmu"

"Lagipula, tidak masalah aku membayarnya kapan saja. Siapa juga yang mau menolak uang"

Aku mengangguk malas dan memainkan ponselku. Paha sebelah kananku terasa berat, karna Jaehyun meletakan sebuah tas.

"Kau sinting ya? Membeli makanan fastfood di waktu sepagi ini, pagi buta lagi"

"Enak saja. Buka dulu tasnya"

Aku mendengus kesal dan membuka tas itu. Terdapat beberapa kotak makan yang terisi makanan tradisional yang masih panas. Mengunggah selera makanku.

"Lalu?"

"Ya makan"

"Aku tidak lapar"

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang