12. Be Nice (2)

6.8K 1K 69
                                    

Aroma lezat menimpa hidungku, ketika aku sampai di ruangan Daepyonim.

Enak banget, jadi laper.

Aku melihat arlojiku, jam 12 kurang. Seharusnya aku makan siang sekarang dan aku harus minum obat tepat waktu.

Aku 'dipaksa' duduk di sofa oleh Daepyonim. Aku diam, hanya bisa memperhatikan aktivitas yang dilakukannya.

Membuka kotak makanan, menuangkan air ke gelas, membersihkan peralatan makan, dan membuka bungkus obat dan menaruhnya di atas piring.

Tunggu dulu? Obat? Bagaimana ia bisa mendapatkan obatku?

Aku tidak berani ikut membantunya. Bagaimana aku bisa membantunya? Ekspresi wajahnya saja kaku, bahkan setiap pergerakanku selalu mencuri perhatiannya.

Aku jadi takut. Bahkan aku sengaja mengatur napasku agar tidak bersuara.

Dia meletakan semangkuk Seolleongtang, semangkuk nasi, segelas air minum, obat, berserta peralatan makan dihadapanku.

Aromanya... Enak sekali!

Aku tidak berani menyentuh makanan yang didepanku. Aku menatap ragu Daepyonim yang tengah memakan makanannya dengan lahap.

"Kenapa diam?" Tanyanya setelah menandaskan isi gelasnya. "Kau tidak suka dengan makanannya? Mau aku ganti?" Aku menggeleng ragu.

"Yaudah, makan" Perintahnya. Jadi ini untukku?

"Ini, untuk saya?" Tanyaku pelan. "Bukan. Untuk pengantar surat. Ya, untuk kamu lah" Ujarnya sewot. Ini Daepyonim daritadi sedang mood swing ya? Sensi mulu sama aku.

"Cepat makan" Titahnya. Dengan cepat aku meminum obat dan memakan makananku.

Selama kami makan, tidak ada percakapan sama sekali. Suasana yang seperti ini yang kusuka, tenang dan santai.

Aku meletakan gelas yang sudah kosong. "Terimakasih Daepyonim" Ucapku tulus. Dia hanya bergumam sebagai jawabannya.

Aku bangun dan mengambil peralatan makan milikku dan Daepyonim. Tapi, semuanya direbut dan bahuku ditahan, seolah menyuruhku untuk duduk kembali.

"Biar saya sa-" Aku menghentikan ucapanku ketika ia menatapku tajam. Kenapa sih dia?

Aku hanya bisa menghela napas dan memperhatikan kegiatannya. Kemudian aku menunduk dan memainkan jari tanganku.

Aku menengadah ketika mendengar suara diatas meja. Segelas air minum dan sepotong roti.

Aku menatapnya bingung. "Untukmu" Aku masih menatapnya dengan mengkerutkan keningku.

Aku mendengar ia menghela napas "Aku tau kau ingin memakan sesuatu yang manis. Roti ini manis dan teksturnya lembut. Aman untukmu"

Aku memandang takjub kearahnya, dan memakan setelah mengucapkan 'Terimakasih' padanya.

.

.

.

"Kenapa belum pulang?" Aku terkesiap ketika Daepyonim berada dihadapanku. Aku melirik jam yang ada di mejaku. Seharusnya aku sudah pulang sejam yang lalu.

"'Kan Anda belum menyuruh saya pulang" Ucapku polos. Dia mengkerutkan keningnya "Sejak kapan ada aturan pulang harus saya suruh?"

Kini giliran aku mengernyit mendengarnya. Hari ini Daepyonim bertingkah aneh. Seperti membiarkanku untuk makan siang, tidak bersikap ketus padaku, 'sedikit' peduli terhadapaku.

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang