33. They Unlucky

6.2K 1K 146
                                    

"Jadi... Bagaimana kondisi mereka sekarang?"

"Hm... Mereka mulai ceria seperti biasanya, sudah mulai cerewet lagi. Sekarang aku sedang fokus untuk menyembuhkan luka fisiknya"

"Mereka sama sepertimu. Mudah ceria, walau sering disakiti"

Cukup lama aku hanya mendengar deru napas darinya. "Sekarang mereka sedang apa?"

"Mereka sedang bermain dengan Papanya"

"Maksudmu Jaehyun?"

"Ya" Aku menatap si kembar yang sedang tidur dipangkuan Jaehyun. Mereka asik mendengar dongeng yang Jaehyun bawakan.

"Jadi mereka sudah tahu siapa Papanya?"

"Sudah. Jauh sebelum kita bertemu lagi"

"Ternyata, aku sudah terlambat"

"Ne?" Aku mengernyit, sepertinya aku salah dengar.

"Ah lupakan. Sampaikan salamku untuk mereka"

"Baik uncle Taeyong" Kami sama-sama tergelak. Aku selalu merasa geli jika memanggilnya uncle. Terdengar lucu.

"Sudah ya? Malam Hyomin"

"Malam Tae-"

Pip.

Aku menatap tajam oknum yang seenaknya merampas ponselku dan mematikan sambungan telponnya.

"Kau membuatku terdengar tidak sopan padanya"

"Aku tidak peduli" Jaehyun duduk disampingku.

"Kau ini, senang sekali membuatku khawatir" Dia menyampirkan jaket sweaternya ditubuhku. "Disini dingin, dan kau malah hanya menggunakan piyama tipis"

Ku akui, berada di balkon dengan angin malam yang berhembus kencang dari sisi barat itu dingin. Terutama untukku yang mudah menggigil.

"Kau masih berhubungan dengan Taeyong hyung?" Tanyanya to the point.

"Tidak ada alasan untuk tidak berkomunikasi dengannya"

"Kalau alasannya adalah aku, kau masih menghubunginya?"

Aku menggeleng cepat. "Kau dan Taeyong oppa bukan sesuatu hal yang bisa kugunakan sebagai alasan"

"Mereka sudah tidur?" Buru-buru aku mengganti topik pembicaraan. Aku tidak mau membahas ini terlalu lama, tidak sekarang.

Dia mengangguk dan menggeser tubuhnya, membuat kulitnya menempel padaku. "Dan kau menggendongnya sendirian?" Dia kembali mengangguk.

"Kenapa tidak memanggilku? Mereka 'kan berat"

Dia terkekeh sebentar. "Menggendongmu saja aku bisa, apalagi mereka. Itu bukanlah yang berat"

Aku menatapnya sengit lalu memberi jarak padanya. "Jadi kau bilang kalau aku ini berat?!"

Dia menjitak keningku kemudian. Jitakannya selalu sakit, meskipun dia melakukannya dengan pelan. "Aku tidak ada berkata seperti itu. Kau sendiri bilang kalau kau itu berat"

Aku hanya bisa tertawa kecil dan menggaruk pipiku. Dasar malu-maluin.

"Katanya Jeje, besok kalian mau pergi ya?" Aku memalingkan wajahku kearahnya. Aku hanya mengangguk. Aku sedang syok melihatnya.

Tersenyum hangat-yang bahkan mengalahkan hangatnya sweater yang kupakai, sinar bulan yang menerpa wajah rupawannya, dengan latar langit musim dingin yang pekat. Oh jangan lupakan dimple manisnya itu.

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang