28. Treat

6.3K 1K 209
                                    

Hari libur tanpa planning merupakan salah satu kesalahan yang pernah kubuat. Dan sekarang, aku melakukannya.

Mengerjap pelan mataku, berada diatas sofa dengan posisi tertidur membuatku terlihat seperti manusia tidak punya semangat hidup.

Tidak ada yang bisa aku kerjakan untuk menghilangkan kejenuhanku. Mana Jaemin dan Jena tidak ada diapartemen lagi. Aku sedikit menyesal membiarkan mereka pergi tadi.

Ini baru pukul setengah 8 pagi, terlalu pagi untuk bermalas-malasan. Dan aku terlalu malas keluar bahkan untuk sekedar membeli bahan makanan.

Bisa bayangkan kondisiku jika memilih keluar dengan kondisi salju yang ada dimana-mana dan suhu dingin yang membuat jalanan ikutan membeku.

Aku kembali merapatkan selimut yang kugunakan. Meski menggunakan penghangat ruangan, tetap saja suhu dingin masih ada. Ditambah, tempo hari merupakan hari pertama salju turun.

Dingin sekali.

Aku menghidupkan TV yang langsung menayangkan kartun kesukaan buah hatiku. Akan lebih menyenangkan jika bisa menonton bersama mereka.

Tanpa sengaja ingatanku berputar kembali kejadian seminggu yang lalu. Dimana seorang Jung Jaehyun, untuk pertama kalinya membelaku di depan sahabatnya sendiri.

Seharusnya aku senang melihat bagaimana dia membelaku saat itu. Tapi, aku sudah terlalu kecewa dengannya sejak malam itu.

Andaikan, saat itu dia tidak memojokkanku. Andaikan, saat itu dia mau mendengarkan penjelasanku. Andaikan, saat itu dia tidak percaya dengan sikap 'baik' sahabatnya.

Andaikan, saat itu aku menolak perintahnya untuk datang ke acara malam itu.

Aku mengusap kasar wajahku. Seharusnya aku tidak perlu memikirkan ini. Memangnya, apa yang bisa diharapkan dari seorang Jung Jaehyun?

Semenjak hari itu, aku benar-benar menjaga jarak dengannya. Aku bertingkah layaknya seorang Sekretaris pada umumnya.

Tenang, selama itupula, aku masih memberikan dia hak sebagai seorang Papa bagi buah hatiku. Aku tidak setega itu.

Tentu, saat dia mendapatkan haknya, aku berusaha menjauh darinya. Aku terlalu muak melihatnya. Sudah cukup aku menghabiskan hariku menjadi karyawannya. Aku tidak ingin bertemu dengannya selain di kantor.

Ting... Tong...

Aku mengernyit mendengar bel apartemenku berbunyi. Seingatku, aku tidak memesan apapun dan tidak ada orang yang akan berkunjung ke apartemenku.

Aku semakin bingung ketika bunyi bel semakin kencang. Buru-buru aku turun dari sofa dan berjalan cepat.

Dan aku menyesal memilih untuk membuka pintu. Seharusnya aku mengabaikannya dan membiarkan bel itu terus berbunyi.

"Mau apa kau kesini?"

"Aku ingin bert-"

"Kemarin anak-anak sudah bilang, hari ini mereka pergi ke Incheon. Kau lupa?"

"Tidak"

"Aku hanya ingin bertemu denganmu"

Aku mendecak kesal mendengarnya. Aku tidak mau bertemu dengannya. "Ck. Aku tidak menerima tamu hari ini. Terutama kau"

"Silahkan pergi dari apartemenku. Selamat pagi" Usirku tegas.

Ah sial, pintuku terganjal sesuatu, yang ternyata itu sebuah telapak tangan dan kaki seseorang.

"Lepaskan tangan dan kakimu dari pintuku, tuan"

"Tidak akan" Aku menggerutu dalam hati. Kenapa dia begitu keras kepala sih?

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang