70. Punishment

3.3K 541 141
                                    

Dulu, dulu sekali, aku selalu bermimpi punya rumah yang besar, penuh kehangatan dan kasih sayang disana. Aku tidak ingat pastinya kapan, dari aku berumur 3 tahun, mungkin?

Ya, salah satu impianku memang terwujud. Aku memiliki rumah yang terbilang besar, malah termahal di Gangnam. Tapi, impianku lainnya tidak akan pernah bisa terwujud.

Karna pada nyatanya, rumahku hanya terisi dengan kehampaan dan dingin.

Itulah salah satu alasanku untuk meninggalkan rumah, selain aku terlalu muak melihat Daddy.

"Yoon Oh? Baru sampai ya? Ayo masuk!" Tanganku yang awalnya berniat mengetuk pintu rumah kini digenggam erat oleh seseorang yang ketara sekali merindukanku.

Aroma lezat dari Samgyetang, Tangsuyuk, Miyeok Guk, dan Bulgogi yang berada di atas meja makan menyambutku begitu memasuki ruang makan. Mommy benar-benar melakukan apa yang ia katakan, memasakan makanan kesukaanku. Itulah salah satu sebab kenapa aku begitu sayang dengannya, ia selalu tahu aku butuh sesuatu yang bisa membuatku merasa lebih baik, salah satunya makanan.

"Mommy merindukanmu, nak" Aku tidak bisa untuk tidak membalas dekapan perempuan yang sudah membesarku. "Aku juga, Mom" Toh juga aku sama sekali tidak keberatan.

Dia melepaskan pelukannya, mulai menatap wajahku penuh teliti. "Kau semakin kurus, nak. Kau ada masalah?" Tangannya yang mulai keriput itu mengelus wajahku perlahan.

"Nope, akhir-akhir ini aku sering gym" Untuk saat ini, Mommy tidak perlu tahu apa yang sedang kuhadapi, setidaknya aku perlu waktu yang tepat.

Ia kembali menuntunku untuk duduk di kursi yang biasanya sering kududuki jika makan bersama. Yap, makan bersama, bersama tua bangka itu tentunya.

"Nah, karna kau sering ngegym, Mommy rasa sekarang waktu yang tepat untuk cheating"

Mommy masih duduk terdiam disampingku, tidak bergerak untuk menyendokkan nasi di mangkukku, seperti biasanya. Pada dasarnya aku tidak terlalu suka dimanja, apalagi urusan makan. Tapi Mommy selalu kesal jika aku menolak dan berujung pada omelan panjang lebarnya.

Cukup lama kami saling terdiam, aku sendiri bingung membahas sesuatu untuk mencairkan suasana. Aku tidak ahli dalam hal ini. Sampai akhirnya, Mommy mulai berdeham. "Kita, tunggu Daddy turun dulu, ya?"

Daddy, huh? Kukira ini akan menjadi makan malam seperti biasanya, berdua, hanya ada aku dan Mommy. Ada apa gerangan seorang Tyler Kwon mau makan malam bersama keluarganya? Apa ini bisa dibilang sebuah kemajuan? Atau sebuah petaka?

Tak lama, pria yang Mommy sebut itu masuk ke ruangan, tanpa ada senyum, hanya ada wajah datar dan kilatan tajam. Benar-benar bukan tipikal seorang ayah di dongeng semasa aku kecil.

"Lama tidak berjumpa ya, Jaehyun?" Bahkan saat menyapa pun, ekspresinya tidak berubah. "Ya" Jawabku singkat sekaligus dingin.

Saat aku kecil, hampir semua orang bilang bahwa aku sangat mirip dengan Daddy dari segi wajah dan postur tubuh, aku tidak menyangka akan diturunkan sisi brengseknya juga.

Mata kami bertemu, saling menatap dalam diam, dengan sorot yang sama, tajam dan menusuk. Bahkan ketika Mommy telah selesai memindahkan makanan untukku, aku sama sekali tidak berniat memutus kontak mata dengannya.

Aku tahu, Mommy tidak nyaman berada disituasi canggung, yang mana selalu ia rasakan jika aku dan Daddy bertemu. "Mommy, masih tidak percaya kau sudah lulus" Ucapan tulus darinya membuat fokusku teralihkan pada wanita disampingku.

"Mommy sempat putus asa setelah tahu nilaimu sedikit menurun di pertengahan semester" Aku meringis dalam hati mengingatnya, rasanya memalukan. "Tapi, Mommy kaget sekali dengar berita dari Soojung kalau nilaimu bisa meningkat drastis"

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang