43. Cigarettes and Him

4.1K 698 65
                                    

Akhirnya aku bisa bernapas lega begitu mobil yang kutumpangi berhenti di depan sebuah gedung apartemen ekslusif didistik Itaewon.

Menyesal meminta Mark mengantarku dengan mobilnya. Dia pengemudi yang payah.

"Kali ini aku harus percaya dengan omongannya Xuxi" Ujarnya tiba-tiba, masih setia melihat gedung tinggi ini.

"Sejak kapan omongannya bisa dipercaya?"

"Sekarang, setelah aku melihat fakta bahwa muridmu itu memang kaya"

Mataku refleks berotasi mendengar pujian berlebihan darinya. Selanjutnya, aku mengambil ransel dan kantong belanjaku di jok belakang.

"Kau lebih cocok terlihat seperti pembantunya ketimbang menjadi tutornya" Sindirnya.

"Kalau bukan karna auntynya, aku juga males belanja bahan makanan untuknya" Ujarku ketus lalu membuka pintu mobil.

Mark menurunkan kaca mobilnya. "Nanti pulang sama Xuxi ya? Aku ada latihan sore ini"

Aku tersenyum tipis kemudian. "Iya. Hati-hati dijalan"

Pandanganku masih tertuju pada mobilnya yang tengah melaju. Berharap semoga kali ini dia tidak membuat masalah dengan mobilnya, lagi.

Aku cukup kesusahan membuka pintu apartemen dengan beberapa kantong belanja di tanganku.

"Huft, akhirnya sampai"

Dengan cepat aku pergi ke dapur dan meletakan bahan makanan ditempat yang pernah Jaehyun tunjuk sebelumnya.

Mark benar. Aku terlihat seperti pembantunya.

Ada sesuatu yang janggal. Biasanya Jaehyun akan duduk di sofa setiap aku kesini. Menungguku dengan secangkir kopi hitam yang mulai mendingin.

Tapi, aku tidak merasakan ada tanda-tanda kehidupan disini. Sepi, hanya ada bunyi detak jam dinding di ruang makan.

Apa dia lupa? Apa dia sedang keluar? Kalau iya, dia terlalu ceroboh membiarkan pintu apartemennya tidak terkunci.

Aku menghirup suatu bau-asap yang tidak asing dihidungku. Asap yang tak pernah kutolerir sejak aku kecil.

Berjalan mengendap-endap, aku membuka pintu kamarnya dan mendapatinya tengah duduk bersila di balkon kamarnya.

Dengan sepuntung rokok disela jari telunjuk dan jari tengahnya.

Aku sangat tahu, sangat lancang namanya masuk ke kamarnya tanpa izin, terlebih berjalan seperti seorang pencuri.

Tapi aku tidak peduli.

Jaehyun tersentak kaget begitu aku merampas rokoknya. Dia semakin kaget saat aku mematikan rokoknya-meremasnya dengan tangan kosong.

"Apa-apaan kau ini?!" Sentaknya dengan meraih tanganku dan mengusapnya pelan. Dia bahkan meniup tanganku yang mulai memerah.

Dia berdiri dengan menarikku masuk ke kamarnya, menuntunku untuk duduk diatas ranjangnya.

Aku menahan napas tiap kali Jaehyun menekan tanganku dengan kapas yang sudah ia tetesi dengan antiseptik.

Baru kali ini aku melihatnya sepanik ini. Padahal aku baik-baik saja, tidak ada yang terluka.

"Kalau kau ingin bertindak bodoh, jangan dihadapanku. Itu akan merepotkan, dan... membuatku khawatir" Bisiknya pelan diakhir kalimat, tapi aku masih mendengarnya.

Aku menarik tanganku begitu ia selesai mengobatinya, memperhatikan plester besar tertempel di telapak tanganku.

"Seharusnya aku yang berkata seperti itu" Kataku masih melihat tanganku.

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang