Ketika aku berkata bahwa aku lebih mementingkan keselamatan anakku ketimbang diriku sendiri, ya, aku berkata secara harfiah. Entah aku terlalu khawatir dengan anakku atau bagaimana, yang jelas aku lupa bahwa aku juga sedang terluka.
"Hallo suster, iya diruang 304, biasa jahitannya keluar darah lagi. Baik, terimakasih"
Suara gagang telepon yang diletakkan secara kasar tidak membuatku terkejut sama sekali, ataupun takut dengan oknum yang melakukannya, meskipun kini ia tengah menatapku tajam.
"Bisakah kau tidak banyak bergerak? Itu lukamu belum sembuh, jangan banyak tingkah" Ya lain ceritanya jika nada bicaranya mulai ketus, terdengar tidak bersahabat padahal dia tahu aku sedang sakit. Ngeri.
"Tapi aku bosan, Magu. Bayangkan selama tiga hari aku harus tidur terlentang, bagaiamana aku tidak bosan?" Rengekku sembari memainkan tangannya yang ada diatas ranjangku. "Lagipula, wajar kok lukaku keluar darah lagi, namanya juga habis dijahit, ya pasti belum kering"
"Wajar? Wajar kau bilang?" Dengan gemas, ia mencubit hidungku. "Tidak ada kata wajar kalau sampai keluar darah, Hyomin. Kau itu ya, kenapa bisa sesantai ini, hah?"
Oh ya? Aku tidak sadar kalau aktingku benar-benar bekerja sebagus itu, biasanya aku payah dalam bidang ini. Sampai-sampai ia tidak sadar bahwa sebenarnya aku sedang ketakutan.
Belum sempat aku membalasnya, tiba-tiba rasa nyeri hebat kembali menyerang perutku. "Aw! Mark, perutku sakit lagi!"
"Tuh 'kan aku bilang apa, makanya jangan banyak gerak" Meskipun dia menceramahiku, dia tetap menelpon kembali suster jaga dengan tangannya sedikit gemetar, menjelaskan keadaanku dengan suara sedikit tergagap.
"Oh my god, Hyomin itu keluar darah!" Mark semakin panik begitu melihat begitu banyak darah yang keluar dari dalam pahaku.
Tidak. Kumohon, semoga anakku baik-baik saja. Anakku harus selamat, apapun yang terjadi.
Tidak sampai lima menit, pintu kamarku dibuka kasar oleh Taeyong oppa bersama dokter Taeyeon dan dua suster di belakangnya.
"Suster Sunny tolong siapkan alat USG dan kursi roda, suster Sooyoung tolong berikan obat pereda nyeri" Dokter Taeyeon mulai melipat bajuku, meneliti sesuatu yang terjadi di dalam pahaku dengan wajah yang terlihat tenang.
"Noona, dia baik-baik saja 'kan?" Walau raut wajahnya terlihat santai, intonasinya terdengar tenang, tapi mata Taeyong oppa tidak bisa berbohong, seolah berkata ia juga sedang cemas. Tidak ada jawaban terdengar dari dokter Taeyeon selain hanya tersenyum simpul.
Biarpun suster sudah menyuntikkanku obat pereda nyeri sejak tadi, namun tetap saja aku meringis tiap kali jahitanku dibersihkan ataupun bagian dalam pahaku diperiksa. Obatnya sama sekali tidak bekerja.
Selang beberapa menit, suster tadi masuk ke kamarku dengan kursi roda didepannya. Seakan mengerti, Taeyong oppa tanpa kesulitan memindahkan dan memposisikan tubuhku di kursi roda. Membiarkan suster mendorong kursi roda menuju ruang praktik dokter Taeyeon.
Setelah tubuhku dipindahkan diatas ranjang, dokter Taeyeon dengan cekatan mengangkat sedikit bajuku, mengolesi gel sebelum meletakan alat diatas perutku. Sebuah alat yang menampilkan kondisi janinku di layar monitor didepanku.
Hembusan napas lega terdengar darinya, berharap kabar baik datang darinya. "Kau lihat gumpalan yang ada disana?" Aku mengangguk sembari menatap lekat kearah monitor. "Gumpalan itu adalah janinmu"
Aku menelan salivaku kasar, bersiap dengan kemungkinan kabar yang ia akan berikan, termasuk kabar buruk sekalipun.
Sebuah tangan besar mengelus keningku dengan lembut, menyeka keringat dingin yang terus mengalir disana, membuatku sedikit lebih rileks. "Kau harus tenang, ok? Anakmu pasti baik-baik saja" Suara getirnya membuatku menatap kearahnya, lalu meraih tangan Taeyong oppa dan menggenggamnya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preserve | Jung Jaehyun [Complete]
FanfictionMenjadi orang tua tunggal itu, sebenarnya menyenangkan. Tapi, semua terasa berat Ketika, Jung Jaehyun mulai mengusik kembali hidupku, dan berusaha mengambil "paksa" buah hatiku ©️SiriusPeach - Start : 27/04/19 End : 13/04/20