5. Hello

7K 1.1K 39
                                    

Pagi ini suasana di kantor lebih ramai dari biasanya. Sepanjang perjalanan menuju ruangan HRD, hampir semua karyawan yang kutemui membahas topik yang sama.

Daepyonim.

Menurut cerita dari Jisung sunbae dan Wonwoo sunbae, Daepyonim itu termasuk orang yang sibuk. Jarang sekali ada di kantor. Tapi sekalinya datang, semua orang akan heboh. Bahkan pengantar koranpun ikutan heboh.

Jujur, aku biasa saja. Meski, aku belum pernah bertemu dengan beliau, aku tidak tertarik dengan kedatangannya. Bukankah itu terlalu berlebihan?

"Eonni ayok cepat bangun! Daepyonim bakal lewat sini. Ayok buruan!" Tarikan Yeri mengganggu aktivitasku. Aku menghela napas. Oh ayolah, pekerjaanku lebih penting dari sekedar menonton Daepyonim lewat.

"Kau saja duluan. Aku nanti menyusul" Jujur, kali ini aku terlalu malas menuruti kemauannya.

"Ah nanti gak bakal nyusul. Udah, ayok buruan!" Tarikan Sejeong memaksaku untuk ikut berjalan. Kecil-kecil begini, ternyata dia kuat juga.

Aku berdiri diapit oleh Yeri dan Sejeong. Astaga, mereka benar-benar tidak membiarkanku kabur.

Tidak hanya kami, banyak karyawan berkumpul di lorong ini, dan kebanyakan mereka adalah kaum hawa. Sebegitu populerkah Daepyonim?

Kalau keadaan tegang gini, perutku pasti rasanya seperti melilit. Kebiasaanku yang tak mengenal situasi. Beruntung aku berdiri dekat dengan toilet.

"Aku mau ke toilet dulu ya?" Kataku seraya memegang perutku. "Jangan dulu, bentar lagi lewat kok. Tahan eonni" Aish, ini rasanya sudah 'diujung', dan mereka masih menahanku?

Masa bodoh, aku mundur dan berlari menuju toilet, mengabaikan Yeri dan Sejeong yang memanggilku untuk kembali.

Aku kaget mendengar teriakan para pegawai dari dalam toilet. Ini sebenarnya lagi nyambut seorang Daepyonim apa seorang Idol sih? Ricuh bener.

Aku keluar ketika tidak terdengar teriakan lagi. Aku bersyukur lorong mulai sepi. Akan merepotkan kalau aku keluar ditengah histerisnya karyawan disini.

Aku menangkap sorot tajam duo Kim saat aku masuk ruangan. Siapa lagi kalau buka Sejeong dan Yeri. Aku mengabaikan mereka.

"Eonni pengkhianat!" Seru Sejeong seraya melipat tangannya. "Kau bilang aku pengkhianat, hanya karna aku tidak melihat Daepyonim?" Dan mereka hanya mengangguk. Aku menggeleng, tak habis pikir dengan mereka.

"Eonni bakal menyesal. Ganteng banget tau eonni. Jadi pengen temannya Daepyonim deh" Ujar Yeri dengan mata penuh binar. Geli.

"Kok teman? Kenapa gak jadi pacarnya aja?" Tanya Sejeong menaikkan sebelah alisnya "Aku belum selesai ngomong. Jadi teman hidupnya maksudku" Aku langsung menjitak kepala Yeri. Itu refleks.

"Iyuh, kayak Daepyonim mau sama kamu saja" Ini lagi, mereka membuatku pusing mendengar percakapan absurd mereka.

"Kalau kalian ingin jadi istri Daepyonim, yang kerja tuh tangan kalian, bukan mulut kalian" Mampus. Aku tertawa terbahak-bahak bersama Seulgi sunbae. Ucapan Irene-nim membuat mereka tak berkutik.

.

.

.

"Hyomin, tolong buatkan laporan hasil kuesioner kepuasan karyawan. Lalu, berikan pak Jungkook jam 3 nanti" Aku mengangguk dan mengambil berkas-berkas kuesioner dari Irene-nim.

Ternyata laporannya bisa kukerjakan dalam waktu sejam. Masih ada waktu setengah jam sebelum kuserahkan pada Pak Jungkook.

"Mau kemana?" Tanya Dino saat aku membuka pintu, sepertinya dia habis dari toilet.

"Mau ambil air, sekalian mau ke ruangan pak Jungkook" Ucapku dengan mengangkat dokumen yang kubawa.

"Oh kalau gitu, hati-hati. Kudengar ada Daepyonim diruangannya" Aku mengangguk dan membiarkan dia masuk terlebih dahulu.

Butuh waktu 15 menit untuk sampai di lantai 14, lantai dimana ruangan pak Jungkook berada. Karna ruanganku berada di lantai 3, dan dapur kantor berada di lantai dasar. Aku tersenyum dan menyapa pada beberapa karyawan yang lewat.

Aku mengatur napasku sebelum aku mengetuk pintu. Aku gugup. Ini pertama kalinya kami bertemu setelah aku resmi menjadi karyawan disini.

Aku masuk setelah diberi izin oleh empunya.

Deg.

Aku membeku ditempat. Dengan cepat aku mengembalikkan kesadaranku. Aku harus bersikap 'normal'.

"Selamat sore, pak" Ucapku sambil tersenyum sebaik mungkin. Aku berusaha menetralkan detak jantungku.

"Sore, Hyomin. Laporannya sudah selesai?" Ah, andai situasinya tidak seperti ini, mungkin aku sudah meleleh karna senyum manis darinya.

"Sudah pak. Ini laporannya" Aku menyerahkan dokumenku padanya.

Risih. Aku tidak suka ditatap intimidasi oleh seseorang disampingku. Orang tersebut duduk di sofa, sedangkan aku masih berdiri.

"Laporannya sudah bagus. Tidak perlu ada revisi lagi" Aku lega mendengarnya. Tapi itu hanya sebentar.

"Kenapa kau melihat Hyomin seperti itu, hyung?" Selain humoris, pak Jungkook ternyata peka juga. Idaman sekali.

"Ah iya, aku lupa. Pasti hyung belum kenal dia ya? Dia baru masuk sekitar seminggu yang lalu" Aku tersenyum kikuk pada orang disampingku.

"Hyomin, kenalkan dia Jung Jaehyun, Daepyonim disini. Hyung, kenalkan dia Na Hyomin, anak HRD"

Orang itu berdiri, mengulurkan tangan padaku. Mau tidak mau, aku menyambut ulurannya.

Tangannya masih sama. Hangat dan lembut.

"Hai. Lama tak berjumpa ya, Cherry"




Sepertinya, mengajukan surat pengunduran diri bukan hal yang buruk.

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang