tujuhpuluh 'hadohh'

573 48 3
                                    

#teamIqbaal or #teamMarcell ??

Choose one in comment ya guys!

*

"Maafin saya (nam),"

Ucapan itu hanya dibalas senyuman tipis dari sang empu

Hari ini, marcell datang kerumah (namakamu), berniat untuk meminta maaf. Ia telah mengetahui tentang pertengkaran itu, (namakamu) yang memberitahunya, dan hal itu mampu membuat marcell merasa bersalah dan sedih pastinya. Ia melihat kedua mata mantan kekasihnya ini, sembab. Sudah dipastikan (namakamu) barusaja menangis beberapa menit yang lalu sebelum dirinya datang

"Gapapa, cell."

Marcell menghelai nafasnya berat "saya benar-benar tidak ada niat sedikitpun untuk membuat hubungan kalian putus." Lirihnya dibarengi dengan kedua tangan yang bergerak untuk meyakinkan (namakamu) atas ucapannya

Dengan susah payah (namakamu) menelan salivanya, setelahnya ia menatap marcell seraya menggeleng "ini bukan salah kamu cell. Kamu gausah ngerasa bersalah kek gini."

"Tapi (nam)--"

"Cell, please!"

Marcell mengusap wajahnya gusar "oke, oke! Sorry. Trus, eumm-- sikap iqbaal terhadap kamu pada saat disekolah tadi seperti apa? Dia gak nyakitin kamu kan?"

(Namakamu) menggeleng kecil "dia kaya biasa aja. Cuman-- dia kek ngejauhin aku, papasan aja dia kek ogah gitu! Apalagi, ngobrol!"

Marcell memasang wajah tak percaya "sebegitu bencinya 'kah dia sama kamu?" (Namakamu) mengangkat kedua bahunya acuh

"Saya akan berusaha, untuk... membuat kalian, bersatu kembali. Pegang janji saya (nam)!" Ucap marcell dengan nafas yang tercekat ia sedikit tak rela untuk mengatakan ucapan tadi

(Namakamu) sedikit tersentak akan ucapan marcell tadi, "m-maksud kamu?"

Marcell tersenyum lembut pada (namakamu), tangan kanannya terulur untuk menggenggam tangan kiri (namakamu) erat sembari mengelus punggung tangan gadis itu "saya akan berusaha untuk, membuat kamu dan juga iqbaal balikan lagi."

Degh!

Tiba-tiba saja, jantung (namakamu) terasa berhenti seketika, ketika marcell dengan sangat lembut menggenggam tangannya ditambah dengan usapan itu

"Kenapa gue jadi deg-degan gini yaallah?"

Marcell terkekeh melihat ekspresi wajah (namakamu) yang terdiam kaku, "kamu kenapa diam (nam)?"

(Namakamu) masih belum sadar akan pertanyaan itu

"(Nam).."

Panggilan itu berhasil membuat (namakamu) sadar, oh tuhan! Pasti ia tertangkap basah sedang menatap marcell dengan raut wajah yang pastinya... ah! Kutuk saja (namakamu) hari ini tuhan!

(Namakamu) melepas genggaman itu dengan cepat seraya tersenyum malu "A-apa cell? Kenapa?"

"Kamu kenapa ngelamun? Mikirin iqbaal ya?" Goda marcell sembari menunjuk wajah (namakamu)

(Namakamu) mengerucutkan bibirnya sebal "siapa yang mikirin dia? Enggak ya!"

Marcell tersenyum geli "jadi ceritanya, sekarang kamu berusaha untuk move on dari dia?"

(Namakamu) terdiam

Marcell mendecak "yah! Gajadi dong, niat saya bikin kamu sama iqbaal balikan?" tanya dan goda marcell

"Auah! Gak peduli,"

Marcell berdehem "(nam),"

(Namakamu) menatap marcell yang ada dihadapannya ini dengan menaikkan sebelah alisnya

"Jangan nangis lagi ya? Saya gak suka!"

(Namakamu) mengangguk kecil "iya,"

"Kamu tenang aja. Saya akan berusaha untuk membuat iqbaal kembali sama kamu. Saya akan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi."

"Tapi cell, kamu gak seharusnya untuk ngelakuin itu-- kalaupun, tuhan takdirin aku untuk gak sama iqbaal lagi, y-yaa mau gimana lagi? Aku gak bisa apa-apa!" Balas (namakamu) pelan

Marcell menggeleng kecil seraya tersenyum "Tapi (nam), kalo kita berusaha dan berniat baik. Pasti tuhan akan senantiasa membantu hambanya yang ingin membuat orang yang disayanginya bahagia. Tuhan akan selalu membantu (nam), percaya itu!"

(Namakamu) mengeryit "Jadi maksudnya, marcell masih sayang sama gue?"

"Kamu jangan negatif thingking dulu, maksud saya itu--"

"Iya cell, aku ngerti kok!"

Marcell tersenyum lega "syukur lah!"

Hening. Itulah satu kata yang mampu mewakili mereka berdua saat ini. Mereka sama-sama saling berargumen dengan hati dan fikirannya, sesekali mereka saling melempar tatapan, namun dengan sekejap marcell memutuskan itu. Jangan kalian fikir, (namakamu) yang memutuskan kontak mata itu. Justru marcell lah!

"Saya rela mengorbankan perasaan saya, demi kamu (nam)! Saya mau kamu bahagia dengan lelaki yang kamu sayangi, saya tidak bisa memaksakan keegoisan saya ini. Saya gak rela dan tidak ingin menyakiti kamu," Batinnya berbicara sembari menatap lekat (namakamu) yang sedang menatap arah lain

"Cell,"

"Ya? Kenapa?"

(Namakamu) tersenyum simpul "eumm--- semenjak kita putus... kamu udah punya cewek baru?"

Marcell menopang dagunya dengan kedua tangannya yang menahan di atas meja sembari tersenyum "emang kenapa?"

(Namakamu) terkekeh geli, melihat sikap lucu marcell saat ini "ya gapapa. Im just ask! Tapi, kalo kamu gak mau jawab juga gapapa!"

Marcell terkekeh seraya menyudahi topangan itu "saya boleh jujur gak sama kamu?"

"B-boleh. Jujur aja."

"Saya sebenarnya, belum ada pengganti kamu. Dan jujur-- saya masih sayang sama kamu." ungkap marcell dengan hangat

(Namakamu) bungkam. Ia sedikit menghangat ketika mendengar kejujuran dari seorang marcell

"Tapi, kamu tidak usah memikirkan itu. Saya tidak akan menanyakan pada kamu, apakah kamu masih sayang juga sama saya atau enggak! Karna saya sudah tau jawabannya," lanjut marcell santai

(Namakamu) tersenyum diiringi kerutan dikeningnya "emang apa jawabannya?"

Marcell mengulum bibirnya sebelum mejawab "sebenarnya, saya hanya menebak-nebak saja. Bahwasanya, kamu sudah tidak menyayangi saya lagi, karna kasih sayang kamu... sudah sepenuhnya untuk iqbaal." Balas marcell

Lagi, lagi (namakamu) terdiam

"Benar kan? Lagipula, rasa sayang kamu untuk saya itu, hanya sebatas teman dan juga sahabat! Tidak lebih. Saya tau itu (nam)!" Lanjut marcell diselingi kekehannya

(Namakamu) mengerjapkan kedua matanya sekilas, "a-aku, aku gatau cell."

"Kamu gak harus tau. Cukup saya yang tau!" Celoteh marcell asal ucap

(Namakam) menundukkan kepalanya "aku minta maaf!" Cicit (namakamu)

Marcell mendekatkan wajahnya pada wajah (namakamu) yang menunduk "minta maaf karna apa? Kamu gak ada salah sama saya,"

(Namakamu) mendongakkan kepalanya "tapi, perkataan kamu tadi... bikin aku ngerasa bersalah cell. Seakan-akan, aku tuh jahat sama kamu,"

Marcell mengelus lembut rambut (namakamu) "kamu gak jahat sama saya. Sama sekali enggak (nam), saya tadi hanya... jujur saja. Jujur atas, perasaan sama terhadap kamu dari dulu sampai saat ini."

(Namakamu) tersenyum tipis mendengar penuturan marcell tadi "kamu terlalu buat aku cell,"

"No! Kamu justru yang terlalu baik buat saya,"

***



























𝐀𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐃𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang