44. Date?

4K 622 103
                                    

Gugup itu hal yang wajar, hal yang manusiawi. Semua orang pernah merasakannya, tak terkecuali aku.

Tapi masalahnya, seharusnya aku tidak perlu segugup ini. Ini bukan sesuatu yang perlu kucemaskan. Sebelumnya aku pernah menghadapi sesuatu yang lebih menakutkan dari ini.

"Aku yang ujian, kenapa kau yang gugup?"

Tidak, tidak bisa.

Tatapan kami bertemu, menangkap sorot teduh dimatanya. Dia tidak terlihat panik sama sekali, tapi tidak denganku.

Elusannya di pucuk kepalaku tidak berhasil membuatku tenang, tidak ada efeknya.

"Apa yang kau takutkan, hm? Aku gagal lagi?"

Aku tidak berani meresponnya. Lebih tepatnya, aku takut jawabanku membuatnya down.

Ayolah Hyomin, kenapa kau setakut ini? Bukannya kau sudah lihat bagaimana perkembangan akademiknya? Harusnya kau bisa lebih santai sekarang.

"A-aw! Sakit ih!" Refleks aku memukul tangannya yang tengah menarik keras pipiku.

Setelah merasa puas, Jaehyun menarik tangannya dan kembali fokus membaca buku di pangkuannya.

Sedangkan aku mengambil ponsel, mengetik pesan untuk Mark membeli sandwich sebelum ke kampus menjemputku. Aku bahkan lupa sarapan saking bingungnya. Dan jam 1 siang bukan termasuk waktu sarapan.

Salahkan Jaehyun yang memaksaku untuk datang kekampus, dengan alasan menemaninya belajar. Seharusnya aku tidak perlu kesini, mengingat angkatanku sudah lebih dulu mengikuti ujian.

"Aku tidak tahu harus berbuat apa untuk menyakinkanmu, aku pasti lulus" Ucapnya tiba-tiba sembari menutup bukunya.

"Kali ini aku pasti berhasil. Lagipula, aku sudah lelah mendengar ocehan nenek lampir itu" Ck, masih bisanya dia mengejek imonya.

"Hush! Sembarangan kalau ngomong" Dia hanya tertawa renyah dengan memasukkan peralatan belajarnya kedalam tas.

Sebentar lagi jam 2 siang, waktunya dia menjalani ujian hari pertamanya. Astaga! Kenapa aku masih gugup?

Jaehyun berdiri, otomatis aku mengikutinya. Tatapan bingung kulayakan padanya yang tengah menatapku intens. Mau apa lagi sekarang?

"Tidak mau memberiku semangat?" Sebelah alisnya terangkat dengan posisi bersedekap, menungguku untuk berbicara.

"Untuk apa?"

"Biar aku semakin semangat untuk ujian"

"Tidak perlu"

Penolakanku tentu membuat bibirnya mengerucut dan menatapku sebal. Dih.

"Yasudah" Tidak, pasti dia akan meminta sesuatu yang aneh, lagi. "Tidak masalah jika kau tidak mau memberiku kata penyemangat"

"Kalau begitu kita membuat kesepakatan"

Aku menatapnya penuh curiga begitu dia tersenyum lebar, sangat lebar.

"Jika aku lulus, kita pergi kencan. Harus, itu hukum mutlak"

Tuh 'kan, permintaannya pasti tidak masuk akal.

Tunggu sebentar.

Tadi dia bilang apa?

Kencan?

KENCAN?!

WHAT?!

"Oh tidak terimakasih" Tolakku detik itu juga. "Kesepakatan kita hanya beasiswa dan semester pendek. Titik"

Preserve | Jung Jaehyun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang