37. It's OK

6.1K 1K 161
                                    

"Dasar wanita murahan"

Tidak.

"Dibayar berapa sih sampai menjual tubuh sampahmu padanya?"

Aku tidak seperti itu.

"Huh, kupikir dia beneran pintar. Tapi ternyata dia menjual tubuhnya. Pasti dia suka bermain dengan ssaem disini biar nilainya bagus"

Diam.

"Jangan dekat-dekat dengan jalang itu"

Kumohon, diam.

"Seharusnya dia sudah dikeluarkan dari sini"

Kumohon, jangan.

"Melihat wajah sok lugunya saja membuatku mau muntah, dasar hina"

Please, stop!

"KAU DAN ANAKMU TIDAK PANTAS UNTUK HIDUP!"

JANGAN RAMPAS ANAKKU!

Dengan satu tarikan napas yang tertahan didada, aku membuka paksa mataku. Akhirnya aku berhasil kembali ke dunia nyata. Aku menerawang dengan peluh yang masih bercucuran dan napas yang tidak teratur.

Tenang Hyomin, tenang. Kau masih di apartemen, masih di kamar. Itu tadi hanya mimpi. Iya, hanya mimpi. Tidak apa-apa. Tidak ada siapapun disini. Kau aman.

Tapi percuma. Aku tidak bisa tenang. Aku ketakutan, sangat amat ketakutan.

Aku terduduk sembari memeluk lutut dan menenggelamkan wajahku disana.

Setelah sekian tahun berlalu, kenapa mimpi itu datang lagi?

Aku membiarkan air mataku terjun bebas. Aku tidak mau menahannya. Dengan harapan, bisa membuat perasaanku lebih tenang.

Hatiku masih berdenyut sakit, semakin sakit seiring bertambahnya waktu. Ah, sial. Aku tidak tahu sampai kapan aku merasakannya.

Suara-suara jahat itu masih terngiang di kepalaku, bahkan mimpi tadi masih terbayang di otakku.

Kumohon, berhenti.

Aku menyeka air mataku, tapi sia-sia. Mereka akan jatuh lagi, membasahi pipiku.

Perkiraanku, ini masih tengah malam. Jadi aku berusaha tidak bersuara sama sekali. Tidak ingin buah hatiku terbangun dan melihat Mamanya lemah seperti ini.

Itu bukan pilihan yang bagus.

Cukup lama aku menangis, sampai-sampai air mataku mulai kering dan aku kesusahan mengatur napasku.

Aku masih ingat diluar sedang hujan deras, AC kamarku masih hidup dengan suhu 24 derajat, dan selimutku tersingkap dari tubuhku.

Tapi, kenapa tubuhku terasa hangat?

Spontan aku mendongak, membuat mata sembabku bertemu dengan manik indah yang menatapku khawatir.

Siapa lagi kalau bukan Jung Jaehyun.

Aku bersumpah, aku tadi menangis tanpa suara. Kalaupun bersuara, tidak sampai membangunkannya.

"Ada apa, hm?" Aku membisu, masih terhanyut dengan tatapan yang diberikan.

"Kau bermimpi buruk?"

Mendadak sekujur tubuhku bergetar hebat, lalu bergerak mundur menjauhinya.

Aku kembali menangis, kali ini lebih kencang ketimbang tadi. Aku melupakan segalanya.

"Jangan pisahkan aku dari anakku! Tolong, jangan bunuh mereka! Aku mohon" Aku menutup telingaku kuat-kuat begitu mendengar kembali suara-suara jahat itu.

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang