SembilanDua 'Curiga'

546 61 4
                                    

Minggu pagi seharusnya itu menjadi agenda iqbaal dan (namakamu) berjongging ria. Namun karna (namakamu) mempunyai janji dengan teman-temannya jadi mau tidak mau ia harus menolak ajakan iqbaal. Dan tentu itu membuat iqbaal sedikit kesal. Seperti sekarang, (namakamu) sedang duduk diatas ranjangnya, dengan senyuman menggemaskan itu karna iqbaal yang terus merengek dikala mereka telfonan

"Kamu sama siapa sih jalan-jalannya? aku boleh ikut ga?"

(namakamu) menggeleng kecil, "enggak bisa baay, Masa kamu ikut sih? nanti yang ada temen-temen aku pada awkward lagi dengan adanya kamu,"

Terdengar dengusan kesal dari sambungan telfon, "Tega kamu! Lebih mentingin temen daripada pacar sendiri,"

"Bukan gitu baay, masalahnya temen aku ini, temen masa kecil aku pas aku masih di Yogyakarta kebetulan dia lagi ada dijakarta, kan kasian kalau aku enggak ngeiyain ajakan dia, jauh-jauh dia dateng kejakarta baay, Kamu ngertiin aku dong.." ucap (namakamu) diakhiri hembusan pendek

iqbaal terdiam sejenak, ia memikirkan setiap kalimat yang keluar dari bibir gadis itu, dan ada satu kata yang ia rasa janggal, yaitu "Dia" itu berarti hanya satu orang kan? sebelum akhirnya ia berucap, "yaudah,"

(namakamu) mengeryit, seperti keheranan dengan sikap kekasihnya ini yang terkesan manja, "kamu kenapa deh baay? enggak biasanya, kamu manja kaya gini?" kekehnya

"Bukannya gitu (nam).. Aku cuman pengen lari pagi bareng kamu, emangnya salah?"

"enggak, bukannya salah... Next time kan kita bisa lari bareng,"

"next time kapan!" dengus pria itu dengan suara yang kecil, namun masih bisa dengar oleh (namakamu)

"yaudah deh, aku mau siap-siap dulu ya baay, love you!"

"me too!"



****





Iqbaal meletakkan ponselnya dinakas, ia duduk di kursi belajar dengan hembusan nafas yang berat, ia melirik pada cermin besar yang ada dihadapannya

"Padahal gue udah semangat banget buat lari pagi, tapi.." ia menghembuskan nafas gusar, "yaudahlah!"

Tok!

Tok!

Tok!

"baal, jadi lari gak kamu? Matahari udah mulai naik tuh!"

iqbaal melirik pada pintu kamarnya, "Enggak jadi nda,"

sreet!

Bunda membuka pintu, lalu ia menatap sang putra yang terdiam, "kamu kenapa? kaya yang sedih gitu?"

"emang lagi sedih bun," jawabnya apa adanya

Bunda mengeryit, "kenapa sih? Coba cerita sama bunda?" tanya sembari mengelus lembut rambut tebal sang putra

iqbaal mengadahkan kepalanya, lalu ia menatap sang bunda dengan tatapan sedih, "Iqbaal enggak jadi lari, (namakamu)nya lagi ada urusan sama temennya,"

Setelah mendengar hal itu, Bunda tertawa kecil. "kirain bunda ada apa! ehh ternyata.."

iqbaal mengeryit, "kok bunda ketawa sih?"

𝐀𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐃𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang