21. Hunger Strike

5.8K 1K 166
                                    

Aku tidak menyangka buah hatiku bisa senekat ini. Apa yang mereka ucapkan, mereka laksanakan. Sudah 5 hari mereka belum makan sejak aku melarang mereka bertemu orang itu. Mereka hanya makan bekal yang kuberikan, itupun selalu sisa.

Siapa yang tidak sedih melihat buah hatinya mogok makan? Aku bahkan selalu merayu mereka untuk menyantap makanannya, selalu membelikan makanan kesukaan mereka.

Sempat terpikirkan, mereka tidak mau makan masakanku. Makadari itu, tiap pulang dari kantor, aku selalu membeli makanan untuk mereka. Dengan harapan mereka mau makan.

Tapi, ternyata salah. Alasannya hanya satu.

"Pokoknya kami mau makan, kalau kita boleh ketemu sama paman Jaehyun"

Baru kali ini aku sepusing ini mengurus mereka. Selama ini mereka selalu menjadi anak yang patuh.

Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku tidak mungkin membiarkan mereka bertemu orang itu. Pasti ada solusi alternatif selain pilihan itu.

"Wah, wah. Bisa-bisanya seorang karyawan rendahan melamun di jam kerja" Aku tersentak ketika mendengar tepuk tangan dari seorang wanita dengan baju ketat melekat di tubuhnya, berdiri angkuh dihadapanku.

"Jangan mentang-mentang kau Ibu dari anak-anaknya Jaehyunie, kau bisa bertindak seenaknya disini" Cobaan macam apa ini? Aku terlalu pusing memikirkan masalah buah hatiku. Sekarang dia ikutan menambah bebanku.

"Maafkan saya Sora-ssi" Aku berdiri dan membungkuk, memberi maaf secara formal.

"Ssi? Kau memanggilku ssi?! Apa-apaan kau memanggilku tidak sopan! Panggil aku Sora-nim" Dalam hati aku kesal mendengarnya. Dia bukan atasanku, dia bukan orang penting di perusahaan ini, dan dia ingin aku memanggilnya suffix nim? Luar biasa. Dia yang malah semena-mena disini.

"Maafkan saya Sora-nim" Aku berusaha menjaga intonasiku agar tidak terlihat marah didepannya.

Dia masih diposisi yang sama, dan semakin memperlebar senyum meremehkannya. "Aku heran dengan Jaehyunie"

"Kenapa bisa dia memilih wanita rendahan ini sebagai mainannya?"

"Apa bagusnya wanita rendahan ini? Attitudenya payah, penampilan norak, tidak ada yang bisa dibanggakan"

"Pasti Jaehyunie hanya kasihan padamu, makanya dia mengangkatmu jadi Sekretarisnya. Padahal 'kan, seharusnya kau pantas jadi Office Girl disini"

Aku berusaha menahan sumpah serapah yang sudah ada diujung lidahku. Kalau bukan ini jam kantor, sudah kutampar perempuan sinting ini. Aku masih sabar ketika ia menginjak harga diriku sekeji ini.

"Dengarkan aku baik-baik sayang"

"Jika kau kedapatan menggoda Jaehyunie, kau akan tahu risiko apa yang akan kau tanggung" Serius, aku jijik mendengar nada bicaranya terdengar sok manis itu.

"Dan satu lagi" Perempuan itu mengangkat daguku, membuatku mau tak mau menatap kearah matanya yang ingin kucolok sejak tadi.

"Kau seharusnya tahu, seonggok mainan tidak akan selamanya 'dimainkan' oleh pemiliknya"

"Kita lihat, seberapa lama Jung Jaehyun memainkanmu sampai dia bosan, nyonya Na"

.

.

.

"Jadi mereka tidak sarapan lagi, hari ini?"

"Iya Nonna. Bahkan mereka sengaja meninggalkan bekalnya"

Aku memijat pangkal hidungku. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi.

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang