ILMU HIKMAH

121 5 0
                                    


بِسْــــــــــــــــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Di sebagian tempat pembelajaran ilmu Tasawuf ada yang mengajarkan ilmu-ilmu yang bukan bersumber dari ajaran Islam bahkan melanggar syariat Islam, mereka menyebutnya dengan ilmu kebatinan atau “ilmu hikmah”, seperti: ilmu kekebalan, ilmu pelet, ilmu laduni, ilmu bisa melihat dan menangkap jin, mampu mengundang khodam (jin) dan memasukkannya ke dalam barang-barang tertentu, misalnya isim, rajah, wafaq, cincin, dan lain sebagainya. Sedangkan ustadz atau kyai yang mengajarkan dan menyebarkan ilmu-ilmu tersebut disebut “ahli hikmah”.

Kaum sufi meyakini ilmu “hikmah” ini adalah ilmu pemberian khusus dari Alloh  yang diberikan hanya kepada orang-orang tertentu, sebagaimana firman Alloh: “Alloh menganugerahkan “Hikmah” kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang barakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman Alloh.” (QS. al-Baqoroh: 269). Ibnu Katsir   dalam tafsirnya menyebutkan maksud dari kata “hikmah” dalam ayat itu, diantaranya: “takut kepada Alloh”.  Ada yang mengatakan “Kitab dan kepahaman”, ada juga yang mengatakan “kepahaman terhadap agama Alloh”. Dari sini kita bisa mengetahui kesalahan mereka dalam mendifinisikan hikmah itu sendiri.

Ahlus sunnah berpendapat bahwa hikmah itu adalah ilmu syariat yang bersumber dari Al-Quran yang diamalkan dalam perbuatan sebagai wujud rasa takut kepada Alloh.

Adapun ahli hikmah dalam islam ialah orang yang mengetahui dan paham tentang ilmu syariat dan mengamalkan ilmunya atau dalam istilah yang lebih umum disebut orang yang sholih, sholih lahir dan bathinnya.

Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam yang mulia tidak pernah mengajarkan kepada para sahabatnya praktik-praktik sebagaimana yang dilakukan oleh kaum sufi, seperti agar mereka punya ilmu langsung atau punya kekuatan tertentu dengan cara disemburkan air ke muka sahabat, atau disuruh puasa mutih, zikir ribuan kali dan yang semisalnya. Hal ini adalah satu bentuk kekeliruan nyata, apalagi jika sampai meminta bantuan kepada jin, maka masuk ke dalam kategori kesyirikan yang bisa mengekalkan pelakunya di neraka.

Sejarah IslamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang