46. Care (2)

2.9K 569 34
                                    

Sebenarnya, aku bukan tipikal orang yang suka menghindari sesuatu, entah itu masalah ataupun seseorang. Aku lebih suka menyelesaikan semuanya segera dalam waktu singkat, aku tidak suka punya beban apapun itu.

Namun, akhir-akhir ini, entah kenapa aku lebih memilih menghindar, menjauhi seseorang yang menjadi sumber permasalahanku beberapa minggu terakhir.

Dan takdir kadang selalu lucu, terlalu lucu sampai aku bingung jenis tertawa apa yang harus aku keluarkan. Karna nyatanya, takdir tidak pernah main-main denganku.

Aku tahu, cepat atau lambat, mau sebesar apapun usahaku untuk terus menghindar, pasti aku akan bertemu dengannya. Pasti. Itu sudah hukum alam yang tak terbantahkan.

Tapi, tidak dalam kondisi tubuhku seperti ini. Oh for God sake.

"Bisakah kau lebih waras mengemudi? Jika tidak, biarkan aku mengemudi dan buang drive's licensemu" Sunggutku marah dengan mencengkram kuat sabuk pengamanku.

Ucapanku tadi bagaikan angin lalu olehnya, nyatanya dia semakin sinting membawa mobilnya di salah satu jalanan padat di Seoul. Dan itu membuatku terus kelepasan memakinya.

Jantungku masih berdetak kencang bahkan begitu sampai di parkiran sebuah klinik. Gila, seharusnya aku tetap memukul kepalanya dengan tongkat baseball tadi.

Tanpa diduga-duga, dia membuka pintu dan menggendongku ala bridal style. Lelaki ini memang tidak waras.

"Diam. Jangan protes" Ya ampun, belum juga ngomong apa, sudah main disela aja.

Untungnya kliniknya sedang sepi, jadi aku hanya akan merasa malu dengan orang bagian administrasi dan dokternya nanti.

"Yak! Jaehyun, jangan main masuk aja. Daftar dulu" Teriak seorang pria dengan nametag Kim Jongin sembari merentangkan kedua tangan didepan pintu ruang kerja salah satu dokter disini.

"Na Hyomin, 19 tahun, golongan darah O, tinggi 158 cm, berat badan 50 kg, keluhan demam dan kram perut. Apa sudah cukup?" Oke, aku tidak tahu harus merasa takjub atau takut mendengarnya. Dia tahu informasi pribadiku yang bahkan ketiga sahabatku tidak tahu sedetail itu. How can?

Tanpa menunggu respon dari Jongin-ssi, dia menerobos masuk dan meletakanku diatas ranjang ruang praktik.

"Kau itu memang bebal ya? Masih bisanya kau bersikap kurang ajar pada calon pamanmu" Dokter laki-laki itu menggeleng heran melihat Jaehyun duduk santai didepannya tanpa ada rasa bersalah.

Dokter itu berdiri dengan stetoskop di lehernya, dengan senyum manis terpampang jelas disana. Wah.

"Hallo, perkenalkan aku dokter Kim Minseok, kau bisa memanggilku dokter Minseok. Namamu siapa?" Salamnya ramah sembari mengecek suhu tubuhku dengan termometer di ketiakku.

"Namanya Na Hyomin, kau bisa panggil dia calon kekasihnya Jung Jaehyun" Demi saus tartar, bukan aku yang berbicara seperti itu. Sesakit-sakitnya tubuhku saat ini, aku masih waras untuk tidak memperkenalkan diriku seperti itu.

Apa tadi dia bilang? Calon kekasihnya Jung Jaehyun? Bolehkah aku tertawa kencang sekarang? Dia terlalu lucu.

"Heh, bocah tengik, aku tidak sedang bicara denganmu" Ujar dokter Minseok dengan tetap meletakan stetoskop didadaku.

"Jadi selain demam, apa lagi keluhanmu, Hyomin?" Tanyanya seraya menunjukkan termometer padaku. Pantas saja aku selemas ini, suhu tubuhku mencapai angka 39 derajat. Wow, itu rekor terbaruku.

"Kram perut" Sebenarnya selain kram, aku merasakan perih perut kiriku. Tapi aku ragu mengatakannya.

Aku meringis begitu dia menekan dan mengetuk perut kiriku. Sakit. Bahkan ini lebih sakit ketimbang saat dia memeriksa perut bawahku.

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang