Meski aku bukan tenaga ahli medis, setidaknya aku tahu bagaimana cara merawat seseorang dalam kondisi sakit. Termasuk mengetahui makanan yang cocok dengan tubuhnya saat ini.
Aku mencicipi sedikit bubur yang hampir matang. Rasanya pas. Tidak asin atau hambar. Tapi itu bagiku. Biasanya orang sakit indera pengecap mereka mati rasa.
Mematikan kompor dan memindahkan bubur dalam mangkuk yang sudah terdapat kaldu ayam disana. Lalu menambah beberapa iris sayuran dan daging ayam.
Aku bersyukur supermarket sekitar sini memiliki sistem order online lewat aplikasi khusus. Jadinya yah, aku tidak perlu keluar dari apartemenku. Ditambah, semua pesananku aman dan sesuai.
Aku meletakan bubur di meja, yang sudah terdapat segelas air dan setablet Paracetamol.
Aku sedikit menepuk pipinya, membangunkannya dengan lembut. Aku tidak ingin memperburuk kondisi tubuhnya dengan memperlakukannya kasar.
Dia mengerjap pelan matanya dan langsung mengarah pandangannya padaku, dengan sorot sayunya.
Aku mengusap dahinya yang mulai berkeringat, dan memperbaiki letak plester kompresnya.
"Bangun. Kau harus makan jika ingin sembuh" Aku berusaha bersikap sehalus mungkin padanya. Biarpun dia sering mengecewakanku, aku tetap tidak bisa berlaku buruk padanya. Apalagi saat ini kondisinya melemah.
Aku membantunya duduk senyaman mungkin dan memperbaiki sandaran bantalnya. Aku rasa posisi duduknya sudah pas, dia tidak akan mudah oleng dari posisinya.
Aku memberikannya air minum, selanjutnya aku meletakan mangkuk bubur di pangkuannya.
"Kenapa? Ada yang salah?" Aku menatapnya bingung ketika dia mengernyit memandang bubur di hadapannya.
"Apa kau tidak suka bubur? Mau aku ganti?"
Dia menggeleng pelan dan menyerahkan bubur itu padaku. Loh? Buburnya tidak masalah, bukan? Kenapa dia menyerahkannya kembali?
"Suapi aku" Aku membulatkan mataku mendengar nada manja darinya. Apa dia bilang?
"Hah?"
"Suapi aku. Cepat"
Aku tentu tidak mau. Dia hanya demam, tidak perlu disuapi. Toh dia bukan anak-anak. "Aku tidak mau. Kau bisa makan sendiri"
"Dengan tangan kananku yang terluka?" Oh ayolah, tadi dia bisa menggenggam tanganku erat, kenapa menyuapi dirinya sendiri tidak mampu?
"Lagi pula, tanganku juga semakin terluka karna kau"
"Kau harus tanggung jawab" Ck. Tanggung jawab apa coba?
"Kau itu hanya demam. Kau masih bisa menggunakan tangan kirimu. Jangan manja"
"'Kan aku pernah bilang. Kau harus terbiasa dengan semuanya. Termasuk sifat manjaku"
"Aku tidak pernah mengiyakannya"
"Aku juga tidak memberimu pilihan untuk menolak"
Astaga. Ternyata ada ya orang sakit tingkahnya semakin menyebalkan. Setauku orang sakit biasanya lemah, tak berdaya. Sedangkan Jaehyun? Kadar menyebalkannya semakin bertambah ketika dia sakit.
Seharusnya, aku biarkan saja dia tergeletak di depan apartemenku sampai Hipotermia.
"Tega sekali kau, tidak mau menyuapiku yang tengah lemah tak berdaya ini" Tak beradaya dari segi mana sih?
"Nanti aku mengadu pada Jaemin dan Jena. Mereka pasti akan marah jika tahu Mamanya tidak mau merawat Papa mereka"
Sepertinya berteman dengan Sora berdampak banyak pada Jaehyun. Bahkan dia sekarang suka mendramatisir keadaan jika berkaitan denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preserve | Jung Jaehyun [Complete]
FanfictionMenjadi orang tua tunggal itu, sebenarnya menyenangkan. Tapi, semua terasa berat Ketika, Jung Jaehyun mulai mengusik kembali hidupku, dan berusaha mengambil "paksa" buah hatiku ©️SiriusPeach - Start : 27/04/19 End : 13/04/20