16. Don't Meet Them, Again

6.7K 1K 59
                                    

Lelah. Aku sangat lelah. Kukira bermain 'petak umpet' dengannya akan sangat mudah dan tidak menguras energi sebanyak ini.

Sekarang, apartemenku tidak seaman dulu, tidak senyaman biasanya. Aku bahkan was-was jika berada di apartemen.

"Mama, jangan melamun. Es krimnya Mama mencair loh" Aku tersadar dari lamunanku dan menatap mangkuk es krim didepanku.

Aku mendengus. Es krim yang biasanya menjadi makanan moodboosterku bahkan tidak bisa membuat suasana hatiku membaik.

"Mama terlihat capek sekali. Apa bekerja secapek itu?" Aku tersenyum tipis dan mengelus wajah buah hatiku.

"Tidak, pekerjaan Mama tidak secapek itu. Suasana hati Mama kurang baik" Aku tidak mungkin menjelaskan masalahku pada mereka. Mereka tidak akan paham.

Aku tersenyum melihat buah hatiku makan dengan lahap. Setidaknya mereka tidak menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang membuatku semakin pening.

"Ma, kenapa paman Jaehyun jarang ke rumah ya, Ma?"

Salah. Salah besar.

Aku membuang napas kasar. Pertanyaan Jena membuatku semakin bad mood. Aku harus menjawab apa?

"Dia sibuk" Jawabku seadanya. Aku terlalu malas jika membahas dia, terlebih bersama anak-anakku.

"Kenapa paman Jaehyun sibuk terus? Kan Nana jadi kangen"

"Iya, Jeje juga kangen"

Sudah kuduga, mereka tidak akan puas dengan jawabanku. Dan mereka bilang apa? Kangen? Apa yang bisa dirindukan oleh orang seperti dia?

"Mama tidak tahu" Dan Mama tidak peduli.

Aku mengaduk es krimku tanpa minat. Akhir-akhir ini nafsu makanku menurun, efek stres berdampak luar biasa padaku. Bahkan haidku tidak teratur karnanya. Aku harus berterimakasih dengan tuan Jung itu nanti.

"Jeje mau kerumah paman Jaehyun, boleh Ma?" Aku mengernyit mendengarnya. Apa? Kerumah dia? Tidak, tidak, aku tidak bisa membiarkan itu terjadi.

"Sayang, kita tidak bisa kesana" Aku berusaha menjaga intonasi suaraku "Mama tidak tahu rumahnya dimana. Lagipula, kita tidak bisa sembarangan datang ke rumah orang asing" Dan yah, selama aku bekerja dengannya, aku tidak pernah tahu kehidupan pribadinya. It's not my business.

Mereka menggangguk dengan wajah sedihnya. Aku menghela napas panjang. Aku tidak tahu, kehadirannya membawa dampak besar untuk buah hatiku.

Ponsel yang berada di saku Cardiganku bergetar. Aku mengunlock ponselku, ada satu pesan masuk dari Woojin.

Satu pesan yang membuatku panik.

"Ma, makanannya udah habis" Aku mengalihkan fokusku kearah mereka. Mereka makannya cepat sekali.

Aku berpikir keras, sekarang aku harus mengajak mereka kemana lagi. Ini masih jam 1 siang. Akan sangat berbahaya jika aku membawa mereka pulang sekarang.

"Ma, Jeje ngantuk" Tidak bisa dipungkiri mereka terlihat lelah dan mulai menguap. Aku harus bagaimana lagi?

"Jangan dulu" Cegahku "Bagaimana kita pergi ke pantai? Bukannya kalian ingin pergi ke pantai?"

Berhasil. Mereka yang awalnya terlihat mengantuk langsung semangat ketika mendengar kata 'pantai'.

"Pantai?! Ayo, Ma kita kepantai!" Seru mereka dengan menarik tanganku dengan kencang. Beruntung aku sudah membayar makanan kami.

Aku tertawa kecil melihat langkah gembira anak-anakku sepanjang perjalanan menuju basement mall. Mereka menggemaskan sekali.

"Ma, kita boleh main air di pantai?" Aku tersenyum dan menggangguk cepat. Aku bersyukur sempat mempersiapkan baju ganti dan handuk untuk mereka sebelum pergi.

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang