"Jadi kau masih ambil cuti?"
"Iya, Irene-ssi. Cuti bulan ini masih ada kan?"
"Masih. Kau masih punya jatah cuti 5 hari"
"Bagaimana keadaan anak-anakmu?"
"Tidak ada perkembangan. Mereka masih enggan makan"
Aku mendengar helaan panjang napas darinya. "Sudah coba memberikan mereka suplemen makanan?"
Aku menggeleng pelan. "Mereka tidak mau mengkonsumsi apapun, selain air minum"
"Daepyonim menanyakan mu"
"Dan Anda bilang apa?"
"Aku bilang kau ada urusan penting"
"Dia marah padaku. Karna tidak menanyakan alasanmu secara pasti. Dia mengancam memecatku jika belum memberikannya alasan yang tepat"
Napasku tercekat mendengarnya. "Maafkan saya Irene-ssi"
Dia terkekeh sebentar. "Tidak apa. Kalaupun aku dipecat, aku masih mendapat pendapatan dari Suho Oppa. Tenang"
Aku meringis dalam hati. Aku tidak menyangka tindakanku akan berdampak sejauh ini. Aku memang troublemaker.
"Sudah jangan terlalu dipikirkan. Kau harus fokus pada kondisi anak-anakmu"
"Ne. Kalau begitu saya pamit"
Aku terduduk lesu ketika sambungan teleponku terputus. Aku mengacak suraiku perlahan.
Aku bersyukur memiliki teman-teman sebaik mereka, mendapatkan lingkungan yang selalu mendukungku. Mereka tahu aku sudah menjadi seorang Ibu, mereka tidak menghinaku atau merendahkanku seperti orang kebanyakan. Justru mereka menerimaku dengan hangat.
Aku masih ingat tangisan dari duo Kim ketika mendengar ceritaku. Bahkan Irene-ssi memelukku erat dan memberikanku semangat.
Aku tentu tidak menceritakan semuanya, termasuk siapa Papa dari buah hatiku. Itu tidak penting.
Maka dari itu, Irene-ssi tidak memarahiku ketika aku mengambil cuti terlalu banyak. Bahkan ia mempertaruhkan karirnya, hanya untuk menutupi masalahku. Aku berhutang budi padanya.
Aku memperbaiki tatanan rambutku dan berjalan pelan memasuk ke kamar inap anak-anakku.
Aku menatap sendu buah hatiku ketika melihat mereka tidur terlelap dengan jarum Infus yang menusuk tangan mungil mereka.
Berat badan mereka turun drastis karna tidak makan selama 5 hari dan hanya mendapatkan asupan dari Infus.
Aku mengatur napasku dan mengusap air mataku. Sudah berapa kali aku menangis dalam satu hari ini.
Aku mengambil tas beserta dompet dan ponselku. Aku keluar menuju meja Suster yang berada dekat dengan kamar inap anak-anakku.
"Suster, minta tolong jaga pasien di kamar nomor 305, ya?" Aku tersenyum ramah pada Suster yang sering memeriksa buah hatiku.
"Ne, saya akan menjaganya"
Aku pamit dan berjalan menuju lift yang kosong.
Kali ini aku pergi hanya dengan berjalan kaki. Aku terlalu malas membawa mobil hari ini. Toh jaraknya hanya 800 meter. Anggap saja aku sedang berolah raga.
Aku menghembuskan pelan napasku ketika aku sampai di pintu gerbang.
Eunpyeong-gu Funeral.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preserve | Jung Jaehyun [Complete]
FanfictionMenjadi orang tua tunggal itu, sebenarnya menyenangkan. Tapi, semua terasa berat Ketika, Jung Jaehyun mulai mengusik kembali hidupku, dan berusaha mengambil "paksa" buah hatiku ©️SiriusPeach - Start : 27/04/19 End : 13/04/20