38. How It Happens

5.4K 864 130
                                    

"Hallo eomma, appa. Maaf Omin baru bisa kesini. Sebulan ini Omin sibuk belajar biar bisa mempertahankan beasiswaku. eomma appa tidak marah 'kan?"

Napasku sedikit tersedat saat menahan rasa sakit mulai menguasai dadaku. "Semester kemarin nilaiku sedikit turun, dan Omin takut itu mempengaruhi beasiswaku disemester ini"

"Maafkan Omin tidak bisa fokus belajar seperti yang kalian ajarkan sejak dulu. Kali ini Omin akan berusaha fokus belajar dan memperbaiki nilaiku"

Aku tersenyum lembut dengan airmata diujung mataku. "Doa'kan aku berhasil ya"

Dinginnya batu nisan tidak menghalangiku untuk memeluknya. Bahkan rasanya aku tidak rela melepaskannya. "Omin pamit ya. Omin janji akan lebih sering kesini setelah minggu test selesai"

Ya, aku tidak pernah berlama disini. Itu akan menyiksa batinku karna tidak bisa bertemu langsung dengan kedua orang tuaku, lagi.

"Dan, tanpa aku bilangpun, kalian sangat tahu kalau Omin sangat merindukan kalian"

Genangan air mulai menganggu pengelihatanku. Segera aku mengusap pelan mataku. Aku tidak ingin membuat orang tuaku marah karna menangis di makam mereka. Aku sudah berjanji pada mereka.

"Sampai jumpa lagi eomma, appa"

Aroma petrichor menyentuh indra penciumanku begitu keluar dari area pemakaman. Aroma ini sangat membantuku untuk tenang, terutama setelah bertemu dengan orang tuaku.

Dan aku semakin tenang jika bisa memakan sesuatu yang berbahan dasar cokelat. Aku semakin bersemangat menuju toko kue kesukaanku.

Perlu waktu 15 menit dari pemakaman dengan menaiki bus untuk sampai di toko kue dengan nuansa klasik a la Perancis. La Précieux.

Toko kue kesukaan Appa yang terkenal dengan kue yang enak dengan harga masih terjangkau. Selain itu, toko ini saksi awal mula pertemuan orang tuaku sampai pada akhirnya mereka menikah.

Aku berharap bisa mengalaminya disini.

Aroma khas kue baru keluar dari oven menyeruak begitu aku berdiri depan pintu toko.

Sebelum benar-benar masuk, aku melihat gadis kecil berusia sekitar 5 tahun menatap penuh binar etalase kue dari jendela luar toko.

Kemudian gadis itu menunduk lalu mengusap kedua matanya. Gadis itu tidak melihat kedepan, sehingga menabrak kakiku.

Aku meringis melihat dia tersungkur dengan pantat jatuh terlebih dahulu.

"Adik baik-baik saja?" Aku berjongkok dan membantunya berdiri. Debu-debu menempel dipakaiannya, sehingga aku harus membersihkannya dengan menepuk pelan pakaiannya.

"Maafkan aku eonni, Jira gak sengaja" Ketara sekali dia menatapku takut, bahkan dia menunduk semakin dalam. Apa aku semenakutkan itu?

"Tidak apa-apa" Usapan dirambutnya membuat Jira mendongak, menatapku bingung dengan mata bulat cantiknya. Menggemaskan.

Ah, jadi ingin punya anak secantik dia.

"Mau masuk?" Tanyaku sembari berdiri. Cukup lama aku menunggu, sebelum akhirnya dia menggeleng pelan.

"Jira tidak punya uang untuk beli kue buat eomma" Meski lirih, aku masih bisa mendengarnya. Hatiku tercelos karnanya.

"Apa eomma Jira berulang tahun hari ini?" Dia segera mengangguk dan mendongak kearahku.

Aku menatap etalase kue, sepertinya membelikan satu kue untuknya masih bisa. Kalaupun tidak, aku bisa makan kue lain kali.

"Yasudah. Ayok masuk" Gadis itu menatapku tidak percaya, membuatku dengan gemas menggandeng salah satu tangannya.

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang