65. I Can't

3.3K 570 51
                                    

Huang Hendery, ketika aku merasa sudah mengenalnya cukup lama, ketika aku sudah mengetahuinya luar dalam, ternyata aku salah besar. Kenyataannya, aku tidak atau belum mengenal banyak hal tentang dirinya, banyak kejutan yang selalu ada dalam dirinya. Dan yah, aku kerap tercengang dengannya.

Siapa sangka, dia selalu sederhana dalam situasi apapun, tidak pernah berpenampilan necis, membeli pakaian hanya saat ada diskon besar-besaran di mall-itupun setahun sekali, tidak pernah boros; pelit lebih tepatnya, nyatanya dia termasuk jajaran orang sangat mampu di Macau. Tidak main-main, dia mempunyai satu unit apartemen di pusat kota, dekat dengan Venetian Resort, kawasan wisata yang menawarkan pemandangan, suasana mirip dengan kota Venetian, Italia.

"Baba, ini rumah siapa?" Jena, yang tengah berada di gendongan Hendery semakin mengeratkan pelukannya dileher Babanya, menatap gedung besar didepan sedikit bingung. "Sekarang ini rumah kalian"

Aku memperbaiki gendonganku pada Jaemin yang sempat merosot. "Apa?"

Sembari tersenyum kecil, Hendery meraih tangan kananku yang bebas, menautkan jemari halusnya disela jariku, kemudian menarikku untuk masuk gedung besar nan tinggi itu. Aku membiarkannya mengajak kami kemanapun sesukanya. Ketika pintu lift terbuka, aku mengikuti langkah besarnya dan berhenti di sebuah pintu dengan angka '520' disana.

"Kau tidak salah dengar" Senyumnya tidak memudar, justru semakin jelas saat pintu terbuka lebar. "Ini rumah kita" Katanya pelan, sangat pelan. Untung telingaku masih berfungsi dengan baik.

Kakiku melangkah kecil sembari meneliti isi apartemen yang akan menjadi rumahku. Bagiku, apartemen ini cukup luas, lebih luas ketimbang apartemen yang kusewa di New Zealand. Seperti apartemen pada umunnya, terdapat dapur plus ruang makan, ruang tamu, 3 kamar tidur, dan yang paling penting ada balkon luas yang langsung menampilkan pemandangan kota Macau.

 Seperti apartemen pada umunnya, terdapat dapur plus ruang makan, ruang tamu, 3 kamar tidur, dan yang paling penting ada balkon luas yang langsung menampilkan pemandangan kota Macau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau lihat-lihat lah dulu. Akan kutidurkan anak-anak di kamarnya" Dia meraih tubuh Jaemin yang mulai mengantuk dengan mudahnya, menggendong kedua anakku sekaligus ke kamarnya.

Menuruti sarannya, aku kembali melanjutkan kegiatanku yang sempat tertunda, dan pilihanku tertuju pada balkon apartemen.

Udara khas musim panas langsung menerpaku begitu meninjakan kaki di lantai balkon, tidak terlalu panas seperti kemarin. Namun tetap saja, sinar matahari jauh lebih terik dari biasanya, mengurungkan niatku untuk keluar lebih jauh.

Sembari bersedekap, mataku terus melihat-lihat apa saja yang ada di kota Macau, kota yang menjadi tempat persembunyian sementaraku. Aku tahu, risiko tinggal disini jauh lebih tinggi ketimbang saat tinggal di New Zealand. Mau bagaimana lagi, aku tidak tahu harus kemana lagi dan mengikuti Hendery adalah satu-satunya cara.

"Kau tidak mau istirahat? Aku tahu, kau lelah" Menggeleng pelan, aku hanya menatapnya dari sudut mataku. "Mereka sudah tidur?"

"Sudah" Dia menarik tanganku untuk ikut duduk di kursi yang ada di balkon. "Aku masih kasihan dengan mereka. Mereka baru sembuh, tapi tidak ada sehari setelah pulang dari rumah sakit, kita langsung mengajaknya pergi"

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang